30.3.14

Hepi Billiard Day, Mom.

| Sabtu, 30 Maret |



Intinya, hari ini ada jogress antara main biliar di tempat rada-rada berbau prostitusi di daerah kosambi, dengan...



...ulang tahun si ibu yang ke 47. Saya agak canggung. Tapi semoga do'anya orang tua memberi berkah pada anak-anaknya. 

***

Ah sial sangat menyesal tak ikut mendaki Papandayan bareng si alan dkk kemarin. Baru liat foto-fotonya lalu merasa sial sangat menyesal. Bete

29.3.14

Nowhere to Go

Ada masanya ketika pikiran dan rasa tidak saling berhubungan. Kalau bukan karena masih merasa waras, mungkin akan lebih buruk keadaannya. Linglung. Kikuk mencari-cari cara supaya tidak tertekan. Dan kabur malam ini is the only way out.

Rupayanya gerimis, rupanya gerimis, mengungdang..ang..ang..ang.. Begitu kata SLAM. Saya pergi bawa sepeda dengan tujuan : entah kemana rimbanya. Saat itu saya bahkan seperti tidak punya kesadaran. Mati rasa, padahal air menghujani kulit. Padahal nafas terengah-engah. Padahal iklim menyuruh diam saja di bawah selimut bersama kopi. 

Sabtu malam kondisi jalan lebih ramai dari biasanya. Anggapan saya, saya bisa bersepeda sampai larut atau sampai subuh memanggil. Selama jaket ini masih kuat menahan suhu kota.



Jam 9 malam. Di salman masih ada beberapa orang saja. Di dalamnya ada beberapa orang juga, sedang tidur. Mungkin perantau. Saya habiskan berjam-jam di sana. Mungkin mengadu, mungkin berkeluh kesah, padaNya yang selalu ada. Soal pikiran yang menghantui akhir-akhir ini. Apapun itu.


Sedikit menghangatkan badan di kedai kopi dekat kampus. Ada yang bilang, seseorang yang selalu memotret makanan itu karena tidak ada objek lain yang menemani saat ia makan. Damn you right. 

***

Mari, sini sayangku
Kalian yang pernah mesra, yang pernah baik dan simpati padaku
Tegakklah ke langit atau awan mendung
Kita tak pernah menanamkan apa-apa,
Kita takkan pernah kehilangan apa-apa”

- Soe Hok Gie (1942-1969) -

Maknanya Ada Di Ujung Hari

| Jum'at, 28 Maret | 

Jam 3 sore ke potlak. Saya tak tahu tujuannya apa. Motor ini berjalan sendiri ke arah sana. Sepanjang jalan saya hanya melamun saja. Begitupun di sana. Saya hanya duduk-dudk baca buku, menyalakan laptop yang lowbat, mencari colokan listrik, pesan jus orange tidak ada, jus mangga tidak ada, pesan jus setroberi ada, laptop mati, buka hp, tidak ada isinya, diam, tidur. Bangun, nyeruput jus yang tinggal ampas, buka buku lagi, mencoba menulis sms, siap dikirim, tidak jadi. Beres-beres, bayar di kasir, meluncur ke kampus. Tatapan kosong. Karena seluruh isinya ada di kepala dan saat ini, tidak ada lubang untuk mengeluarkannya. Mampet, berdenyut, siap meledak. Perlakuan saya tempo hari cukup membuat banyak rasa bersalah. 

***

Pemilu kampus dikabarkan sedang masa-masa mengkhawatirkan. Entahlah, saya malas mencari tahu apa sebabnya. Desas desusnya karena internal panitianya. Saya enggan berspekulasi. Sore kemarin itu hari terakhir pemilihan. Kuorum 1/2n + 1 belum tercapai. Masalahnya, kalau belum tercapai, perhitungan dibatalkan, kalau dibatalkan, presidennya belum kepilih, kalau belum kepilih, yaa kabinet sebelumnya masih digantungin, kalau masih digantungin, nasib kmitb ini mau dibawa kemana? Saya pribadi ingin segera beranjak dari kepengurusan. Sudah waktunya transfer value pada adek-adek lucu di bawah sana yang menjadi penerus kami.

