22.6.12

Minim Apresiator

June 22th

Kalau hidup di negeri ini, jangan mau jadi desiner, pelukis, seniman yang kerjanya di belakang layar doang jika orientasinya duit. Stereotip orang tua negeri ini, bangsa ini, masih melihat profesi ini kerjanya hanya tukang gambar. Lukisan pemandangan desa yang dipampang di belakang truk adalah buah karya mereka, KATANYA.

Pagi-pagi perbincngn dalam sekre sudah menjurus ke arah ketidakbenaran akan permainan uang. Siang sehabis jum'atan bertambah tidak benar. Orang orang di*ti itu mencatatkan banyak kaya "Honorarium" di RAB Setan mereka. Kalau dilihat, ada satu baris RAB menuliskan : Jasket, seharga Rp. 600.000. Anggaran macam apa itu!!! Lalu di bawah lagi ke bawah lagi, kecewa bukan buatan. Mana ada tulisan Honorarium Tim Kreatif atau apapun itu disebutnya. Kecewa saja. Kami ini garamnya sayur. Tanpa kami di acara manapun semuanya akan hitam putih, monoton, suramnya duniamu. Menurutku ini keterlaluan. Terlalu!!

Sebelumnya aku oke-oke saja. Pertama, susunan organisasi. "Ardhyaska Amy : Tim Kreatif" berada di ujung kertas, paling bawah. Aku tak mempermasalahkan namaku di ujung tatanan organisasi. Tapi aku keberatan kalau tim kreatif yang ada paling ujung sebelum tanda titik (.). Seolah-olah yaa bukan sesuatu yang paling utama. Tolol-tolol begini aku masih tau kalau deretan paling awal itu diutamakan, dan paling akhir itu di-anaktirikan. Kedua, hasil jerih payah. Memang ini bukan urusan timku. Poster lah, spanduk lah, baliho lah, itu semua wadah kami. Itu semua karya nyata kami yang bisa dilihat, diraba, dijilat secara nyata. Karena selama ini hanya digarap di dunia maya. Lantas semua atribut itu diletakkan di lantai, di meja sampai robek-robek, diinjak-injak bak tahi kotok dijalan. Kalau memang ada di bawah, ya bawalah ke tempat yang tidak akan terinjak-injak. Hargai, hargai, hargai! Negeri ini kekurangan apresiator yang tidak hanya melihat lalu memuji-muji. Negeri ini tidak banyak apresiator yang 'memperlakukan' karya cipta seperti dia memperlakukan dirinya sebaik mungkin.

Sepanjang jalanaku putar otak menyusun kata-kata paling merdu yang bisa kudampratkan di catatan ini. Kesal tiada ampun itu hak kan? Saya kesal padamu hei bapak-bapak berdasi yang bercokol di sebuah institusi bernama di*ti. Kudoakan semua anakmu jadi desainer, pelukis, atau seniman apapun bentuknya asal bukan artis instant televisi. Biar kalian merasakan anakmu sendiri tidak dihargai kerjaannya. Kalau masih ogah menghargai karya cipta dan karya seni, silakan buat acara sendiri!

20.6.12

Ujungberung Indonesia no 20

June 16th - 17th

Melaju laju badanku dibawa bis budiman ku duduk di muka duduk di samping pak sopir yang sedang menganga, mengendarai bisnya supaya baik jalannya. Tujuan Bis : Banjarsari. Tujuan kegiatan : Survey KP dan ke sunatan si dek abi. Sunatan ini dipersembahkan oleh Seni Renggong Gunung yang bisa ngibing-ngibing gutak gitek gual geol. Hanya 28 jam saja aku disana dengan menghabiskan 10 jam menontoni bapak-bapak ngibing depan panggung disirep. Aneh, si Pap kesambet setan apa sampe doyan ronggeng gunung. Waktu jemput si adek ke Jakarta, sepanjang jalan memainkan renggong gunnung ini. Tersisa 3 jam yang aku habiskan di rumah Bu Aan, guru SD-ku. Ini rindu bukan sembarang rindu, tapi akumulasi kerinduan 13 tahun tak berjumpa. Bu Aan asih seperti dulu,tak pernah naik kelas sedangkan anak2nya kini sudah berkualiah berkeluarga. Beliau tetap di kelas 1, mengajar ilmu budi pekerti tata krama, mengajar hidup. Kunantikan beliau saat aku wisuda.
Pulang dari sana, kembali menaiki bis budiman. Dikejar waktu karena jam 4 sore harus menghadap LK buat pengumuman PIMNAS. Memang benar adanya. Sampai di Bandung, tanpa sat sit sut langsung menerpa badai kerasnya jalanan meluncur ke kampus. Hari ini diakhiri dengan pecah belah badan ini.

