30.6.13

Dokter bedah mesin

Etika. Dalam pengertian sehari-hari, itu adalah nama senior saya di interior. Tapi untuk edisi hari ini, etika berarti 'jangan norak'. Ini tentang bagaimana rasanya berlagak ngota padahal defaultnya ndesho.

Siang tadi ada meeting di hotel G.H. Universal di Setiabudi sana. Berangkat jam 12 siang. Macet edan eling di gasibu dan ledeng. Jadi saya sampai di tkp jam 1 kurang. Agak tersendat di pintu masuk gara-gara satpam banyak tanya keperluan saya apa. Iya saya nda marah sama itu satpam wong emang saya gak keliatan sebagai penghuni hotel. Padahal sebetulnya bisa saja nyelonong masuk dengan bilang saya tukang kuras kolam renang. Ngeliat tampang juga si satpam tidak akan sangsi.

Saya masuk lobby hotel. Nanya satpam lalu dia bilang suruh ke informasi saja sambil nunjuk ke suatu arah mata angin. Saya meja yang ditunjuk si satpam itu ternyata sedang ada 2 perempuan. Mungkin mahmud alias mamah muda. Percaya diri tinggi karena sepatu baru dicuci, badan mandi, baju semprot winyak mangi.

"Mbak, ada mas William?"
"Wah kurang tau ya mas. Dari mana ya?"
"Dari bogor gor gor"
"Sebentar saya cek"

Lihat ke arah meja. Ada buku daftar tamu. Lihat ke luar ada janur kuning. Oyees bravo. Saya harap bungee jumping sesegera mungkin.

"Wah mas maaf mungkin salah acara"
"Oh iya mba maaf. makasih"

Simbaknya cuma mesem-mesem. Saya berlalu bersama malu. Karena tidak ada ceritanya orang bertanya kamar hotel seseorang pada meja penerima tamu kondangan.

***
Meeting sama William di rooftop. Dia anak kuliahan juga. Dari UPH. Tau kan UPH? Uang Papah Habis. Itu kata si Willliamnya. Dia lulusan singapore, lanjut kuliah kedokteran di indonesia. Dia maunya sih spesialis bedah. Saya gak ngerti jalan pikiran orang pinter itu ruwet. Dokter? Tapi mau bikin sportcar. Katanya, karena bapaknya doyan otomotif.

Tiga jam kami bicara peroyek sportcars. Rencananya mau digarap secara independen di bengkelnya di Tangerang. Saya masih setengah tidak percaya dan seperempat percaya kalau ada orang indonesia yang berani investasi modalnya buat bikin mobil sekelas lamborghini, pagani, dan bugatti veyron. Saya bingung antara harus exited, tegang, atau takut. Rencananya mulai digarap tahun ini, sedangkan Tugas Akhir juga digarap semester depan. Lalu terpikir tentang masalah membagi waktu, fokus ke mana, kuliah atau karir, atau mungkin keduanya bisa bersamaan. Masih ada beberapa minggu untuk memikirkan ini. Yang jelas untuk sekarang, penyusunan jadwal kembali dimulai. Kali ini lebih panjang. Mungkin 5 tahun. Karena saya akan ikut proyek ini hingga selesai prototype untuk dipasarkan di eropa juga amerika (katanya). It's all about pushing myself to the limit. Dengan begini, urusan percintaan adalah nomor 8. Setelah rukun islam, tugas akhir, dan proyek sportcar ini.

Man jadda wa jada.







*biasanya, foto itu bisa mengubah yang alay jadi tampak menawan. Ini mana ada menawan-menawannya. Aslinya indah. Asli.*

29.6.13

Pengetahuan ke-1000


Perempuan. Dan laki-laki hanya musafir yang lelah bertanya-tanya tentang mereka.

John Gray bilang, Men Are from Mars, Women Are from Venus. Apa yang diketahui laki-laki tentang perempuan hanya sebatas penglihatan melalui teleskop. Menebak dan mengira dengan spekulatif. terkadang seru terkadang pilu.

Jika di dunia ini ada 1000 pengetahuan dan ada seorang laki-laki cerdas, dengan IQ diambang batas kesempurnaan. Ketika ia telah memehami 999 pengetahuan, maka 1 hal yang tidak pernah ia mengerti adalah perempuan.



Tak sampai hati aku merindu
namun sampai mati aku ingin tahu
sepi
karena kau punya lidah namun bisu
ketika aku bertanya : ini rindu?
kau diam termangu

kita yang pernah berkawan mesra
saling khianat rasa
sampai satu ketika
aku lebam dihantam sendiri
mati

nyatanya, aku bahkan ingin mati
dengan kau, manisku
setelah kita saling melepas dahaga rindu bersama anak-anak kita yang lucu
setelah kita tahu, kita tidak saling menipu

ada laut yang tenang dengan birunya
ada senja yang sendu dengan jingganya
dan kau
iblis yang berkawan bahkan tak tahu kau dengan apa-mu


siapa kamu?
siapa cinta?

Petualangan Hakim, Bocah Garut masuk kota.

Pagi tadi si Hakim, keponakan dari Garut, sudah kembali lagi ke tempat dodol. Setelah sepekan menghabiskan masa liburan di Bandung. Saya  juga sedang bosan diam di rumah. Tadinya saya pikir ini akan jadi liburan terhambar dalam sejarah liburan panjang saya. Daripada menjamur dalam kamar lembab, saya bawa si Hakim kemana saja. Supaya tidak terlalu canggung kalau pergi sendirian.

Senin, 24 Juni

Nonton Monster University. Ini terobosan baru dalam perjalanan hidup saya selama kurang lebih 6 bulan ini. Ya karena selama itu saya ibarat manusia goa yang jauh dari hiruk pikuk dunia hiburan. Baru nonton lagi hari itu. Tadinya saya sudah ajak si Lidia malam kemarin. Tapi dia bilang tidak mau berdua saja. Jam 4 sore saya ajak lagi dia. Dia bawa 2 orang temannya. Selama film berjalan, saya tak banyak bicara dengannya. Kami pulang dengan jalan masing-masing. 


Sisa malam itu saya habiskan di game center depan loket XXI Ciwalk. Daripada si Hakim rewel-rewel. Tak apa. Saya juga menikmati.



Selasa, 25 Juni

Jalan-jalan ke kampus. Tadinya mau bersepeda kampus, tapi apa daya sepedanya tinggal empat. Maka dari itu mereka pegang erat-erat. Pake rantai segede dosa.



Kecewa pada kampus sendiri, akhirnya pergi ke museum geologi. Karena masih pagi dan belum sempat mandi, jadi gerogi. Teteh-teteh penjaganya harum mewangi sedangkan saya bau fosil sapi.




Rabu 26 Juni

Badminton SR jam 2 di gor cisitu. Si Hakim keukeuh pengen ikut. Pulangnya pengen ke kampus nyobain sepeda kampus (lagi). Tapi kampus ini terlalu militarian. Selain kreativitas mahasiswanya terkungkung, sepeda kampus pun masih dililit rantai. Kasihan.





Menjelang petang, ke movie room. Cari-cari alat pengisi liburan lain.


Kamis, 27 Juni

Di rumah saja seharian. Sedari pagi bocah-bocah, Hakim & Alfan sudah nongkrong depan kamar. Katanya minta puter film yang kemarin baru dibeli dari movie room. Saya kalah. Mereka nonton film hot wheels berulang-ulang. Salutnya, merka tetap se-excited ketika nonton pertama kalinya. Anak kecil memang penuh keceriaan tanpa peduli itu pertama kalinya, kedua kalinya, atau ke-sejuta kalinya.


Sore-sore tadinya harus ke ardan. Ada meet up sama tim intership juga kang dinar. Tapi saya berhalangan. Sebelumnya sudah ada janji sepedaan rombongan desain produk itb. Jam 4 kumpul di soemardja itu wacana. Tetep saja berangkat jam setengah 6. Alih-alih ingin sepeda sore santai, malah jadi night ride. Keliling bandung lewat cihampelas, pajajaran, alun-alun, lalu mampir ke braga.