Saya diberi amanah sebagai koordinator PKM sekampus. Berhubung sudah mau lulus, perlu ada penerus. Penerus sih sudah ada, tapi masih satgas otonom yang kerjanya independen, tak tentu karena tidak tahu di bawah naungan siapa. LK?KM?Rektorat?

Ada yang gak beres sepertinya. Kami telusuri saja jalan setapak ini. Berharap temukan jawabnya. Ternyata jawabnya ada di ujung langit. Kita ke sana dengan seorang anak. Anak ini masuk sekre km. Ngacak-ngacak sampai berantakan. Maka, diputuskanlah sore kemarin sebagai ajang beres-beres sekre. Hanya ada taruna topan nyoman fuad iman ray. Di luar hujan. Saya baru pulang sebelum magrib.



***

Penutup hari ini adalah percakapan dengan seekor ayam. Saya bertanya akan kabar ayam lainnya yang juga kawan sepermainan mencari cacing. Tempo hari saya membentak si ayam satunya itu. Sampai sekarang, ayam satunya itu tak mau mengeluarkan sebutir-pun telur untuk saya. Dia pun belum masuk kandang sampai hari ini. Saya ingin mencarinya ke ladang tempat biasa saya menemukannya. Hanya saja saya coba pelan-pelan supaya si ayam tidak akan lari lebih jauh. Saya rindu kokoknya setiap siang, karena dia ayam pemalas. 

Di ujung hari ini, satu hal lagi saya pelajari : Sesuatu terasa sangat berharga justru ketika sudah kehilangan.

27.3.14

Akhir Minggu, akhir Bulan, Akhir-akhir Perkuliahan

| Jum'at, 28 Maret | Sebelum jum'atan.

Masih terkantuk-kantuk akibat pulang sebelum pagi. Sedari sore di kampus ketemu wali-wali bicara soal fancy. Magrib ke salman dulu makan ketemu azmi sama si gun. Ngobrol-ngobrol lepas. Ke angkasa putro ngambil poftfolio. Sialan saya kira print-prinan begitu saja tak sampai 50 ribu. Sampai saya merogok kocek 120 untuk beberapa halaman hvs, saya masih belum rela.


Malam hari ke slashing. Ketemu pokemon-pokemon persiapan wisuda. Mereka diminta presentasi lalu kami kinerja setiap divisnya. Sampai jam 12 malam.



Pindah ke gedung. Lanjut percakapan soal kaderisasi di selasar S2. Waktu di layar hp sudah pukul 02.46. Mata ini sekonyong-konyong butuh terlelap dan bada pun ngidam selimut. Jam 03.04 baru pulang.

***

Sampai sekarang saya masih tidak rela 120rb untuk ngeprint 30 lembar hvs. Hasilnya memang bagus. Sayangnya, ini hanya untuk keperluan dikirim ke suatu perusahaan. Akan berbeda kasus jika ini untuk pribadi saja.








26.3.14

Surat-suratan

| Selasa,  25 Maret |

Satu agenda dadakan hari itu : ngejam jam 7 malam sama si aka si yoda. Otomatis dari siang harus bawa gitar karena berangkatnya jam 2. Nyari-nyari case gitar ternyata lagi dimainin sama bocah. Haduh aiing :))




Jam 2.23 di cc barat diminta ngisi sore kisr ke anak tpb. Gantiin si oji yang sakit. Bahasannya soal kaderisasi. Sejujurnya hamba tak tahu harus ngasih materi apa. Lalu dikasih tau si ami soal surat tahun lalu yang saya tulis buat 2012. Ah saya malu membacanya tapi ya sudah daripada malu tak punya materi. Selesai jam 4 sore ketika rintik-rintik. Ketemu si ryan putri wini dian di cc juga lagi interview kru baru. Ah sempet bener tim cakrawala isinya anak-anak dp melulu.