June 19th

Tak punya hasrat sedikitpun menulis, kepentok banyak kegiatan kampus.Tapi ada hal yang hari ini berubah. Aku selalu percaya Rabu tidak selalu Kelabu.
Pagi hari memang berangkat kepagian. Ingin pagi-pagi saja untuk menghindari acara teltevisi yang memuakkan. Ke kampus. Sekre KRI sudah jadi tempat mangkal keseharian di tengah indahnya pengangguran menunggu magang. Sampai jam 4 sore. Jam 5 sore aku meluncur ke Ujungberung. Komplek Ujungberung Indah. Tempat ini tidak asing, tidak pernah asing, dan tidak akan pernah menjadi asing.Inilah kawasan surga memorabilia dari mulai hujan rintik sampai badai. Pribadi saja.
Rumah di pojokan serumpun pohon bambu pinggir selokan ini sudah berubah. Di depannya sudah diberi pagah minimalis namun menjulang, lampu-lampu teras kekuningan, tanda No. 20 yang masih aku ingat betul. Sehabis solat magrib, aku menjumpai pemilik rumah. Apa kabar. Biar kata-kata ini yang berkelakar. Aku juga sadar bahwa waktu bertindak sesuai peran. Membawa kita dalam fase berbeda dalam tahapan hidup.
Dulu aku dicap sebagai pemuda tak tahu sopan santun. Mungkin sekarang masih, Di ruangan itu ada ayahnya, ibunya, kaka laki2nya yang baru pulang. Ekspektasi : mari kita berdua berjalan-jalan saja berdua, berbincang akan hidup kita setahun lalu. Realita : kita hanya di ruang tamu. tersudut. Kita bercerita banyak tentang hal jenaka, aku suka senyum itu.
Sekarang aku terlalu mengantuk untuk menuliskan kebahagiaan, Mungkin saa kita bertemu lagi, terus bertemu sampai aku dianggap sopan.

15.6.12

Namanya Pak Eye bukan Iwak Peye

June 14th

Double Cheeseburger bukan berarti 2 biji tumpukan roti dengan 2 keju 2 daging. Setelah malam ini aku tau double cheeseburger itu hanya 2 keju yang mengapit daging -_-. Salahkan pelayan? Bukan. Salahkan penyusun kata. Harusnya, kalau mau 2 keju mengapit 1 daing, tulisannya : Cheese gobang go cheese.

Sekilas pernah terdengar peribahasa : kalau jadi desainer, sering-seringlah jalan2.Maka hari ini seluruh jalanan kota Bandung aku arungi, 2-3 toko kelontong kusebrangi. Rencana spontan pertama : ganti ban belakang motor yang udah botak abis. Meluncurlah ke jalan pungkur. Lewat bermacam2 jalan. Sampai disana, duit kurang.kesel. Tambah lagi harus bayar parkir padahal motorku hanya nongkrong disana dalam 31,43 detik saja. Kampret bener tukang parkir. Aku alesan saja bilang 'cari atm dulu pak'. Cari atm di timbuktu.
Dari pungkur, ke cihampelas. Mau beli tas. Duit kurang. parkir, bayar. Tanpa ke atm. Lalu ke sukajadi. PVj gramedia sedang ada diskon buku impor kata si gegi. Nyatanya disana ga ada buku impor. Sudah lewat mungkin. Dari PVJ ke gramed merdeka. Sama saja. Tapi cuma beli notebook dan atk. Di depan bip melihat-lihat jam tangan alakadarsih. Beli satu buat gaya, tapi tidak.
Gaya bahasa cerita di atas kayak buku-buku diary anak smp yang baru tahu istilah diary. Kasihan. Nanti saja diubah kalau sudah punya istri dan anak. Ralat : istri,lalu anak.