Randomly ketemu si Diego Mitchell cowoknya tante Nikita Willy di CK. Tajir-tajir jajannya CK juga. Waktu itu ada si Ferry Rotinsulu juga tapi gak sempet foto. Soalnya kita hanya doyan produk impor.



Beres jam 10. Pulang dijemput hujan sampai kuyup sebadan-badan.

Jum'at, 28 Juni

Demi mencegah kebosanan si Hakim yang merengek pulang ke garut, saya ajak lagi ke tempat lain. Saya hampir habis ide saat itu mau ke tempat (asyik tapi murah) yang mana lagi. Malam sebelumnya saya kontak ayu. Seorang calon dokter gigi anak yang sedang koas. Katanya jumat ini hari praktiknya dia. Bada jumatan kami meluncur ke RSGM Sekeloa.




Lebih kurang 1 jam diperiksa, kami pulang. Dengan si Hakim membawa warna merah di giginya, dan saya membawa kata yang tidak sempat tersampaikan.

Berakhir sudah petualangan Hakim bocah Garut masuk kota. Saya kembali ke rutinitas menghirup bosan. Kembali ke dua tempat ini saja : kasur dan meja makan.

28.6.13

Akhir Juni. 2 tahun lalu.

Sabtu, 29 Juni 2013.

Kampus sedang ramai-ramainya dihuni civitas akademika berbagai angkatan. Yang paling dominan adalah kegiatan Diklat Calon Panitia OSKM (Pendidikan dan Pelatihan Calon Panitia Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa). Dari pagi sampai malam hilir mudik mahasiswa memakai jas almamater. 


Saya jadi ingat dua tahun yang lalu, di bulan yang sama pula, mengalami masa-masa itu. Bedanya, saya langsung jadi panitia close recruitment alias jadi pejabat tingginya, bukan bawahan-bawahan yang ikut diklat. *chuckle*. Saya langsung diajak si cahyo jadi wakil koordinator tim kreatif merangkap Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Tim Kreatif. Tugasnya hanya jadi tangan kanan, perwakilan, tim hore, groupis, sesekali mencatat LPJ mingguan dan jarkom ke anggota lain. Laporan itu rutin dilaporkan setiap sabtu malam ke MSDM pusat yang saat itu di-handle Gita arsitektur 09. Saya punya bala bantuan. Huma planologi 09 (MSDM artistik), Vika interior 09 (MSDM produksi), dan arina dkv 09 (MSDM tim grafis). Dan semuanya selalu kusut di malam minggu berkutat dengan mikocok excel nyusun LPJ mingguan.

Dua tahun lalu, di bulan yang sama. Saat itu, hari-hari memang terasa panjang, padahal di negara ini mustahil terjadi winter solstice. Empat tahun lalu, rasanya baru kemarin terjadi. Sulit dilupakan dan saya tidak tahu kapan bisa melupakan.

***

Kamis, 30 Juni 2011

Sepekan berlalu dari liburan Pangandaran. Ya euforianya masih kental sekali. Begitu juga dengan perasaan berdosa meninggalkan kepanitiaan oskm untuk beberapa waktu. Rasanya baru kemarin bermain-main air laut, melompat dari tebing green canyon, lalu sakit badan. Hari itu adalah kesekian kalinya saya menonton video liburan. Buffer lama, hanya bagian-bagian awal saja. Saat itu, saya merasa terlalu sering melihat angka ‘13’ yg menggantung di rumah makan di video itu.


Sabtu, 2 Juli 2011

Waktunya mengirim karikatur pesanan seorang mahasiswi fkg unpad yg lagi Koas. Teh Anisa namanya. Ini kedua kalinya saya mengantar karikaturnya setelah yang pertama gagal, karena ada 1 dokter yang saya lewatkan karena salah gambar. Namanya Drg. Seto.

Dokter Gigi Seto. Dokumentasi Teh Anisa.

Karikatur #1. Gagal. Minta diulang.

Karikatur #2. Setelah diperbaiki. Yang paling kanan itu si dokter seto yang tertinggal.


Rabu, 6 Juli 2011

Beres ngetik-ngetik form Indonesian International Motor Show (IIMS). Niatnya mau dikirim ke jakarta esok hari. Revisi kaos PSDP. Selesai jam 3 pagi. Saya berniat  sms teman untuk janji esok hari mendaki gunung. Tapi pulsa habis. Untung ada layanan sms Yahoo. Saya tulis yang isinya "minta dibangunkan pagi-pagi buta jam 5". Sayangnya, sms via email itu tak terkirim. Bodoh.

Jam 6 pagi. Itu waktu bagun super giga ultimate siang untuk ukuran orang yang hendak naik gunung mengejar sunrise. Buru-buru kejar waktu. Cuci muka, sabet tas, sabet botol minum, sepatu sol tipis, tancap gaspol motor. Dasar orang yang banyak dosa mungkin ya. Sudah bangun siang tanpa ibadah subuh, pergi tanpa salam, tanpa do'a, ya sudah. Di jalan suci depan bni saya menabrak seorang kakek yang hendak menyebrang. Kata saksi mata (sapam bni), laju motor saya kendang, mungkin di atas 40 km/jam. Ah dasar takdir. Jalanan seketika macet total, darah di tengah jalan, sang kakek tergeletak, saya sendiri tau-tau sudah di pinggir dengan mulut berlumur darah. Saya tidak suka membayangkannya tapi mau bagaimana lagi ini seolah-olah adegan film horor insidious. Lekat. Dekat.

Seketika meluncurlah ke sumah sakit terdekat, Santo Yusuf. Dari insiden itu, rahang dan dagu perlu operasi berat. Banyak gigi rusak dan bibir sobek. Waktu itu belum ada dokter bedah mulut yang tiba di UGD. Katanya baru datang nanti sore. Sedangkan sang kakek yang saya cium dengan motor hanya baret di bagian dada dan tangan kanan katanya. Bahkan tidak sampai operasi berat. Mungkin karena waktu insiden itu, saya yang jatuh paling hardcore. Biasa lah stuntman mampang prapatan.

Sore hari sekitar pukul 17.00. Memang apalah artinya firasat manusia, semua kehendak Allah. Dan bukan bermaksud menghubungkan kejadian satu dan lainnya, hanya saja, saat itu, sy dioperasi oleh Dokter Seto (yg ada di karikatur). Beliau yang melakukan operasi. Cabut gigi, 13 jahitan di bichheck up ke beliau. 

Minggu pertama check up, saya bilang saja tentang karikatur. Sambil menunjukkan foto di hp. What a coincident, isn't it? 

***

Selama rawat inap, saya hanya kontrol tugas-tugas OSKM via sms juga facebook. Banyak hal terlewat ketika vakum sepekan, jadi bingung memulainya dari mana. Untungnya, Cahyo, Huma, Vika, juga Arina masih sigap meng-cover tugas-tugas msdm tim kreatif. 

Proyek maskot Pagelaran LSS juga terbengkalai. Ujung-ujungnya Pebi sama Elis-lah yang kelimpungan.he he.  Mohon mangap.

***

Takdir Tuhan yang tahu. Manusia hanya bisa ikhtiar mengubah hal-hal yang tidak baik menjadi baik baginya. Ikhtiar itu termasuk berdoa.

.