 Jam 7 malam. Main-main iseng di studio di daerah gasibu. Agak capruk. Gapapa yang penting melemaskan otot-otot jari yang sudah lama tidak menari-nari di fingerboard. Beres jam 10. Menuju gisin. Lalu pulang menerobos bandung yang dingin.

***

| Rabu, 26 Maret |

Baru saja mendapat kabar baik dari toyo##ta perihal designer application yang dikirim tempo hari. Bergegas buat surat lamaran, fotokopi ini itu, siapin pasfoto, juga portofolio. Sorenyo langsung meluncur ke angkasaputro. Pas dilihat hasil cetaknya, kubergumam "sedapnyoo..."


Masih terlalu sore untuk pulang. Ke gramedia mencari buku yang pernah diceritain si wini. katanya ada di gramed. 2 jam bulak-balik nyari di lantai 2, ternyata buku agama adanya di lantai 2. Lalu ketemu serial buku menarik. Saya ingin membelinya hanya saja tabungan ini belum cukup kuat.


Jadi, buku yang saya cari adalah karangan agus mustofa. Judulnya 'Ternyata akhirat tidak kekal'. Tapi dari sekian banyak tumpukan buku yang saya temukan hanya beberapa saja, dan ini salah satunya.


Mungkin lain kali saja mencari buku itu. Saya pulang membawa oleh-oleh buku lain. Selama 2 jam mencari buku, saya malah pulang membawa buku yang hanya dilihat dalam 2 menit.


Baru buka yang kiri. Yang kanan nanti saja.

***

Jam 2 bangun. Nyari makanan buat sahur sama ngecek beberapa email + notifikasi media sosial. Dari pukul 2, saya membalas beberapa percakapan. Ada 1 percakapan yang baru saya balas jam 6.02. Itu pun hanya dengan 2 kata "maaf". Bukan karena mengulur-ngulur waktu. Hanya saja terlalu banyak yang hendak dikata dan saya tidak tahu kenapa kebingungan sendiri.

23.3.14

Perkara Dini Hari

Pada akhirnya, semakin kau berusaha menghindari untuk jatuh cinta, semakin kau terjatuh ke dalamnya.

Insya Allah saya sedang dalam keadaan sadar menulis ini. Ini semua tentang keterikatan insan manusia berjenis pria dan wanita. Kalau boleh saya bilang, ini soal saya. Pria yang mengaku dewasa tak belum becus perkara beginian saja.

Jika seorang insan Tuhan jatuh cinta, ada yang bilang dia merasa seperti hidup kembali. Kemarau yang kedatangan hujan. Warteg yang kedatangan rombongan karyawan jam makan siang. Dan segala perumpamaan yang berarti perubahan ke arah yang lebih baik dalam dirinya. Sepertinya saya sedang begitu. Tapi belum tentu. Karena saya tidak tahu ini jatuh cinta atau suka-suka biasa saja. 

Apa yang membuat para pejantan di luaran sana begitu berani berkomitmen? Sudah se-layak apakah dia sampai berani mengumbar janji pada wanita yang digilai? Bukannya saya mencari pembenaran atau terlihat seperti orang iri karena hidup sendiri (maksudnya tanpa punya pacar/sejenisnya anda menyebutnya). Hanya saja, saya tidak suka menanggung rasa bersalah jika satu waktu ada hati yang tersakiti karena tujuan yang belum pasti. Maka sebelum itu terjadi, saya perlu belajar terlebih dahulu menentukan tujuan pastinya.

Setidaknya sampai saat ini ada 2 hal yang membuat saya ragu untuk mulai memberanikan diri berkata soal perasaan pada perempuan. Pertama, apakah sudah cukup pantas memiliki hati orang lain? Karena jika masih belum pantas, saya khawatir sifat saya ini hanya akan melukai perempuan tersebut. Kedua, ibu. Satu masa ketika lebaran ibuku berpesan soal perempuan. Jangan sekali-kali menyakiti (hati) perempuan. Itu dikatakannya sebulan setelah saya, atau saya dan perempuan sebelumnya menyudahi perkara duasejoli-an. Berangkat dari itu semua, sampai saat ini saya masih menganggap diri sebagai orang bodoh dalam hal asmara beginian. Agar saya masih punya keinginan untuk terus belajar. 