June 15th

Pak Eye namanya. Pelafalan huruf 'e' seperti membaca 'bebek'. Bukan Pak mata apalagi pak iwak peye. Pak Eye ini bapaknya tetanggaku si budi. Dulu dia berprofesi sebagai panjual buah-buahan kecuali buah tangan apalagi buahahaha. Sekarang Pak Eye ini dikenal warga sebagai ahli masjid, entah DKM, entah imam besar, entah imam kecil.Eksistensinya di jagat masjid Al Ikhlas dekat rumahku akan terlihat kala ia bertindak sebagai muroqi waktu jum'atan. Tau kan yang suka baca2 doa sebelum imam naik mimbar? ya itulah peran pak iwak peye. Semenjak liburan semester ini, aku tidak pernah absen jumatan di mesjid komplek karena biasanya juga di kampus. Begitupun pak Eye. Setahuku, dia tidak pernah absen di Jumatan manapun selama ini.
Siang tadi, habis adzan dhuhur, tiba2 dengan kepolosannya, ia mengumumkan kepindahan dia ke ujung berung di depan jemaah, dan tentunya dengan mic halo-halo yang suaranya. Tidak wajar. Ada lagi ketidak wajaran si pak eye ini. Kalau habis adzan suka berdoa kan? "Allohumma robbahaa dihidda' watittaammma..." tapi si pak eye ini berdoa doa habis adzan magrib di indosiar. Yaelah paak artinya aja udah beda. '..siangmu telah berlalu,dst". Setahu pengetahuan agamaku, itu termasuk bid'ah. Lalu ada pula doa sebelum qomat yang ,enyuruh rapikan shaf. Pokonya jumatan jadi banyak tambahan2 tidak lazim semenjak ada pak eye. Efeknya merembet pada ibu-ibu di majlis ta'lim, termasuk ibuku yang kadang suka ikut-ikutan. Anak muda bicara soal agama di depan bapak2 itu pasti digetok. Sok tau. Mau membetulkan juga serba salah- Raisa #nowplaying. Norma ini lah norma itu laah norman kamaru lah. Mungkin kalau pak eye nanti pindah, intensitas tak lazim akan berkurang. All hail Mr. Eye's move! :p

13.6.12

Tendangan Mautt!!

June 12th

Kembali lagi ke pola hidup normal. hari itu bangun pagi sekali. Teman lama berulang tahun. Hanya aku tulis selamat ulang tahun saja tanpa tambahan apa2. Tapi setiap balasan selalu membuka album lama. terkuak, menyeruak siapa yang mau juga. Obrolan kecil2an berlanjut di twitter setelah sekian terlalu lama. Setiap kata selalu dibawa dengan rapi, persis seperti dulu, tiada yang berubah. Prediksi : mungkin hanya bakal setahun sekali saja kita ngobrol-ngobrol santai seperti ini. Di ulang tahunnya temanku ini. Selamanya berteman. Semesta berkoalisi. Bernyanyi setuju. Tapi di lubuk hati, tempat untuknya tiada terganggu. Dua hati terlalu lama menunggu. Begitu bertemu akan sulit berpadu. Begitu seterusnya hingga ujung waktu. Segala bentuk memorium hanya kita yang tahu. Tuhan tidak boleh tahu.
Untuk kamu, Kecil : selamat ulang tahun.





June 13th

Rambutku lepas!!!






June 14th
01.22

Alhamdulillah.
Ungkapan Rasa syukur untukku Illahi Rabbi atas nikmat yang Dia beri pada seluruh makhluk-Nya.
Dalam kamusku akhir-akhir ini, Rabu selalu kelabu. tapi tidak untuk hari ini. Sore-sore kabar kelolosan ke Pimnas dari Isti membuat merinding bulu kediri. Senang bukan kepalang, tapi tidak terlalu senang membabi belalang. Hanya merasa bersalah saja beberapa hari sebelum evaluasi regional, fokusku terpecah ke berbagai kehidupan duniawi. Menelantarkan sih tidak, hanya sedikit lupa. Maaf untuk seluruh tim kami panjatkan. Untuk nasional ini, aku berusaha berkontribusi sebisa mungkin sebaik mungkin.

Dunia maya seperti sosial media banyak bikin depresi. Pantesan banyak orang bunuh diri cuma gara-gara hal sepele di sosmed, gara-gara putus cinta, gara-gara suami selingkuh di facebook, main serong lah, dan berlain lain. Kasihan manusia. Disuapi begini terus lama-lama populasi orang normal menurun. Tinggal sisa alien sama zombie. Ya seperti aku ini. Pertama, pengen nendang tembok cina kalo liat postingan orang-orang ngomongin magang. Banyak bacot kayak udah tau luar dalem perusahaan tempat magang. Kayak udah advance saja di bidangnya padahal baru hitungan hari. Maksudku, itu rahasia perusahaan. Baru jadi mahasiswa magang saja sudah umbar2 daleman perusahaannya. Tapi mungkin memang ingin mempertontonkan progres atau kerjaan daripada gamau dibilang ga ada kerjaan atau hanya main-main.