25.6.13

Tafakur diri

Akui saja sendiri. Terkadang, ketika seseorang sedang dalam masa menyukai lawan jenis, banyak hal dalam hidupnya yang mendadak berubah. Organ-organ tubuh mulai beralih fungsi. Mata, dari yang dulu senang membaca buku ratusan halaman kini sibuk membaca pesan 2 sampai 140 karakter. Jari, yang biasanya piawai membuka lembaran kitab suci, beralih fungsi jadi juru ketik pesan singkat. Hati, yang defaultnya sudah difungsikan sebagai penawar racun dalam tubuh, beralih fungsi jadi pembeli racun. Berprasangka, cemburu, sedu sedan. Senang pun karena ada tanggapan dari yang didamba. Tapi lagi-lagi, hanya sementara. Dan itu membuatnya lupa bersyukur. Terkadang.
Sifat temporal yang berubah ini bukan alami dihasilkan dari kepribadian hakiki. Tapi hanya dibuat-buat supaya diri pribadi tidak nampak cacat di mata orang yang digilai. Lalu sifat asli ditimbun dalam palsu. Palsu. Dan aku pernah seperti itu. Rasanya malu.
Andaikata sifat temporal ini hanya demi first impression belaka, tapi ingin mencinta hingga tua renta, sungguh tersiksa jika menjalin cinta dalam sandiwara. Sandiwara itu manis. Kebohongan itu manis. But the sweetest lie is worse than the bitterest truth. Ini klise, tapi kalau seseorang telah ditakdirkan menemani seumur hidup, tindakan sebodoh apapun akan dianggapnya pintar. Ketiak searoma dengan septic tank pun akan dianggapnya petrichor. Yang aromanya selalu dirindu walaupun raganya jauh di mana tahu.
Terlihat baik itu perlu. Tapi bukan dikondisikan. Terlihat baik itu akibat. Dari tingkah laku yang berdasarkan hati nurani. Bukan karena maksud tertentu yang sifatnya duniawi.
Tidaklah penting menjadi sempurna, kalau menjadi apa adanya itu adalah segalanya. 

23.6.13

Investasi

Seiring dengan banyaknya kawan telah rampung menyelesaikan studinya, akhir-akhir ini saya repot memikirkan masa depan. Tidak repot juga sebetulnya. Hanya kalau hendak tidur, selalu mampir ke sana. 

Saya punya harapan. Kecil memang. Tapi saya percaya ini dampaknya besar. Kelak jika berkeluarga lalu beranak cucu, saya haruslah bijak. Tidak memanjakan, tidak pula terlalu otoriter. Dengan pengalaman bahwa pribadi sendiri pernah merasakan menjadi anak-anak, tentunya jadi bahan pertimbangan tentang bagaimana anakku nanti dibesarkan.

Diam-diam saya mengoleksi barang-barang. Ada yang memang atas dasar kesukaan, ada yang kebutuhan.
Si mobil-mobilan ini misalnya. Hotwheels beberapa seri. Ada yang versi Soy Story, Angry Bird, Flinstones, Back to The Future, dll. Hasil hunting ke beberapa tempat mainan di bandung. Kadang kalau ke luar kota mampir ke pasar-pasar eh taunya nemu yang limited edition. Dulu waktu awal-awal koleksi selalu gak sabaran buka case-nya. Sekarang-sekarang gak dibuka. Biar nanti saya ceritakan alasannya.


Yang ini mobil kayu 4 wheel steering. Ini tugas studi DP 2. Bahannya kayu pinus. Mobil kayu ini saya kerjakan sendiri selama sekitar 3 bulan. Dengan bantuan pak Emon penjaga bengkel DP kala itu, akhirnya nilainya memuaskan. Mobil kayu ini tadinya ada tongkat yang terhubung ke tali di bagian dalam. Tujuannya buat kendali dari belakang. Jadi kendali belok kanan kirinya itu dengan cara memutar tongkat, lalu maju mundurnya itu dengan cara dorong-tarik tongkat. Tugas ini semacam memorabilia. Dulu waktu SD pernah buat mobil serupa tapi hilang ditelan rayap.


Yang satu ini yang paling saya sukai waktu huntingnya. Beberapa CD album band-band atau penyanyi yang baru atau kata orang (anti mainstream). Saya bilang huntingya seru karena CD-CD ini saya dapat dengan cara yang lain-lain dari sekedar beli di toko musik. Misalnya CD payung teduh #1. Dicari ke seluruh pelosok toko musik bandung juga suplier merchandise band-band indie pun gak ada. Lalu kenal si Rani anak TL. Saya baru tau kalau dia dulunya keyboardist band ini. Ya kontan saya minta langsung ke dia. Ha ha. Ada lagi album John Mayer yang Continuum. Itu nemu di toko barang bekas dengan ownernya yang pasang muka curiga melulu. Album Agrikultur nemu waktu lomba di jakarta. Mocca yang Dear Friends dapat waktu Last Show di jakarta kapan taun. Beli CD karena memang saya ngerti buat karya itu susah. Makanya perlu dihargain seniman-senimannya.


Buku-buku. Dee masih jadi favorit. Sisanya ya campur aduk. Kebanyakan novel. Kalau yang sastra-sastra macam Armijn Pane, Buya Hamka, S.T. Alisjahbana, Tan Malaka,dll adanya e book. baca di laptop. Ada situs yang ngasih link download. He he.. Soalnya susah juga jaman sekarang cari buku-buku mereka. Palasari ada. Sekalinya nemu harganya bisa gila. Majalah-majalah desain juga cuma beberapa. Ketika berniat langganan Concept+Babyboss, eh doi gulung tikar. Mentok di edisi 50. Tapi asyiknya, karya saya ada di 3 edisi terakhir. He he.
Iya itu ada kecoa. Namanya Roni.Dia senang baca. Makanya jenius bisa terbang.


Ini Kumara. Namanya saya ambil dari nama adik seorang kawan. Artinya Kumpul Main Rame-rame. Sejak dia lahir, sudah melanglangbuana ke beberapa acara kampus. Ngisi acara kecil-kecilan. Cuma dibayar nasi kotak sudah alhamdulillah asal bisa manggung. Barang ini yang tidak akan pernah saya jual. Anak sendiri masa mau dijual. Iya bikin gitar ini 9 bulan lamanya seperti bunda mengandung.
Terakhir si Bontel. Sepeda tua yang saya temukan di pedalaman Pangandaran dengan harga 300rb. Didapat dari seorang petani yang memiliki kelebihan sepeda model begini. Ini sepeda buat cewek sih (framenya lengkung. Kalo buat laki framenya mendatar). Untungnya waktu dibeli kondisinya tak separah sepeda-sepeda tua pada umumnya. Di bawa ke Bandung saya habis sekitar 1 juta buat reparasi, cat ulang, ganti velg, aksesoris ini itu. Sekarang kondisinya sudah pulih kembali. Kalau saja ada penghitung jarak, saya bisa kira-kira jarak yang selama ini saya tempuh sama si bontel sudah 535 kilometeran. Ya ngasal. Banyak cerita seru sama si bontel. Dari mulai ditertawai penumpang angkot yang duduk di belakang, atau dilemparin senyum sama teteh-teteh motor mio sampai dibawa ke kiara payung. Rasanya mau mati. Tapi pas sampai di puncak, saya diberi applause sama bikers lain yang pake MTB. Wong satu-satunya orang edan yang naik gunung pake sepeda begini.


Ada juga topi-topinya. Serunya punya sepeda begini, kita bersepeda sambil cosplay. Kadang saya pake setelan beskap + topi polka ala kumpeni. Atau kombinasi blangkon + baju lurik. Yang sering dipakai itu iket sunda + celana batik + kacamata hitam ala jimi Hendrix. Suka dikatai tua lalu ditertawakan kawan-kawan. Baguslah, dengan begini saya buat orang tertawa. Sekaligus menertawakan diri sendiri apa salahnya. Ha Ha







Maaf bukan pamer. Saya tidak menganggap ini harta berharga. Toh ini hanya titipan. Sekarang di sini. Beberapa taun yang akan datang, saya hanya berniat mewariskan titipan-titipan ini ke anak-anak sendiri. Belum sempat terpikir untuk dijual. Saya anggap ini investasi. Dibilang begitu karena saya beli di jaman sekarang, ketika harga-harga masih bisa saya capai. Tidak satu setan pun tahu berapa harga mainan anak 10 tahun yang akan datang. Berapa harga sepeda 25 tahun mendatang. Atau barang lainnya. Disimpan baik-baik bukan karena pelit, tapi supaya ketika diberikan pada anak nanti, barang-barang ini terlihat baru. Dan ia pikir ini barang baru kemarin dibeli. Masih jauh sekali. Tapi tidak lama lagi.