***

Entah saya begitu mudah terbawa suasana atau hanya ego anak muda saja. Ada orang yang hanya karena kesepian saja lalu mendekati perempuan. Ada orang yang karena kecantikannya saja lalu mendekati perempuan. Ada orang yang karena kemapanannya saja lalu mendekati perempuan. Itu semua alasan mengapa dua insan dekat dan semakin merasa ingin memiliki. Saya ingin memiliki hati seorang perempuan ketika tidak punya alasan-alasan semacam itu lagi. Saya ingin memiliki kawan hidup ketika saya tidak tahu harus berkata apa saat ditanya "mengapa kau mencintaiku?" oleh seorang perempuan.

18.3.14

Detik dan Waktu

Seberapa sering kita mendengar ungkapan 'kok kayak baru kemarin ya?'? Lumrah terdengar ketika kita berhadapan pada momen penghujung suatu fase hidup. Penghujung yang artinya akan berhadapan pada fase baru.

Senin kemarin mengurus berkas-berkas wisuda. Sebetulnya sudah diberi waktu 2 bulan tapi tetap saja baru diurus di akhir-akhir. Jam 3 tiba-tiba diminta irfan buat ngisi kopsor soal portfolio. Saya mah masih butiran dust in the desert mango. Tapi saya coba beri sesuatu yang bisa saya beri. Toh ilmu tak berarti apa-apa jika tidak diamalkan. Kelar jam 5 sore. Nunggu magrib di salman. Mau ketemu gris kirim paket karikatur. Pulangnya mampir dulu ke omu beli cd tulus. This guy is ridiculous!

Si bapak ke rumah pagi kemarin. Bicara soal wisuda dan lainnya. Siang ngajak cari sepeda. Katanya buat dia terapi. Ke veteran sampai nemu sepeda merek genio. Pulang mampir ke jl.mangga makan nasi timbel langganan waktu buat gitar di secco dulu. Dan seperti biasanya. Saya adalah langganan di drop sama si bapak. Karena urusan dia mau ke kopo, saya di drop di cicadas lalu naik angkot sendiri. Ya hampir selalu begitu. Tempo hari sepulang dari banjarsari di drop di tasik beserta sekarung beras dan sekardus rambutan. Sampai di bandung kebingungan mengangkutnya sampai rumah.

Saya tidak suka peribahasa like father like son kalau dihubung-hubungkan dengan sifat dan tabi'at. Karena kelak, saya tidak akan berlaku seperti itu pada anak sendiri. 

***

Sore ke kampus. Diminta anas ketemuan sama anak 2012 panitia fancy wisuda. Bincang-bincang sama si uti cinan dana sampai sore dan hujan lebat. Saya tak bisa pulang karena tak bawa jas hujan. Nunggu di sekre inddes bertanya-tanya apda gunyu soal umum. Jam 8 baru pulang. Itupun dipaksakan karena dingin yang mencubit-cubit betis.

Larut malam. Lalu muncul orang-orang gendeng dari wilayah dago.


***

Rasa-rasanya baru kemarin saya mulai berkuliah. Rasa-rasanya baru kemarin saya mengurusi wisuda senior sekarang mengurusi punya sendiri. Rasa-rasanya baru kemarin saya mengenal tante-tante dan anak ayam itu. Semua itu hanya rasanya. Di masa depan, saya akan berkata itu lagi ketika membaca-baca tulisan di blog ini.

16.3.14

Rapel Satu Pekan di Pertengahan Maret yang Rintik-rintik

Setiap malam menjelang tidur selalu terselip niatan untuk posting. Andaikata jiwa raga ini cukup kuat pasti sudah saya lakukan selama seminggu kemarin. Namun sayang, baru sempat hari ini. Dan ini juga sore hari menjelang tidur(an).