Obrolan di warung asmad sama si Irfan itu agak membuatku kagum. Malas bukan buatan sebetulnya membicarakan hal sepele begini. Tapi ya memang bahasan cinta gak ada habisnya. Ya jadi si Irfan bilang si nganu sudah berbonceng bonceng sama laki lain waktu sebelum bubar jalan itu. Dia liat di dago katanya. Percaya aja sih. Pantesan oh pantesan. Dua hari lalu udah muncul aja foto intim mereka bedua. Sekali lagi di sosial media. Bangke tuh hari selasa. Hari itu aku bangun siang. Biar lupa kalau sebelumnya aku melihat foto wuih pasangan umur 3 mingguan. Nah ini yang kubilang sosial media banyak mudorotnya. Seharian bakal ngedumel. baru kalau tidur bisa pura-pura jadi orang bego gatau apa2. Oh ya congrats ya guys. Happy ever after dah.

Kepalang kesel, mari menendang tembok!







6.6.12

Semaput

June 7th
03.21

Kemarin, tidur seperti orang mati suri. Karena hari itu terlalu pusing untuk bepergian. Walaupun sore harinya tetap ke Sabuga. Survey kontes robot gedeg. Pulang, kembali mendengkur. Mulai dari situ, merembet ke jam tidurku sekarang. Pagi buta masih terpaku di layar laptop. Tidak tahu mau kemana mau berbuat apa. Klise.

Pagi tadi suasana di kota mantri ini mempertontonkan pemandangan agak tak sedap. Sebenarnya aku sudah tau akan terjadi. Bom waktu ini hanya tinggal menunggu disulut dan pagi tadi ledakan besar mengguncang bumi perkemahan kiara payung. Karena mengejutkan sekali progresnya hanya dalam hitungan minggu. Hanya sebuah foto saja. Hal sepele. Hanya saja foto itu orang yang aku kenal baik. Oke dalam hitungan detik aku mengangguk ngangguk saja. Oya, selamat untuk kamu. Selamat menjalani. Aku kagum. Cepat sekali sudah berganti. Dari aku yang tidak terlalu punya arti.

Tidur lagi.

3 sms berisikan undangan dan permintaan pembuatan desain soal kontes robot itikurih. Kejadian satu dan lainnya menjalin hubungan serius, berkonspirasi mengacaukan tatanan hidup. Kata si Neni bilang ini masalah pelik. Susah sekali dirunut, bung!! Susah. Macam si Atun kejepit tanjidor.

Tidur lagi.

Nilai-nilai semester bermunculan. Alhamdulillah untuk beberapa mata kuliah umum. Mata kuliah studio bikin naik pitam. Oke ini merupakan sesi terakhir pasca tidur ronde 2 dan semua kepusingan ini membuncah membudal muncrat. Sekali lagi aku tidak mengerti pikiran dosen studio satu itu. Statusnya saja dosen, kerjanya keluyuran tak mengurus mahasiswanya. Kalau mau jadi dosen ya jadi dosen, mau punya kerjaan sendiri ya jagan jadi dosen. Bayar besar-besar tanpa dapat apa2 selain setumpuk beban tugas di akhir semester bukan cara bijak menilai, pak! Dikira semua mahasiswa punya duit. Jual ginjal juga kalau tidak pernah ada kuliah juga percuma. Taek-taekan lah semua. Paradigma ke barat-baratan. Tugas-tugas mahasiswa ia harapkan seperti tugas orang hebat. Kalau aku alien, aku bisa bikin seperti maunya dia. Yang jelas dia hanya teori. Menyuapi dengan ceramah. Kuliah aing kumaha dosen.
Lalu aku sudah bikin tuh produk ,tugas, barang, sampah, terserah disebutnya apa. Sesuai apa yang ia mau. Tetap nilainya objektif. Awal-awal saja dia menilai proses lalalalilili. Malas aku berhadapan lagi sama dia.

Tidur lagi.


Move on masih sebatas teori. Selamat pagi selamat mencerna hari. Pahit tak terperi.

4.6.12

Apa kabar?