Kita tak pernah menanamkan apa-apa

Kita tak kan pernah kehilangan apa-apa


-Soe Hok Gie-

16.6.13

Hari baik

Kemarin hari yang baik. Ada matahari. Baguslah, karena akhir-akhir ini dia jarang show off gegara musim hujan yang tidak menentu. Baguslah, karena kalau terlalu lama gelap di pagi hari, tua nanti kena osteoporosis akibat kurang asupan cahaya matahari.

Sore-sore antar paket ke dago. Orangnya tidak ada jadi dititipkan ke ibu kos. Lalu ke togamas. Bertemu buku Men Are from Mars, Women Are from Venus karya John Gray. Hanya baca beberapa halaman di awal-awal. Menurutnya laki-laki condong tidak gemar tulisan-tulisan beraroma psikologi, novel romansa, buku-buku self-help karena mereka lebih gemar beraktivitas di luar seperti memancing, berburu, balap motor, dan lainnya. Mereka lebih tertarik pada 'objek'. Bukan hal-hal yang melibatkan perasaan. Yaa saya sih iya-iya saja. Dulu pernah beli buku tentang public speaking yang niatan awalnya mau self-helping memperbaki cara berbicara apalagi waktu presentasi. Ujung-ujungnya hanya dipajang (malah disimpan di box bekas laptop). Mungkin itu contoh kasusnya.

Jam 6 sore ke ulang tahun Iyha. Bertemu Tono dan Ryan dulu di SMA 8. Kami mau beri kado boneka beruang yang bisa merekam suara. Ini ulah si tono. Tadinya saya pikir mau beli kue atau cincin emas. Mungkin tadinya si tono mau rekam suara dia sendiri. Isinya kata-kata permohonan maaf karena terlalu intens ke kolam air panas Sabda Alam milik Iyha di Garut dengan cara cuma-cuma. Sering telpon hanya biar masuk situ gratis. Tapi boneka beruang kecil tak berdaya ini akhirnya merekam suara si ryan. Cadel. Ya kira-kira isinya ucapan selamat ulang tahun dan seterusnya.

Di rumah iyha syukuran ulang tahun dengan sederhana. Sudah ada fasial, blek, radit, arie, naneu, susan, echa,  hindun. Sebenarnya ini lebih jadi acara selebrasi ulang tahun iyha oleh iyha, dari iyha dan untuk iyha. Karena semuanya terlihat serba mampu dilakukan sendiri olehnya. Ha ha. Sampai-sampai kami buat rekayasa supaya di acara ini kami (para tamu undangan) punya andil. Saya jadi sutradara rangkap cameraman rangkap penata gaya rangkap dubbing suara tertawaan (seperti acara-acara sitkom). Ceritanya kami datang bawa kue ulang tahun menghampiri si iyha yang lagi nonton televisi, lalu dengan ekspresi palsu seakan-akan membuat kejutan. Tidak lucu diceritakan di sini. Tapi videonya belum di-combine. Harus dari video.

Pulang-pulang dapat kabar baik yang orang yang baik. Semoga berguna.

Baguslah, kemarin diawali matahari yang baik dan ditutup dengan kabar dari orang baik. Semakin optimis hari ini lebih baik.

14.6.13

Get Well Soon

Ibu sedang sakit. Dari kemarin katanya pusing-pusing dan badan lemas. Sore tadi saya batal janji kirim paket pentablet ke orang karena saya antar ibu ke dokter. Katanya vertigo. Sebab utamanya karena kelelahan dan kurang tidur. Sudah dikasih obat, mudah-mudahan cepat sembuhnya atas kuasa-Nya, bukan obatnya.

Antrian nomor 66. Baru nomor 33. Di ruang tunggu kami berbincang-bincang seperti anak itik baru ketemu induk. Seperti lama sekali tidak punya waktu khusus berduaan ngobrol-ngobrol. Sekali pun ngobrol cuma sekilas kalau nanya ini itu ditaro dimana. Tapi untuk tadi, kami kita ngobrol khidmat sekali, bu.

I : "Umur ibu sekarang 46. Tua"
A : "Iya tua"
*diam*

I : "Subuh tadi di pasar hampir jatuh. Untung pegangan. Ada yang nanya ibu kenapa. Pusing"
A : "Kecapek-an ibu teh."
I : "Iya kayanya"
A : "Kurang tidur juga."
A : "Itu kalo malem, gausah nungguin Soni deh. Biar aku yang tunggu."
I : "Ga ada yang bukain pintu"
A : "Aku masih bisa bangun sampai dini hari. Lagian dia juga punya kunci gerbang"
*diam*

I : "Rabu besok katanya dia mau ke Cikole. Acara kampus katanya"
A : "Ngapain?"
I : "Gatau. Bayar kan.. Berapa ya? 160 ribu gitu? Pinjem dulu dari DKM"
A : "Kalau ada apa-apa, ga usah pinjem atuh Bu. Aku ada tabungan juga."
I : "Itu punyamu"
A : "Ya gapapa. Yang penting ada. Daripada pinjem-pinjem"
I : "Tabunganmu berapa?"
A : "Pokonya ada bu sekian jt. Hasil kerjaan kemarin. Itu pun ada sisa 2jt lg blm dibayar"
I : "Kenapa? Kerjaan apa?"
A : "Belum kelar. Ada lah gambar2"
Saya jarang bicara kerjaan. Selama ini yang ibu tau adalah saya buat gambar-gambar karikatur.
*diam*

A : "Kita punya sodara gak Bu di Jakarta?"
I : "Ada si Bi Euis, A Agus. Gak tau alamatnya karena belum pernah kesana"
A : "Kalau ke jakarta suka bingung nanya siapa nginep dimana"
I : "Ke Bi Euis aja. Baik. Pasti nerima banget kalau ada sodara berkunjung"
I : "Nanti ditelepon minta alamatnya"
*diam*

I : "Kamu teh udah lulus?" (kentara sekali kalau saya jarang cerita tentang perkualiahan)
A : "Belum bu. Kayanya Desember. Wisudanya April"
I : "Kalau yang lain? Temen-temenmu?"
A : "Angkatan 2009 sekitar 80% udah pada lulus kemarin. Tinggal wisuda."
I : "Kenapa kamu masih lama?"
A : "Ga mau buru-buru. Masih ada kerjaan lain, ada organisasi lain"
I : "Oh yaudah asal bener-bener"
*diam*

I : "Kalau udah lulus rencananya mau ke mana?"
A : "Nyoba honda. Kemarin ditelpon suruh ke jakarta."
I : "Kapan ke jakartanya?"
A : "Harusnya rabu kemarin wawancara.Tapi gajadi karena belum lulus."
I : "Kalau yang lain udah pada keterima kerja?"
A : "Gatau. Mungkin ada yg udah, ada yang masih nyari, ada yang masih bingung"
A : "Lulus cepet-cepet juga bingung bu kalo masih bingung ke depannya"
I : "Iya"
*diam*

I : "Ngekos tuh mahal. Belum kamu bayar makan, cuci baju, cuci piring."
A : "Di sini terlalu ribut bu. Pagi ada si de Alfan. Malam anjing tetangga. Mau fokus TA"
I : "Ke kamar atas?"
A : "Panas. Repot mindah-mindah barang juga"
I : "Udah bilang ke si ayah soal ngekos?"
A : "Belum"
I : "Kenapa?"
A : "Ga usah"
*diam*

I : "Malu gak punya ibu kaya gini?"
A : "Ngomong apa to bu? Nggak atuh"

Dalam hati, saya berbicara sendiri. Bahkan engkau adalah kebanggaan. Harta tak ternilai dari apapun juga. Saya bersyukur terlahir sebagai anaknya. Bukan anak Anang & Krisdayanti yang kini.... begitulah.