10 Maret. - Syuting Laptop si Unyil




Saya tidak terlalu bersemangat sebetulnya ketika diminta ke kampus jam 8 pagi hanya untuk ekting Laptop si Unyil yang mau ngerekam mobil Cakrawala EV. Selain karena saya trauma acting waktu Metro TV (yang hasilnya jelek itu. maksudnya pas bagian saya saja yang jelek), saya juga terlalu tua untuk masih mengurusi mobil. Padahal dalam hati masih ada sedikit tidak rela melepas mahakarya selama kuliah.

Jam 12an pamitundur diri. Mau berkunjung ke sidangnya mas rio. Sebelum itu ketemu si festy yang lagi nunggu yudisium juga. Kebetulan bareng si wuwu di kantin bengkok. Jam 1 bubuar jalan. Ternyata jam 2 masih syuting tuh si unyil di HME. Meluncur ke  ngobrol-ngobrol cabut. Jam 5an baru beres. Pulang

13 Maret - Ulangtahun Pak Zeily




Janganlah contoh saya. Mahasiswa yang tidak tahu malu. Meninggalkan dosen pembimbing semenjang H-2 Sidang akhir sampai kemarin. Itu berarti sekitar 2 bulan tidak memberi kabar. Lalu kemarin 13 maret adalah ulangtahunnya pak zeily. Itu pun dikasi tahu si cia. Kalau bukan karena dosen pembimbing, tidak mungkin saya mau buat karikatur 22 kepala dalam waktu 15 jam. Selamat ulangtahun bapak zeily yang terhormat. Semoga makin mikroalgae yeaaah..

14 Maret - Paradigma

Pernah suatu ketika sedang tersesat di dunia maya cuma scroll-scroll temlen twitter tiba-tiba ada dika ngajak ke pameran DI jumat ini. Langsung mengiyakan. Janjian jam 10 di kampus. Bareng gilang juga. Selesai keliling-keliling pameran dan wahana unik jam 11.45. Hampir tak kebagian space buat solat Jumat. Ba'da dzuhur ke d'kiosk baltos melanjutkan perbincangan sama si dika. Satu yang saya pelajari hari ini : Ingat lagi, pikiran negatif hanya akan menggiring kamu menuju pikiran itu. Jadi, berpikirlah positif, santai, dan belajarlah basa basi."

***

Dari baltos ngampus lagi. Tadinya cuma mau ngambil sepeda trus balik. Eh nyampe SR ada rame-rame di grafis. Oh ambon puja nay lagi sidang. Tepatnya nunggu yudisium. Saya ikutan saja. Jam 3 baru mulai.




Di atas itu TA-nya puja. TA ambon sama nay belum lihat. Alhamdulillah semuanya nilainya A.wiih.. Satu catatan dari pak Tisna. Tentang TA mereka, yang notabene tentang hubungan anak dengan orang tua. (Ambon - tentang ibu), (Nay - tentang ayah), (Puja - tentang ayahnya yang sudah tiada). Dunia ini kebetulannya terlalu kampret, Ketika akhir-akhir ini banyak gelisah mengenai hubungan dengan orang tua, ternyata, di sini ada sepercik (apa ya saya menyebutnya? gertakan? sontakan? ya semacam hal kecil yang berefek besar) pada kegelisahan ini. Elaah banci amat bahasanya 'gelisah'. Tapi memang itu kan kata yang ada?

Lain cerita. Saya mungkin terlihat asing di antara kawan yang hadir di sidang itu. Mencoba membaur bukan tentang salah benar, melainkan siapa yang berani mengesampingkan egonya terlebih dahulu. Tak apalah dipandang orang asing, tak apalah diam ketika banyak pembicaraan, tapi saya senang bertemu kalian, kawan. Terlalu senang ketika kita sama-sama tahu sebentar lagi, mungkin kita akan hidup masing-masing.