Halo pemirsa pemirsi bertemu lagi bersama saya Kiki Amalia di acara Aduh Tunduh. Seperti biasa saya bakal ngebacot tiada tara sampai blog ini menunjukkan *some text missing*. Mending bacot disini ya pemirsa daripada di twitter atau fesbuk banyak orang. Nanti dikira minta solidaritas dan uang receh. Untung disini cuma ada pemirsa seorang yaitu saya sendiri Kiki Mamalia yang menikmati tulisan sendiri.

Pemirsa!! Pe pe pe mimir sa sa #ea!
Tadi pagi saya ke jatinangor lagi pemirsa. Bilangnya mau ada silaturahmi pemirsa. Namun begitu saya sampai di sana pemirsa, eh malah makan makan pemirsa. Bukan! Bukan saya mau makan pemirsa. Tapi saya makan tumpeng sama telor pemirsa. Bukan telor punya pemirsa maksud saya pemirsa. Telors ayam pemirsa. Maaf saya capek pemirsa. Habis ini akan dilanjut sama rekan saya sehidup sembrono si Kiki Anemia. Silahkan

Namaku kiki anemia akan melanjutkan cerita barusan ya pemirsa. Sudah siap? sudah makan? sudah minum obat? minum obat dulu pemirsa biar ngga atit. Obat bisul sana.

Jadi habis makan-makan tadi, seseorang dosen sana bilang '....maaf paksoni, untuk honor agar bisa dipercepat...'. Yang aku tidak enak jidat itu pemirsa, mental kerja orang indonesia ini rendahan sekali pemirsa. Kuda pun kerja. Apa kerja bapak2 itu lebih dari kuda? bahkan kuda bisa bekerja lebih keras dibanding mereka yang lalu minta honor. Kuda aja gak merengek kalau memang pekerjaannya belum beres dan tidak diberi makan. Ah sudahlah itu urusan perut mereka.

Di jatinangor, aku dan rombongan panitia sekalian mampir ke Unpad. Jalan-jalan saja. Berhubung aku sering ke sini, aku lumayan tahu letak fakultas-fakultasnya. Masuk melihat gedung rektorat seperti stadion alianz arena. Bale Santika semacam Opera House Sydney. Aku jatuh cinta pada kawasan ini. Dulu aku jatuh cinta di sini. FKG berada di dekat gerbang depan. Mobil kami hanya berputar, melaju malas, sambil melihat sekitar. Sebentar saja mematung di depan gedung gigi ini. pertanyaan lama yang selalu disimpan dan ingin dikatakan: 'hey apa kabar,dok?' Sampai mobil berlalu, waktu tak mau tahu. Meluncur ke Bandung.

Selesai dari sana, rencana menonton tinggal rencana. Semua sibuk dengan hidupnya. Ke Tiga Negeri saja melihat-lihat gitar. Gilmore, Fender, Ibanez berderet merayu untuk sekedar dipandang sayu. Memekik untuk dipetik. Mataku tertuju pada satu gitar Telecaster merah marun. Aku tidak berani memainkan. Melihat saja cukup. Aku akan menabung demi dia. Semoga kamu tidak direbut orang. Hari itu aku hanya membeli stand gitar dan pick. Pulang berdansa dansi.

Malamnya, miris melihat postingan2 tentang KP. Update kawan sejawat tentang magang mereka, Fyuh~

That's it from me Kiki Andecaandeci see you next next next, gayamu sangat kaku, next next next lincah bertenaaga~.

Untuk A : Apa kabar?

3.6.12

Khon thi uan rew mak, khao kamlang wing

"Selalu dan setiap malam berlalu. Waktu enggan menunggu. Acuh tak mau tau."

3rd June 2012

Sedari pagi kerjaanku cuma baca buku sambil menunggu warung yang jika anak-anak datang membeli minuman, aku lupa halaman berapa tadi aku terakhir baca. Hari Minggu. Akhir pekan. Sungguh sia-sia hidup manusia mempersilahkan waktu berlalu tanpa berkutik. Dan sepertinya aku termasuk makhluk penyia-nyia waktu. Di hardisk kepalaku, rencana hari ini hanya membeli spare part sepeda onthel dan olahraga. Sampai ditulisnya postingan ini, 2 rencana itu menguap tanpa realisasi. Pantas saja badan sudah tinggal tulang dan dosa.