I : "kamu 22 taun kan"
A : "Iya"
I : "Sing katungkulan" (artinya : mudah-mudahan terurus. Dalam konteks ini, ibu cantik ini berdoa semoga diurus dengan baik oleh anak-anaknya kelak ketika mereka dewasa).

Aku janji, Bu. Aku janji.

Pulang. Diberi beberapa resep obat. Katanya vertigo. Benar dugaaan, kecapekan. Sampai di rumah, si ibu tidur jam 10an. Saya tidur di kursi ruang tamu nunggu si ade. Dia baru pulang jam 11an. Besok pagi, warung tutup saja seharian, dan larangan tak usah pergi ke pasar. Istirahat total.

Cepat sembuh, Bu.

12.6.13

Kejar deadline (internship)

Rontok semua isi badan. Ini akibat permainan hyperactive waktu bulutangkis tempo hari di cisitu. Lain kali saya enggan main bulutangkis sambil lari-lari. Mau bikin raket yang bisa diatur panjangnya saja.

Berkali-kali buka email dari si kang dinar. Berharap isinya berubah. Ini soal internship di ardan. Saya lolos 8 besar tapi tugas pertama bukan selera saya. Buat 10 gambar boyband korea G-Dragon pakai crayon. Deadline esok hari. Sepuluh gambar. Saya harap itu typo. Di reminder sih mau dibuat hari ini. Tapi kalau badan copot-copot bautnya, pensil saja terasa barbel.

Kawan-kawan kriya sudah pada sarjana S.Ds. Kawan dkv sama DI lagi sidang. Saya lagi makan mie goreng pedas campur telor balado. Memandang 2 bulan lagi menuju tugas akhir rasa-rasanya bego sendiri. Belum terpikir apa-apa. Belum lagi tugas besar jadi deputi di KM. Habis nonton negeri 5 menara. Dari situ, saya dapat pemacu. "Man Jadda Wa Jada".

Habis beli albumnya Jamie Aditya. Kacau racunnnya. Saya tidak rela musik bagus dihargai lebih murah (35rebu) dari musik murahan (tapi harganya 70rebu).

Malas lagi. Rasa-rasanya hari ini bandung hujan melulu dari pagi sampai petang.

10.6.13

Monolog dua dini hari

Dari semalam belum kembali ke tempat tidur. Ada yang mengganjal. Pertanyaan-pertanyaan dari 2 hari yang lalu belum sempat tersampaikan. Kini dini hari, dan saya sedang main tipu-tipu diri sendiri. Menipu diri dengan berpura-pura acuh padahal menaruh atensi. Ini yang terjadi kalau menaruh rasa tapi rahasia (atau dipura-purakan rahasia). Saling mengenal lebih adalah harapan. Dalam kasus ini sepertinya masih satu kubu saja yang beranggapan seperti itu. Di kubu saya sendiri. Mengetahui detail tentang pribadi manusia membuat seseorang menjadi semakin cinta pada manusia.  Sayangnya, tidak mudah mencari tahu tentang kehidupan seseorang kalau tidak ada yang dapat dicari tahu. Memang ini dunia sudah serba dimudahkan mencari informasi. Apa yang ingin dicari datang dari berbagai penjuru dunia dalam hitungan milisekon. Tapi sekali lagi, tidak banyak yang didapatkan meskipun apa yang ingin dicari hanya berjarak beberapa kilometer saja dari sini. Lagi pula saya malas bergantung pada dunia maya kalau masih bisa diketahui di dunia nyata. Pertemuan di sini nyata dan saya senang akan hal itu. Saya senang kalau pertemuan itu berlangsung berkali-kali, sampai kita bosan hidup lalu mati. Yang bisa dilakukan sekarang ini hanya mengulur waktu sampai ada momentum tepat bertemu sapa langsung. Tapi tindakan tak kunjung berjalan. Terhambat oleh ketidaktahuan harus apa lagi selanjutnya. Seperti lingkaran setan. Daripada prasangka-prasangka ini merajalela, lebih baik diutarakan maksudnya. Dalam konteks yang lebih jelas, maksud saya adalah, saya rindu bertemu sapa. Ketika kita berbicara tentang seorang pemudi lucu yang berbicara sambil menggaruk kepala lalu kamu tertawa. Ketika kita berpikir kata sapa apa yang pantas disematkan untuk kita satu sama lain, dan kamu bilang 'kamu' lalu canggung sesaat kemudian.
Semoga ini bukan musim berkepanjangan. Karena sebetulnya saya kurang suka soal-soal cinta ini berkuasa terlalu lama. Kecuali kalau gayung memang bersambut. Itu lain cerita

9.6.13

Catatan tingkat akhir

Kemarin, 8 Juni 2013, adalah hari dimana kekesalan pada institusi ini kembali mencuat ke permukaan. Pagi-pagi ketemu si jagil & bintang. Mereka anak teknik industri. Tambah satu lagi si akrim anak mesin. Kami berbicara tentang cita-cita bersama.

Mereka sedang mengembangkan segway. Masih pilot project tapi ingin diteruskan. Sekaligus dilombakan di Korea. Saya baca rinciannya beserta berkas-berkas penunjang. Menarik. Saya diajak jadi anggota tim karena si jagil dan si bintang ingin segway ini tidak terlalu engineering, tapi ada sentuhan desain, katanya. Tapi sayangnya institusi ini lagi-lagi bertingkah. Nama saya sudah diajukan ke dosen pembimgbing proyek ini untuk diikutsertakan sebagai delegasi dari program studi desain. Kata dosen mesin tersebut, memang ini proyek kolaborasi antar multidisiplin ilmu, tapi, ini hanya kerja sama antar teknik mesin, teknik industri, dan teknik elektro saja. Kalaupun ada anak desain yang ikut campur, itu tidak disarankan, karena tidak ada alur koordinasi kolaborasi yang jelas dengan fakultas seni rupa dan desain. Birokrasi sialan hanya malaikat pencabut nyawa. Alibi itu saya terima. Kini, saya tidak termasuk tim, tapi hanya sebagai tenaga outsource saja yang dibayar. Kenapa buat proyek antar jurusan saja dipersulit?

Lalu mau apa jadinya kalau mindset "kolaborasi ilmu" di kampus ini saja tidak becus dalam kenyataannya. Saya berani bicara begitu karena saya pernah mencicipi rasanya "kolaborasi ilmu gado-gado" ini.

Di kampus yang katanya terbaik bangsa ini, ada 4 ilmu besar. Teknik, sains, bisnis, serta seni rupa dan desain. Sejatinya setiap mahasiswa di dalamnya mencicipi minimal 1 saja proyek kerjasama yang melibatkan seluruh aspek ilmu besar itu. Kenyataannya, hanya segelintir orang saja yang rela gengsinya dinomorsekiankan. Saya bilang gengsi. Ya. Orang-orang di kampus ini gengsinya tinggi. Saya beropini seperti ini karena melihat kecenderungan siklus hidup di sini:

Tingkat pertama sudah melabeli diri sendiri dengan "terbaik bangsa". Harusnya beban, malah bahan tertawaan. Tidak sedikit saya melihat mahasiswa tingkat satu terlalu berbangga dengan sebutan itu sampai lupa bahwa itu bukan sesuatu yang perlu dibanggakan, namun sesuatu yang perlu dipertanggungjawabkan. Pada level ini, mindset "terbaik" itu disalahartikan. Tidak sedikit yang menganggap "terbaik:" itu haruslah dirinya sendiri. Maka kompetisi menjadi yang terbaik inilah menjadi awal pembentukan karakter mahasiswa mahasiswi di sini.

Tingkat dua ketika masuk jurusan masing-masing, kaderisasi yang mengatasnamakan "kebersamaan" banyak sekali. Tiap malam bergaung dari berbagai penjuru kampus ini berteriak yel-yel himpunan masing-masing. Tidak mau kalah satu-sama lain. Dan juga tidak tahu waktu. Pernah ketika saya lewat menjelang magrib ada orasi di campus center. Mereka berteriak yel-yel kearas sekali. Adzan dari salman berkumandang mereka hiraukan. Berteriak-teriak melawan suara ajakan beribadah dari surau. Attitude carut marut. Itukah yang disebut "demi kekompakan"? Itukah yang disebut "demi kekeluargaan"?. Oke let say, begitu masuk himpunan, kekeluargaan ini terbentuk. Intim sekali di dalamnya. Hangat. Sampai enggan buka jendela.