15 Maret - Solo Run


Bukan artinya melancong ke solo. Sore ini harus bermalam mingguan menyendiri mengayuh sepeda ke jonas buat ngepack paket karikatur pesanan dari makasar buat pacarnya yang di bandung. Jadi sedikit cerita.. Seminggu ini saya ditelfon oleh klien saya bernama F ini. Dari mulai mesan, membicarakan detail, revisi, teknis pengiriman, sampai gosip kawan SMA. Ini pengalaman baru, mengingat sebelum-sebelumnya, urusan sama klien kalau gak lewat sms, ya wasap/line, alias semua serba maya. Si mis F ini nelfon bisa jam 9 malam, atau bahkan jam 7 pagi. Setiap hari men! Bayangkan. Saya sih seneng-seneng aja hp gak sepi-sepi amat.haha.. Malam terakhir sebelum hari yang ditentukan, si F ini nelfon dari jam 9 malam sampai entahlah.. Mungkin jam 11an. Ngomongin gambar, udah mirip atau belum. Banyak maunya sih. Awalnya agak jengkel, dikit. Tapi saya mengerti, mungkin kalau saya di posisi si cewek, pasti berusaha memberikan yang terbaik untuk pasangan yang terbaik. Begitu pula jika saya menjadi si laki-lakinya, pastilah akan sangat bersyukur ternyata ada loh yang peduli sedetail itu pada saya. Kumis, jenggot, mata, bahkan tulang hidung diperhatikan betul semata-mata agar si pasangannya merasa kalau itu adalah dia dan saya. Pada momen itu, kejengkelan saya luluh dan malah menikmati rentetan permintaan si klien. Ternyata sebegitunya, jika seorang perempuan telah merasa diayomi dan didukung oleh laki-lakinya, no one can't stop the flowers bloom.

Sekarang, hp ini sepi kembali.

***

Selesai kirim paket karikatur ke temennya si F, maksa cabut dari jonas meskipun hujan. Selain belum solat ashar dan mau ke salman, di jonas terlalu banyak pasangan, meanwhile saya cuma sama sepeda. Di kantin salman ketemu si miki rey riakribo uti plus atikkribo. Baru sadar setelah makanan habis. Pulang dari sana berwacana. Pertama, mau ke disc tarra beli CD baru. Begitu lewat depannya, males ngerem sepeda. Bablas. Kedua, ke tiga negeri mau beli senar gitar. Tutup shiit. Sudah weh pulang. Masih hujan.

Btw, selama sepedahan sore tadi sudut-sudut kota bandung sangat cantik. Kalau di Tutur Tinular, ketika ada peri dari khayangan habis mandi di empang terlihat begitu manis, itulah Bandung sore itu. Thank God i'm living in such a beautiful place like this.




16 Maret - Selfie Cycling

Dan orang-orang di sini lebih tepat dikategorikan menjadi 2 jenis. Pra-Wisudawan dan Pasca-Wisudawan. Rute pagi menuju roti gempol. Bincang-bincang soal liburan. Dan ujung-ujungnya hanya berujung ketidakjelasan. Belum jelas sih lebih tepatnya. Lalu bahas kawin nikah. Yep bahasan yang enak sebagai teman makan roti dan kopi di pagi hari bersama kawan sebaya. Lalu berkeliling taman kota. Lalu berujung di rumah masing masing sekitar pukul 10.35.




9.3.14

Belajar lagi tentang perempuanmu, nak! Kata ibuku

7 Maret.

Sampailah saya pada hari yang paling ditunggu sekaligus paling acak-acakan dalam sebulan ini. Sore nanti hendak ke swing & sync konser amal Mocca. Saking semangatnya dari pagi sudah petantang petenteng ngajak sparing matahari sama cucian kotor dari kampung. Jam 9 baru kelar jemur. Si de alfan minta ditemenin sepedahan di lapang cicabe. Berangkatlah sampai menjelang jumatan.



Ni bocah katanya mau bantu-bantu nyuci tapi malah bikin kagok.