Sore hari si Irfan sms. Ngajak nonton JKT48 di jatinangor. Urusan nonton paha aja dia ngajak. Tapi hari ini senewen berat. Bawaannya pusing, malas, mudah-mudahan bukan mati rasa. Jadi aku cancel aja ajakan nonton paha itu. Gantinya, aku yang ajak ibuku makan bakso goyang lidah dekat terminal. Bakso seukuran kepala bayi baru lahir cesar, bahkan lebih besar. Untungnya perut sedang barbar. hitungan menit aku santap kepala orok itu penuh nafsu kanibalisme. Selain memang lapar, karena si ibu bertanya-tanya soal perempuan. Ah aku paling tidak suka ditanya beginian apalagi di tempat makan bakso kepala orok. Aku cuma angguk-angguk geleng-geleng saja. Urusan berbau-bau merah jambu itu cuma aku dan telinga yang bergoyang yang tahu. Dan beberapa sahabat.

'Anakmu ini sudah duda,bu. ditinggalkan anak orang. anak orang itu sudah menemukan monyetnya yang lain. lah anakmu ini masih lapuk. belum lagi ditambah rambut semrawut. doakan anakmu yang banyak bu,sangat banyak biar nanti diurus dan mengurus istri yang mau membelai rambut semrawutku seperti engkau'. Itu aku katakan dalam otak saja. bukan dalam hati. Kalau hati, nanti bisa dusta.

"Down to the wire
I wanted water but
I'll walk through the fire
If this is what it takes
To take me even higher
Then I'll come through
Like I do
When the world keeps
Testing me, testing me, testing me"


Musim magang di fakultasku sudah dimulai seminggu yang lalu. Tinggal aku saja yang belum dapat tempat magang. Seperti yang pernah kubilang sebelumnya, di postingan sebelumnya tentang tes magang yang keterima kerja. Semenjak itu aku jadi ogah-ogahan mengurus ini itunya. Di satu sisi aku masih punya urusan soal Kontes Robot Gedeg, di sisi lain aku merasa inilah seleksi alam ranah kehidupan. Semua yang kita anggap teman bahkan orang-orang terdekat akan meninggalkanmu yang terbelakang. Kita sama-sama dalam roda hamster. Lari terus, terus, jangan pikirkan temanmu, terus ambil kuaci itu!! Tertawalah nanti di akhir saat kamu berada di depan teman-temanmu dan sahabatmu. Mendapati podium pertama peraih kuaci tjap Jengkol. Juara.

Tanpa perlu dijabarkan secara gamblang kondisiku, sejujurnya dari lubuk linggau yang lebih dalam dari palung arafuru, aku (kok) merasa kehilangan,kesepian,butuh kehangatan, tampan. Si Ryan, yang dari kemarin aku sms ajak futsal, tak pernah balas. Mungkin lagi sama ceweknya, atau mungkin dia pundung gara-gara pulsa 25rb yang belum aku bayar. Si Abeng, sama. Sibuk melompat dari pohon satu ke pohon lain mengambil pisang petani lalu garuk2 kepala temannya mencari kutu, mencari kehidupan. Juga sama ceweknya. Si Wuwu, aku jarang sekali menghubunginya. Aku sesekali memantau blognya atau jejaring sosialnya. Dia sibuk dengan lomba katanya. Jadi aku segan mengajak kemanamana. Si Festy idung udah magang pula jadi pemeras susu. Pulang-pulang dia bawa gerobak kpbs mungkin. Lalu dibagikan pada sanak saudaranya sambil kegirangan memencet tombol berbunyi 'tererong tong tong, teretorongtong teng tong..susu kape be'es...' tertawa tiwi. Aku maklum tapi aku ikut senang untuk kesenangan mereka.

Malam ini kuputuskan tidur. Sambil menikmati tulisan sendiri yang sangat sastra odong-odong ini. Ini bukan curahan perasaan. Ini cerita saja. Tak perlu dipikirkan. Dah!

2.6.12

Di sini. Mimpi bermula dari mana saja. Nanti akan nyata. Pasti

June 2nd
01.24

Apa namanya ini? Habitual activity? Kultur? Yang aku tahu soal kultur hanya kultur jaringan yang pernah aku pelajari saat biologi SMA. Tahu istilah, tak tahu arti. Aku putuskan aku sebut saja ini kebiasaan. Ya. Sudah 2 tahun mungkin semenjak piala dunia 2010 jam tidurku carut marut, sekali tidur kondisi kamar seperti kapal pecah, kompor mleduk, whatever. Bukan itu inti dari intro panjang ini.