Tingkat ketiga berorganisasi. Kebanyakan himpunan oriented. Kenapa? Bisa dilihat acara-acara di kampus ini banyaknya acara himpunan. Ada juga acara dari kabinet, itu pun bisa dihitung jari : penerimaan mahasiswa baru, pagelaran seni budaya, itb fair, pemilu raya. Acara himpunan ini seakan berlomba-lomba paling mengundang banyak masa, paling meriah, paling ini itu, tanpa esensi.

Tingkat empat, sibuk tugas akhir. Di sini titik puncak individualis karena tugas akhir/skripsi dikerjakan secara individu. Apa yang terjadi? Mahasiswa tambang ya tugas akhir tentang pertambangan, mahasiswa bisnis ya tentang bisnis, mahasiswa lukis ya tentang lukis. Kebanyakan seperti itu. Jarang yang lompat ke disiplin ilmu lain karena pemahaman yang jauh berbeda.

Lulus membawa ilmu luhur, tapi di bidangnya saja. Percaya diri tinggi bahwa ilmunya itu akan membawa kesuksesan besar di masa datang karena dialah masternya. Begitu masuk dunia kerja sesungguhnya, dia hanya dipandang sebelah mata. Softskill yang buruk, kemampuan bergaul yang memprihatinkan, alih-alih ingin mencapai cita-cita malah terhambat karena hal tersebut. Begitu cita-citanya sulit dicapai karena hambatan softskill, maka dengan pemikiran analitisnya, dilakukanlah apa itu korupsi, money laundry, dosa, dosa, dosa, dan dosa.

Lihat saja pejabat-pejabat negeri ini yang jadi tikus-tikus idiot. Katanya sih banyak alumnus kampus ini. Katanya. Kalau analisa di saya di atas saya benar, berarti memang begitu siklus hidupnya.

Saya beruntung berkuliah di sini menekuni ilmu desain dan seni. Tidak hanya belajar menggambar yang katanya gampang, tapi juga belajar rasa. Anak seni itu menilai sesuatu menurut rasa. Rasio itu nomor ke-enam setelah pancasila. Maka dari itu jarang tuh orang seni korupsi, orang seni money laundry, orang seni berpolitik tai kucing.

Contoh kasus, rapat di Kabinet tentang keprofesian. Saat itu saya hanya bareng si Mifta sebagai delegasi dari fsrd. Sisanya dari seluruh jurusan di itb. Di forum itu, saya tanya ke seseorang di sana kenapa penelitian anda hanya sebatas di program studi masing-masing? kenapa tidak mengajak anak SR kek, anak SBM kek, anak Farmasi kek? Soalnya saya lihat ini peluang bagus buat kolaborasi. Lalu dia jawab, "karena segan ngajak anak Seni Rupa". Iya memang berbeda kulturnya. Ada yang gimbal disangka orang gila. Ada yang celana robek-robek disangka gembel. Gedung kuliah SR terlihat mencekam makanya mereka segan masuk. Lalu saya bilang di situ "Memang kami begini, aneh, nyeleneh, punya pemikiran berbeda dengan anda atau semua yang ada di sini. Tapi gimbal-gimbal juga tetep makan nasi bukan makan rambutnya yang mirip mie instant. Justru kami juga butuh ilmu teknik, sains, bisnis untuk menyempurnakan karya-karya kami. Kami memang di kamus teknik. Kami bukan anak tiri. Kami istimewa. Tanpa fsrd, kampus ini tak punya warna. Sekarang silahkan kalau ada yang butuh anak-anak fsrd, mau DKV untuk buat iklan, desain grafis, dll, atau desain produk untuk membuat robot mas ini yang dari elektro misalnya, atau kriya membuat baju-baju indah, silahkan hubungi saya. Nanti saya sampaikan ke yang lain". Malam itu, saya diminta kontak oleh si Dewe dari elektro, si Farhan dari Fisika, si Tinton dari mikrobiologi. Beberapa proyek kerjasama dengan desain produk mulai dilaksanakan di kemudian hari.

Saya pribadi merasa kalau hanya punya kemampuan rasa tanpa punya bekal rasio yang berimbang, apa jadinya ilmu saya nanti. Belajar desain yang bagus, ergonomis, estetika ngalor ngidul rasanya kurang. Mungkin mereka-mereka anak teknik,sains, dan bisnis juga merasa yang sama? Menguasai engineering, perhitungan, logika, dan semua hal eksakta membuat logika mereka jalan. Tapi rasa, kepekaan, dan hati kurang terasah. Kita saling membutuhkan. Keempat multidisiplin ilmu di kampus ini saling membutuhkan. Apa gunanya mesin pesawat canggih tanpa desain dan tampilan luar yang estetik. Apa juga artinya desain interior yang luar biasa indah tanpa arsitek dan teknisi sipil yang handal. Apa artinya semua itu tanpa manajemen yang baik. Kampus ini memang kurang memfasilitasi mahasiswanya untuk melakukan kolaborasi ilmu ini dengan matang. Memang di Badan eksekutif mahasiswa itb ada yang concern di bidang kolaborasi ilmu ini. Namanya I3M, Inkubator Ide Inovasi Mahasiswa. Saya pernah diajak ketuanya si Astrid beberapa kali membahas kegiatan ini itu. Dan hanya segelintir orang yang ikut dari ribuan penduduk kampus ini. Bisa dihitung jari lah. Perbedaan jadwal perkuliahan dan padatnya perkuliahan jadi kambing hitam. Klise. Itu mungkin karena kurang mampu mengatur waktu saja. Padatnya kalender akademik ini juga hanya akan jadi bom waktu yang nantinya hanya mencipta robot. Bukan manusia sesungguhnya. Kalau begini terus, beberapa tahun mendatang ITB hanya jadi arena cari ijasah KW super.

Kembali pada mindset mahasiswa masing-masing. Inisiatif. Bergerak sendiri tanpa harus dikendalikan orang lain. Mencoba sesuatu yang baru dan keluar dari zona nyaman di himpunan masing-masing. Dengan itu, pasti akan lebih banyak karya terbaik dari anak bangsa terbaik.

Ini hasil melamun kemarin malam setelah ngobrol dengan seseorang. Kalau saya punya wewenang ngatur kampus ini, saya bakal kosongkan waktu selama satu bulan di tengah periode akademik. Satu bulan KOSONG UNTUK SELURUH PROGRAM STUDI. Selama satu bulan itu tidak ada kuliah apapun, tidak ada libur. Isinya ya  mahasiswa dari berbagai prodi bergabung membuat sebuah karya/produk/penelitian apapun bentuknya untuk menjadi ajang kolaborasi ilmu. Tapi itu hanya 'kalau saja'. Selanjutnya, kembali ke cita-cita kampus ini bagaimana ia mencetak generasi yang berguna. In harmonia progresio.


7.6.13

Self Branding - Name

Nama. Adalah do'a. Adalah merk. Identitas yang menentukan bagaimana cara sebuah benda/makhluk itu diketahui keberadaannya oleh sekitar. Tapi apalah arti sebuah nama, kata pepatah. 

Ardhyaska Amy.
Ardhy : Bumi (arab). Filosofinya, manusia berasal dari tanah, dan akan kembali ke tanah.
Aska : Nama kakek dari ayah (Askadidjaja), Asli Kawali (konon dulu ada kerajaan Kawali)
Amy : Nama kakek dari ibu (Amijaya). Keluarga besar turunan Garut.