***

Jam 16.16 saya janjikan menjemput pasangan nonton sebagai syarat sahnya konser. Perempuan atuh pastinya da aing bukan homo. Dari dago jam steng5 sampai lokasi jam steng6an lah. Belum siap2 apapun. Ngobrol ngalor ngidul. See? At this moment, my brain still working smoothly. Namun begitu hati mulai campur tangan, rusak segalanya. Selama konser ini kebanyakan saya ngomong yang saya sendiri saja gak sadar pernah mengeluarkan kata-kata canggung macam itu.



Di malam tersebut sejatinya saya mencoba meniti kembali pengetahuan dan pengalaman mengenai hubungan laki-laki dan perempuan ketika muda. Bukan berarti saya secara instan menyukai pasangan dadakan saya ini. Saya hanya menjadikan ini sebagai tolak ukur, seperti apa saya bisa men-treat seorang perempuan sebagaimana mestinya dilakukan seorang pria yang sudah cukup dewasa dan mengerti hal-hal macam ini. Namun kenyataannya, saya masihlah terlihat gagal sebagai seorang pria. Bukan segi romantisnya yang saya maksud, tapi segi kepedulian saya pada orang lain. Ketika pikiran saya hanya disibukkan dengan bagaimana saya bertindak selanjutnya, bagaimana jika dia tidak suka, bagaimana kalau saya terlihat bodoh,, ternyata saya malah menunjukkan keegoisan diri. Padahal, tidak usah terlalu dipikirkan, cukup dilakukan. 

Jam 23.23 WIB. Saya habis mengantar pasangan sehari ini pulang ke kosannya. Dalam hujan, pikiran saya hanya dihantui penghukuman pada diri sendiri mengenai tingkah polah saya padanya. Jam 1.23 saya baru pulang setelah berjam-jam di warung kopi dekat kampus melepas pikiran yang mengganggu. Hujan besar. 

***

Saya kira hari ini akan penuh keceriaan. Setelah mengecewakan 4 teman perempuan sekaligus, hari itu sangat suram. Foto karinov rencananya jam 4 sore. Mendadak disuruh LPJ jam 3 sore yang ngaret baru mulai jam 4.02. Si nana yang nunggu di atm center, dhiya dan dini yang nunggu di jonas, juga si fitri. Saya baru tiba jam 6 sore. Si dini & dhiya sudah cabut duluan, mereka telah di sana dari jam stengah 4 sore. Si fitri pasang muka asem. Makan di sangrai berasa bukan makan juga kalau ternyata ada staf saya yang harusnya ikut makan enak di sini tapi tidak jadi.


Dengan pikiran kalang kabut akumulasi 2 hari berturut-turut gara-gara kesalahan memperlakukan perempuan, saya jadi malas cepat pulang. Karena kalau sudah di kamar, malah bengong. Ke movie room beli 2 dvd. Sampai sekarang belum ditonton.


8.3.14

Sehatkan Badan

Banjarsari, 2 - 6 Maret 2014

Kamis lalu dikontak bapak. Katanya dia sakit. Kena serangan jantung. Di ujung telepon itu terdengar suaranya seperti bayi merengek minta disamperin. Cengeng. Jadilah, minggu siang dordar gelap saya berangkat ke kampungnya dia.

Setiap ke sana, saya selalu tidak punya plan satu pun tentang apa-apa yang bakal saya kerjakan di sana. Teman SD sudah pada kawin, guru-guru SD sudah pindah-pindah rumah, warung-warung langganan jajan sudah tutup. Tiap kali ke sana, pastilah gabut. Saya benci diam.