Bosan. aku buka arsip-arsip foto di laptop yang seadanya ini. Tugas-tugas perkuliahan yang kuantitasnya tak sama dengan nilai tan 90. aku buka arsip tentang kuliah DP 4 semester lalu. Dalam kantuk, mataku terpojok pada 3 kata pada judul folder : Rumah Belajar Sahaja

Rumbel Sahaja : Rumah Belajar Sahabat Anak Jalanan.
Lokasi : Masjid atap Pasar Ciroyom


Dulu waktu bala-bala masih selawe, aku sering diajak bersepeda ke daerah stasiun ciroyom ini oleh ayahku. Yang pulang dari sini aku berak di celana. 12 km ayahku mencium bau tengik selama bersepeda menuju rumah. Dulu bandung rindang. 15 tahun aku melupakan kawasan ini, sekarang walikota seperti tidak menganggap ada kawasan ini. Pertama kali masuk kawasan pasar, jangan ditanya keadaannya. Aku bisa lihat penjual tahu yang membuat tahu dalam kuali dilewati kecoa, aku bisa melihat pedagang sayur dengan dagangannya terkena kubangan air, aku bisa melihat pemandangan ini itu seperti bukan kota. Ironis.

Lagipula aku malas berbicara banyak tentang kota penuh pelacur di gedung pemerintahan. Taek-taek semua pada. Jadi aku akan bersemangat bercerita saja mengenai manusia2 ini. Disanalah aku melihat manusia, melihat cita-cita. Cita-cita luhur yang tumbuh berkembang biak beranak cucu. Di sini, 10 Maret 2012.
 Sekilas mengenai tugas DP 4 ini mengenai komunitas. Dari awal mendengar komunitas, yang aku tuju pertama kali adalah komunitas skate board atau semacamnya. Tapi si bang yodia membawa kelompokku ke Sahaja ini. Sampai aku menemukan oase kekeringan di sini. Oase ilmu tak terjamah tangan-tangan kotor teknokrat.

10 Maret 2012.
Ini pertama kalinya aku datang, melihat mereka, lalu tiba2 si Kak Ainun ini memberiku kesempatan mengajar langsung. Dengan dalih 'Kedatangan kakak-kakak seni rupa, mari belajar menggambar", aku terima spidol hitam dari teh Ntul. Berikan nilai 3 untuk hal mengajar ini. Aku paling payah soal mengajar sambil bermain. Orang-orang yang pernah berurusan denganku akan mengiyakan. Aku paling tidak mahir macam begini, kalaupun berusaha, memutar otak dengan memutar kepala dan kaki, hasilnya akan awkward (kalau kata bekennya sih begitu). Aku menggambar mobil dan rumah. Tolol. 10 menit setelah aku menggambar itu, aku pikir aku salah gambar. tidak. Itu salah spidol. Tidak. Itu salah pengajarnya. Gambar rumah dan mobil merupakan hal tabu dan belum pantas bahkan tidak pantas aku ajarkan. Aku menggambarkan keserakahan, harta, skala kesuksesan dan kebahagiaan yang diukur dari materi. Aku tidak berpikir bahwa mereka bahagia bukan karena materi. Aku sadari itu setelah 23,6 menit.

Maksudku, inilah kebahagiaan. Dalam balutan baju kucel, walaupun setiap malam kedinginan, tidur di basement dengan bau kencing di tiap penjuru, kehangatan ini yang mereka punya untuk membahagiakan satu sama lain. Sahabat. Ridwan, Omes, Ari, Boim, Rudi, semuanya. Memang tidak ada yang bersaudara. Tapi indahnya dunia kalian. Aku bahkan cemburu.

Yang berbaju hijau itu bahkan lebih membuatku malu. Ari namanya. umurnya masih 9 tahun. Dia tahu John Lennon, dia tahu Led Zeppelin, dia tahu Gibson, Beatles Depp Purple, dan in dan itu semua tentang musik. Dia terobsesi pada Beatles, apalagi John Lennon. Dia tanya banyak hal tentang gitar. Aku cerita saja soal gitar buatanku. Air mukanya seketika membuncah. Aku lihat letupan semangat itu. Dia bilang dia ingin juga membuat gitar sepertiku. Aku janji aku akan mengajak dia kapan-kapan membuat gitar. Aku juga pernah menjanjikan padanya untuk ke ITB memainkan sebuah lagu band legendaris itu. Mungkin ini bisa terrealisasi dalam waktu dekat ini. Mudah-mudah2an. Jabatanku kini sebagai ketua tim kreatif suatu acara akan kumanfaatkan untuk mengajak dia bermain musik di acara ini. Kalaupun tidak, aku akan mengajaknya sebagai tamu kehormatan setelah orang tuaku di wisuda-ku nanti. Takkan cukup menceritakan pribadi anak ini dengan timing seperti ini. akan kubahas nanti.