Cukup kelihatan? Yang di belakang kelihatan jelas? Itulah latar belakang nama saya. Saya sendiri baru tahu arti nama ketika mulai kuliah. Saat obrolan serius anak laki-laki dengan ayahnya. Curiosity saya lemah mungkin ya. Seumur-umur punya nama baru tau ketika umur 18. Itu pun dikasi tau babeh.



Emang susah ya tu nama? Aneh, kata istrinya si maskukuh nama saya bagus. Kata mantan kekasih dulu juga iya. Tapi begitu putus langsung terlihat buruk :( . Saya heran kenapa banyak salah menyebutnya. Padahal masih pake alfabet, belum pake arab gundul. Penyakit ini mulai akut ketika masuk SMP. Hari pertama sudah begini. Ketika ospek dipanggil kakak kelas.



"ardhyaksa!!"
saya ngacung stengah lengan
"ARDHYAKSAAA!!"
"ini kak disini!" (ngacung jari telunjuk. waktu itu masih jamannya ngacung pake telunjuk ya, bukan tangan)
"mana yg namanya ARDHYAKSAAA!!!"
"INI KKKAAKK!!!" (teriak kesal..sambil ngacung2 jari telunjuk..)
terbesit niatan buat ngacung jari tengah.

***

Ada lagi SMA. Minggu pertama nih ada mata pelajaran bahasa inggris. Saya lupa bu siapa. Beliau sudah udzur sih. Waktu absen..


"Adiyasa! Siapa ini namanya?" (sambil benerin kacamata).

dalam hati teh : "hah? aing maksudnya?"
Dipanggil lagi
"adiyasa mana adiyasa?"
"saya bu! tapi itu ardhyaska bu" saya koreksi.
"Iya betul kan adiyasa"
and yes. it happen again. Selama satu tahun bu guru itu mengajar, itulah nama absen saya di matanya.

***



SMA kelas 3. Malam-malam jam 12an ada telpon masuk. HP nokia dulu ringtone-nya bak toa masjid, getarannya bak gempa krakatau. Saya bangun.


A : "mmm...hoaam.. halo salamlekum.."
stranger:"walekum salam" (waini!! yg nelpon suaranya berat! hampir saya panggil om. anehnya, ngapain juga nelpon malem2?)
Stranger : "halo, mmm om. Amy nya ada?"


*jirr tau dari mana coba nomor gua?*
A : "hah??!! oo amy.. ada. ini siapa?? *Dia sangka saya bapaknya si Amy. kepalang nanggung saya kerjain juga dia*
Stranger : "ini Rudi"
A : "Rudi mana ya?"
Stranger : "temen smp-nya om, dari jogja" (geblek aing gapunya temen di jogja namanya rudi. Kalo rudi hadisuwarno aing tau, tapi dia bukan wong jogja)


Untuk selanjutnya, Stranger ini saya panggil R.
A : "tau nomor amy darimana?"
R : "pesbuk, om"


Lalu saya ingat dulu jaman jahiliyah fesbuk booming, semua data pribadi dimasukin situ tuh biar temen lama kalo mau ngontak gampang.


A : "oo.. bentar ya. om panggilin dulu amy-nya"
R : "makasih om"
beberapa saat kmudian..
A : "halo"


R : "halo om gimana?"
A : "ini Amy. ada apa Rud?"
sejurus kemudian...



R : *tuut tuut tuut.. gujes gujes...*.*panggilan terputus. Atau mungkin Rudi nenggak baygon cair karena kecewa pada Amy yang dia harap serupa Maudy Ayunda. 

Inilah awal mula ke-girly-an aing. Selanjutnya, makin menggila.

***


Masih SMA kelas 3. Waktu pengumuman USM. Buka situs itb lama benget. Sambil nunggu, buka fesbuk.
*PLOK!!!* bunyi tanda ada yang ngajak chat.
ECHO namanya (sudah saya remove sekarang mah.hehe.. maaf ya! :)



E : hAi! :)
A : hoi hoi!
E: LeH kNaLLand 9a?
A : *maneh ngomong naon?? :|* (tadinya mau ngetik itu. saya ketik, saya hapus lagi).
A : boleh2..
E : aMy skUL/kUl? *cie ala mirc gitu doi*
A : saya orang.manusia.asli anak Adam. bkan skul/kul. km? *jir jawaban aing bocah. rujit*
E : hAgHagHAgs..Qm lUcHu DeCh.. aQ Dah Mu Kul. Qm nAq MnA?
A : *eh?*
A : bandung
E : ko jwApnYa ZiN9Kat" cih?
A : warnetnya laknat nih. jdnya lama deh.. 
E : Qm c0/ce?
A : cowo. liat aja info-nya!
E : ooh.. sori2.. gw ol di hp.jd ga liat info lo.
*alhamdulillah tulisan dia normal kembali*
E : gw off dulu ya! thanks.


A : eh ko ko.. jangan mati koo..koooo 
dan itu percakapan kita yang pertama dan yang terakhir. Malangnya nasib si eko.
ekooo.... eko.. knapa namamu dianeh-anehin jd ECHO?? Yang saya tahu ada Bakso namanya Niki Echo di cicaheum enak gila.

***


Masa kuliah. Minggu,4 oktober 2009 pkl 23:32:18 WIB
bzz...bzz.. sms? siapa nih?
Inilah sms2 asli yangg masih saya save di hp.
sms prtama: AMMyyy!!! (sy bales: hei.. siapa ini?)
sms k2: ini E.Y. (nama dsamarkan). lg ngapain my? (saya bales lagi: lg nonton. ada apa nih sms jam sgini?)
sms k3: gapapa.. cuma nanya, hehe..(saya: ooo.. E.Y. co/cewe? anak mana ya? ko tau nmr saya?)
sms k4: Cwo..nak upi..alumni 8 jga.. lum tidur?
Sudah tau sama-sama satu onderdil (laki).. masih brani nanya "blum tidur?" wtf. (sy bls: ada apa? ada yg bisa sy bantu?
sms k5: Gax ada apa2..liat di fb.hehe.. amy kul dmn?jur apa? (sy bls: oo.. sy di itb. fsrd. seni rupa dan desain)..END.



Saya gatau kenapa doi gak membalas sms saya. Mungkin dia baru tersadar dari imajinasinya ketika ngelem aibon.

***

Oke itu saja dulu, karena masih sangat-sangat banyak kesalahan pengucapan, penulisan, pencetakan nama saya. Akta kelahiran ada embel-embel "Priatna", KTP huruf Y diganti pake I, absen sekolah yang membuat saya dapat satu paket kerudung + rok panjang,dll. Tempo hari, di koran, waktu menang lomba, entah siapa yang salah, nama saya salah tulis. Ya kalo gini mau tenar juga susah. Padahal kalo udah tenar bisa lah dapet maudy ayunda.

Pun begitu dengan panggilan. Tidak pernah ada benarnya. Dari lahir sampai SD dipanggil Dias, SMP saya ganti jadi Ardhy (karena ada waktu itu ada temen cewek yang menurut saya gak cantik,item, namanyanya mirip.. Tyas. Saya ganti karena gamau diceng-cengin. Anjir aing waktu SMP jahat tendang-able pisan). SMA masih ardhy. Kelas 2 diubah semena-mena jadi Amy, Amoy, Amey. Itu semua diawali ulah si festy. Sampai ada juga Parley (ada guru pelajaran gambar namanya pak parli. Sama anak-anak suka disangka homobelum, padahal belum tentu. Karena di kelas saya suka gambar, maka disangkut pautkanlah saya sama si bapak ini. Fak.

Ya beginilah sekarang. Saya berusaha memperbaiki citra, tapi orang terlanjur tau Amy ketimbang Ardhy. Saya suka kebingungan sendiri kalau berkenalan. Tapi terserah orang memanggil saya apa, asal masih dalam sebutan yang baik.

3.6.13

Life's to live and love's to love

Tempo hari bertemu lagi pak wen di secco. Luthier, desainer, life observer, wise man, atau sebutan lain yang selayaknya ditujukan padanya. Beliau itu yang bimbing saya waktu buat gitar setahun kemarin. (kalau ada yang pernah baca tulisan sebelumnya).