Begitulah kira-kira pemandangan luar rumah. Senin pagi masih nguap-nguap depan rumah, si bapak (yang biasanya masih ngorok) tiba-tiba baru nongol di pintu gerbang. Katanya abis olahraga. Cie bener. Baru kena batunya aja baru sok sok rajin olahraga. Trus dia ngajak ke sungai di seberang jalan. Sungai ini dulunya jernih. Sewaktu saya masih muda dan bersahaja di SD VIII Banjarsari dulu selalu berenang di sini sepulang sekolah. Di hulu sungai ini terdapat sebuah Bendungan. Orang setempat biasa menyebutnya DAM. Tanpa tahu kepanjangannya. Sekarang sungai ini 'ditanami' keramba-keramba ikan tawar seperti nilem, patin, ikan mas. Ada mujaer tapi mabok-mabokan. Katanya alirannya terlalu deras buat si jaer. 


 Keramba-keramba ini merupakan rintisan karang taruna setempat. Adalah Pak Eeng yang jadi aktor utamanya. Beliau adalah dedengkot kampung Cikohkol yang bisa melobi petinggi-petinggi desa sampai bisa membuat ini. Sebetulnya keramba-keramba ini ilegal, namun karena hasil dari ternak ikan ini diprediksi akan sukses, maka pemerinta kecamatan pun memaklumi. Bulan lalu suplai ikan se Kecamatan Banjarsai hampir 70% dari sini. Padahal umurnya baru 3 bulan. Emejing.




Rencananya akan bertambah lagi puluhan kolam seperti ini. Yang mengurus tentu pemiliknya sendiri-sendiri tapi pembuatannya dipercayakan pada pak Eeng. Bagi si bapak, ini adalah terapi stresnya. Biasa lah, orang tua.

***

Hari berikutnya ke kebon. Si bapak baru beli kebon yang ada pohon rambutan, jati, tanjung, sawo, jeruk, jambu, petai. Rambutan lagi musimnya, tapi isi pohon cuma tinggal ranting-ranting patah. Buahnya diambil anak-anak sekolah yang lewat situ. Pete juga sama aja. Biar itu pohon tingginya sulit digapai seperti hati kamu, orang-orang yang jail tetep ngambil itu pete yang ranum-ranum. Derita kebon jauh dari rumah ya begitu.





Akses jalan ke sana cukup susah sih. Siang hari begini saja sepi. Malam hari banyak babi hutan.

***

Lalu ke sawah di perbatasan kampung. Sawah ini juga punya si bapak. Katanya investasi hari tua. Rencananya mau bikin saung-saung kecil di sini. Keadaan aslinya lebih asri dibandingkan foto ini.


***

Hari berlalu. Harus pulang karena ada LPJ kabinet + nonton mocca. Hari terakhir mau ke rumah uwak. Dikisahken dulunya rumah ini adalah rumah keluarga saya yang baru pindah dari bandung tahun 1995. Sekarang sudah ditempati teh ari dan keluarganya. Banyak cerita di rumah ini. Mungkin next time saya tulis ketika sedang ingin bercerita soal rumah, dengan tangga.





Pulang dibekali sekardus rambutan, sekeresek keripik, dan sekarung beras. Jazakumullah.

***

Sore itu, si uwak kerap bertanya-tanya tentang kabar kelulusan saya. Lalu mulai membanding-bandingkan saya ketika masih sd dengan sekarang. Dia bilang ingin sekali ke wisuda saya april nanti. Tapi si uwak 1 lagi (suaminya) juga sedang sakit jantung juga. Lalu kami sama-sama terdiam sore itu.

***

Orangtua seringkali mengajarkan pada anaknya lewat perkataan. Tapi apa yang benar-benar dipelajari oleh anaknya ternyata lewat tindakan mereka yang dilihat oleh anaknya dan orang tua itu tidak sadari telah memberi 'kesan' pada anak itu. Baik atau buruk. Saya jadi teringat satu hadist yang menyatakan : Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412). Maka, yang saya pelajari dari si bapak adalah tentang menjaga kesehatan di hari tua. Andaikata Tuhan berkehendak dan menguji orang-orang yang saya sayangi, ujian kesehatan raga, setidaknya saya yang harus tetap sehat merawat dan mejaga mereka. Semoga nikmat kesehatan ini selalu dilimpahkan bagi orang-orang terdekat saya.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...