 Ini puisi-nya Sarah si cantik. kalau umurku seumuran mereka, aku bakal naksir dia.

 Si Ridwan ini yang agak susah diatur. Gak sopan nih anak. Aku lagi ngobrol dia enak-enak udel aja ngelem. bikin fly katanya. Hari itu aku putuskan menghadiahinya sketsa sederhana 5 menitan karena berhasil menahan ngelemnya selama 10 menit.


MALAM PURNAMA - Performance Art
17 Maret 2012

Ini adalah malam minggu terbaik selama aku menjabat sebagai pemuda. Kalau memang wajarnya anak muda seusiaku berpacaran, aku ogah. Malam ini jarang sekali. Aku ingin melihat. Begitu datang ke atap, si Ridwan dan Ari langsung melompati punggungku dari belakang. Yang lainnya memelukku walaupun aku belum tahu namanya. Walaupun lem di tangan mereka mengenai jaket, semoga lem itu merekatkan persahabatan kita semua.

Opening Session dimulai oleh Emen si perantau. Dia berkisah soal pengalamannya ke Tangerang naik kereta dipalak preman, lalu ke garut bertemu yang pujaan. Dan kisah ini akan selalu dia ulang tiap perform malam purnama. tentu dengan sedikit gubahan agar terlihat melankolis terutama di bagian pencarian cintanya pada mojang garut. Tak banyak yang aku tahu soal Emen karena mungkin dia jarang ikut belajar, atau aku yang memang jarang datang lagi.
 Lalu ini Ewin. Dia berpuisi. Judulnya : "Tidak Adil!". Ia cemburu pada kakaknya yang lebih besar darinya. Tidak adil, kakaknya selalu dapat uang jajan yang lebih banyak dari dia. Agak lupa aku isi detailnya. aku mencari di web pun tak ada.
 Ini adalah kolaborasi semua anak menyanyikan mars anak jalanan. Lagunya enak. Sialnya lagi aku buruk dalam menghafal lirik, tapi aku ingat senandungnya.
 Lalu dilanjutkan anak-anak perempuan yang menari tari Saman dari Aceh. Diajarkan oleh kakak2 pengasuhnya kak fajar sama kak Ainun. Cantik sekali. apalagi Sarah.

 Lalu ini dia anak kecil pentolan tokcer se ciroyom. Ari n The Gank menyanyikan lagu D Massiv Jangan Menyerah. Berbeda kalau aku menonton band aslinya menyanyikan lagu ini. Kalau D nasib yang nyanyi, bawaannya ingin menyerah. Tapi tidak untuk artis2 cilik ini. Aku makin semangat.



 Lain lagi ulahnya si Yadi. Dia yang paling tua. umurnya hampir sama denganku. Bedanya, dia berbadan besar dan jago masak. Atraksi ini pula yang membedakanku dengan dia. Kalau sudah bicara sembur api, aku paling anti.
 Inilah kakak-kakak penonton yang antusias dari jam 7 malam hingga jam 9 diselimuti udara dingin dan kabut kota Bandung. Candle Light ini yang seharusnya mahal nilainya. Dengan kesederhanaan, disana kebahagiaan terjamah. Begini-begini aku pernah mengalami apa yang namanya candle light dinner. Dengan cost yang dikeluarkan sangat menguras kantong. Dan apa yang aku dapat setelahnya cuma rasa kenyang dan sengsara uang bulanan cepat habis.Lain di sini. Perlu diulangi lagi bahwa ini malam minggu terindah yang pernah aku alami sebagai remaja mature.


Pukul 9.34. Ada Buluk yang ingin buang air. Sekalian pulang katanya. Sebenarnya aku masih ingin disini. Sampai pagi sampai nanti. Apa mau dikata. Aku dan kawan pamit lebih dulu. Melewatkan seremoni kembang api. Tapi tak apa. Semoga kita betemu lagi. Sudah semaput aku ingin bercerita pada kalian semua. Apa ini namanya? Rindu.

Untuk :

Bunda
Pak Agus
Pak Gamesh
Kak Ainun
Kak Fajar
Kak Burhan
Kak Rida

Sarah
Ridwan
Yadi
Emen
Ari
Noer
Dani
Rina
Caca
Riska
Deni
dan semua teman-teman
dan semua senyum
dan semua mimpi.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...