4.2.14

Harus Tahu Diri

Pilihan terbaik adalah berbicara di depan puluhan sarjana daripada harus bicara di depan seorang perempuan yang memesona. Saya akui, perempuan cantik hanya untuk pria tampan rupawan. Bila ditambah : kaya, itu semakin meyakinkan. Beauty dan The Best hanya sebuah cerita. Tapi apa benar bisa menjadi nyata? Apa bisa menimpa saya, kamu, kami; orang-orang yang Tuhan kehendaki bertubuh dan berparas ngepas.

Apa salah jika orang bukan rupawan tertarik pada ciptaan Tuhan yang sesuai syarat keindahan? Sepertinya dipandang salah. Sudah jelek, sok ganteng. Begitu mungkin sentimen yang berkeliaran. 

Bagi kaum seperti kami, nekat adalah cari mati, malu berarti tahu diri. Kecuali, jika sudah punya ninja atau rumah pribadi. Maka, kejelekan tampang itu nomor 24 yang jadi bahan pertimbangan perempuan ketika memandang lelaki.

Saya tak punya ninja. Rumah pribadi masih terbuat dari lego. Lantas mau bagaimana? Kalau tak punya fisik, perbaiki hati. Orang seperti ini memang kadar pasrah-nya harus agak banyak.

Intelligence is the new sexy. Begitu kata buku. Tidak ada salahnya mencari ilmu yang banyak. Mungkin dengan itu saya bisa punya keberanian menghadapi pembicaraan dengan seorang perempuan yang memesona. Mungkin.

Cemburu itu pasti kalau kita tahu yang terjadi. Maka lebih baik tidak tahu. Tapi perempuan manis tidak pernah luput dari perhatian. Maka akan sering ketahuan. Namun kenyataan harus ditelan. Jika melihat pujaan bersama orang yang juga rupawan, hukum keseimbangan alam memang benar adanya. Memang pedih, tidak bisa dipungkiri. Jadi, terima saja hukum keseimbangan itu dengan besar hati. Kita, para kaum kasta paria, tidak bisa mengubah diri menjadi kesatria. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa agar hati sang pujaan yang diputarbalikkan oleh Yang Maha Kuasa. 

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...