Hari sabtu tepatnya, saya sama si yodha ke secco bawa bolu gulung. Oleh-oleh atau apalah itu. Buat pak wen. Si bandrolnya belum dilepas. Ck ck ck.. Tertulis Rp 38.000. dan plastik kresek bertuliskan Primarasa. Fail.

Tapi anggap saja 38 rebu itu bayar mata kuliah 8 sks yang judulnya kuliah "Hidup". Mulai jam 11.11 lalu berakhir jam 14.14. Apa yang kami bicarakan selama itu adalah bekal yang tidak pernah ada di kehidupan akademika. Saya tulis ulang berdasarkan apa yang diingat.

Awalnya kami saling bertanya kabar. Pak wen seperti biasa dalam workshop akuariumnya sedang berkutat dengan kayu mahoni dan clamp F-nya. Saya menuju tugas akhir. Si yodha baru saja lulus. Baru kemarin. Lalu Pak wen bercerita tentang bagaimana ia lulus, setelah lulus, 10 tehun setelah lulus, lalu sekarang. Begitu inspiratif. Beliau bercerita sebagian fase hidup manusia yang saya anggap idealis tapi realistis.

Hidup. Katanya, hidup ibarat lukisan. Kanvas putih sudah disedaiakan sejak lahir. Kuas adalah raga, cat adalah jiwa, dan aliran lukisan adalah bagaimana kita menjalani hidup. Ekspresionis, surealis, realis, dadais, abstrak, dan banyak lagi aliran melukis. Apakah hidup kita tidak tentu, spontanitas, serba mendadak seperti ekspresionis? Atau hidup aman-aman saja seperti realis? Itu pilihan. Pilihan bagaimana kita mau menjalani hidup dan apa gunanya hidup. Kita tak bisa menilai lukisan sendiri. Orang lain yang menilai bagus tidaknya. Orang lain menilai lukisan kita ketika lukisan itu sudah rampung, dirapikan, dipasang figura, lalu dipajang. Hidup kita dinilai setelah kita meninggalkan dunia. Setelah kuas berhenti dan cat habis.

Kami terperangah sejenak. Berusaha mencerna dan ternyata mudah dicerna. Pak wen berhenti sejenak. Obrolan selanjutnya tentang fase : lulus - menikah - rumah tangga. Ini lebih spesifik.

Lalu muncul analogi kedua. Rumah tangga layaknya kereta kuda yang ditarik 2 kuda. Jantan dan betina. Kereta kuda memiliki tali kekang pada kedua kuda. Ini yang disebut perkawinan. Kereta kuda ini juga memiliki posisi awal dan tujuan akhir. Kedua kuda yang menarik kereta ini harus melewati banyak jalan menuju tujuannya. Terkadang ada persimpangan, jalan rusak, jalan lebar, sempit, jalan berliku. Terkadang kedua kuda saling bersinggungan ataupun saling menginjak kaki. Walau begitu, kedua kuda ini haruslah melangkah seirama. Tiada yang lebih cepat atau lambat. Memilih jalan yang sama. Karena, jika ada satu kuda yang memaksa memilih jalan yang berbeda, tali kekang akan terputus, dan kereta akan terguling. Itulah perceraian. Kereta terguling saja sudah merupakan musibah. Bayangkan kalau di dalam kereta tersebut ada penumpang. Mereka akan terluka atau bahkan hingga trauma.
Penumpang itu adalah anak-anak yang kelak menjadi tanggung jawab suami dan istri. Penumpang ini memiliki tujuan yang berbeda-beda. Mereka akan berhenti di satu terminal pada kurun waktu tertentu. Untuk lepas dari kereta kuda. Untuk bebas. Untuk berhenti membebani kedua kuda di depannya yang beranjak renta. Itulah masa-masa ketika anak-anak sudah beranjak dewasa dan mandiri.

source : http://farm4.staticflickr.com

Ketika kedua kuda beranjak tua, dan mereka sudah hampir sampai pada tujuan, mereka harus berhenti. Berhenti berlari. Mereka hanya mampu melihat keadaan penumpang-penumpang yang pernah naik di kereta mereka. Penumpang itu menghampiri untuk sekedar menjenguk, mengusap badan, mencucikan kereta kuda yang digerogoti rayap. Usang. Hingga tiba masa salah satu dari kedua kuda meninggalkan kandang. Tak lama kemudian kuda pasangannya mengikuti.

Menurut saya, itu analogi yang mudah diserap banyak kalangan. Saya mengerti maksudnya tapi saya tidak merasa seperti sedang digurui. Ini lebih terasa seperti sharing. Umur tidak nampak di sini. Berbeda rasanya kalau berbicara hidup dengan orang tua sendiri. Entah kenapa rasanya saya selalu segan. Merasa dinasehati, pasti. Mungkin itu sebabnya saya tak banyak diberi suapan rasa hidup dari orang tua. Saya lebih suka mencari sendiri di luaran sana. Mencicipi hidup dengan suapan sendok sendiri terasa lebih hidup.

Kepala saya pegal. 3 jam mengangguk-angguk. Lebih karena saya merasa tersindir dengan analogi pak wen ini. Selama kurang lebih 20 tahun sudah melukis seindah apa, sebagus apa, lukisan apa, bagaimana nanti lukisan ini dilihat orang, penilaian orang. Begitu pula dengan kereta kuda. Rasanya masih sangat jauh, tapi jika dilihat dari waktu, sebentar lagi giliran saya.

***

Kelulusan kuliah dianggap sesuatu yang klise karena banyak dikaitkan pada : "Ini baru awal". Begitu mendengar istilah itu, serta merta pandangan hidup, idealisme, paham, dan semuanya berubah. Tidak spontan namun perlahan. Bahkan sudah terasa saat 1 tahun terakhir. Hidup dengan dunia masing-masing. Puluhan atau bahkan ratusan teman yang waktu awal kuliah dibangga-banggakan, kini tak berkutik jika diminta menghampiri. Kita harus paham dan mengerti, mereka punya dunia mereka juga. Ini pilihannya : Jika ingin berjalan cepat dan di depan, berjalanlah sendiri. Jika ingin banyak teman, berjalanlah perlahan dan ikuti mau mereka.

Umur menginjak 22. Bukan saya menghindari perkara perasaan, tapi saya pikir ini waktunya. Tiada salah mencoba. Mencari pasangan hidup ketika muda akan lebih baik. Tak usah menunggu keadaan ideal untuk memiliki rumah tangga ideal. Rumah, pekerjaan, status, harta. Ada yang bilang "lebih baik semuanya itu dicapai bersama-sama, dengan pasangan. Dengan saling mendukung". katanya. Lalu kenapa sekarang? Saya tidak merasa harus sekarang, atau juga harus nanti saja mengurusi perkara ini. Biarkan mengalir, tapi alirannya harus dipercepat juga. Bayangkan kalau terlalu egois pada urusan karir (misalnya). Banyak rejeki, sudah punya rumah, bisa membiayai ini itu sampai lupa perkara pasangan hidup. Kasihan anak-anaknya nanti kalau mengundur-undur pernikahan. Bayangkan, anak umur SMA, beranjak kuliah, ketika tanggung jawab ayah sangat diuji di situ untuk membiayai studi atau kebutuhan hidup lainnya. Ketika sang ayah sudah tua bangka, tenaga, pikiran, semangat sudah terkuras. Sudah lewat masanya penuh energi. Kalau sudah begitu, sulit. Coba kalau beruntung umur tua sudah kaya banyak rejeki sehingga tak usah kerja tinggal menunggu mati. Tapi sayangnya tak ada yang seperti itu.

Bidak catur penuh perhitungan.
Salah langkah, patih termakan.
Sekarang atau nanti harus diputuskan.
Cerdik atau licik itu pilihan
Melintang, serong, L, satu langkah, itu macam jalan.
Yang kuat menyerang, yang lemah bertahan.
Sampai salah satu dari mereka tunduk perlahan.
Selesai permainan.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...