29.4.14

Dikata-katain

Dikata-katai pengangguran ketika masih berkeliaran di kampus nyatanya lebih mendingan ketimbang dikatain lulusan yang kerjanya nonton one piece. Harus mengejar ceritanya, karena sudah sangat ketinggalan dari kawan-kawan, saya itu. Kan ada baiknya, saya ini biar pengangguran tapi sambil belajar bahasa. Dengar bahasa jepang, subtittle inggris dan hobi beli produk cina. Ada yang mendoakan semoga sukses, buat saya. Tidak sedkit juga tidak banyak dan itu alhamdulillah. Maka dari itu saya perlu bergerak supaya sukses itu tidak datang dengan sendirinya.

Seorang kawan pernah bertanya, setiap hari saya ngapain, terlihat produktif katanya. Seperti kebanyakan homo sapiens pada umumnya, saya bilang. Pernah malas dan rajin. Pernah teliti pernah ceroboh. Pernah bosan pernah asik. Mungkin, karena saya tidak pernah mengenal Dota, Flappy bird, Pokopang, The sims, dan para games yang lainnya kali ya? Jadi kalau sedang bosan, saya tidak punya media melemparkan kebosanan selain photoshop atau buku gambar, minimal. Tai banteng sih memang, tapi benar adanya begitu, mau diapain lagi. Pernah ada satu kalimat begini. The cure of boredom is curiosity. There is no cure for curiosity. (Ellen Parr). Karenanya, banyak-banyaklah mencari tahu sesuatu tanpa, satu, lewat google. Dua, tanpa malu dikatain kepo.

"Tapi apalah awak ini", adalah statement yang marak didengar belakangan ini. Orang memandang kita dengan aneka kacamata. Saya lebih memilih dipandang sebagai orang yang bodoh dan cupu ketimbang hebat atau yang bagus-bagus. Selain itu membuat sombong, juga menanam benih serba puas akan hal-hal yang telah dicapai. Beban juga sih, tapi itu bagus. Beban itu harus diangkat supaya kita tahu seberapa kuat diri kita. Cuma ya hati-hati saja dengan perasaan bangga pada diri. Punya disorientasi self-love kan ngeri juga. Sudahlah urusan love-love macam begitu serahkan pada Tuhan. Biar kita mengurusi urusan yang lain dulu yang bisa dilakukan selagi muda. Yang muda yang berkarya. Dengan karya, manusia punya sesuatu untuk dikenang, setidaknya nama.

26.4.14

Kisah Dari Timur Jakarta

| April 24 |

Benar kata Gie, menulis itu malas. Kemarin-kemarin punya waktu banyak hanya dihabiskan nonton one piece streaming dari episode 50 sampe cepek sampe capek. Update jurnal baru sempat hari ini. Kamis kemarin ke JKT kebetulan ada panggilan dari perusahaan tempat melamar. Alhamdulillah banyak yang mendoakan kelancaran, dan mudah-mudahan lancar hingga diterima.

Ceritanya seru. Jam 1 pagi saya siap-siap berangkat dari rumah. Rencananya ngejar bis yang jam 2 pagi ke kampung rambutan. Nyatanya jam 3 pagi saya baru sampai di terminal leuwi panjang and guess what? Kagak ada bis yang berangkat jam segitu. Kecewa. Padahal 8 jam yang lalu sudah survey tanya-tanya ke para kondektur dan petugas katanya setiap jam juga ada. Pret. Karena interview jam 8 pagi, saya paksakan berangkat pakai bis yang berangkat saat itu juga. Kebetulan jurusan bekasi. Diperkirakan sih sampai di bekasi jam 6.

Di purwakarta ngetem berabad-abad. Lalu naiklah seorang bapak yang umurnya berkisar antara 30-40 tahunan. Beliau duduk di sebelah saya. Solat subuh di bis. Setelah tau beliau beres solat, saya bertanya ini itu. Basa basi lah. Sampai ujung-ujungnya saya tanya soal bis ini ke arah mana, kalau ke kampung rambutan pakai apa, dll. Sungguh suatu kebetulan yang luar biasa. Sepertinya sang bapak telah ditakdirkan untuk bertemu saya dan memberikan petunjuk. Beliau bilang saya musti turun di pintu tol Sadang, lalu naik bis warga baru ke Kp. Rambutan. Biar lebih cepat. Sampai di tol sadang, bergegas saya ngacir ke arah bis warga baru yang benar-benar siap tinggal landas. Andaikan saya tertinggal semenit saja, saya harus nunggu bis berikutnya. Mungkin inilah kekuatan sebuah do'a. Terlebih do'a orangtua yang di sana mendoakan anaknya agar lancar di perjalanan, di saat tes, dan kembali pulang. Sepanjang jalan saya memikirkan itu.

Sampai di kp. rambutan jam 7 pagi. Tepat sekali!. Di sekitaran terminal menunggu om yuke yang katanya berniat mengantarkan saya ke alamat yang dimaksud.



Sampai di lokasi sekitar jam stengah 8 dan sempat untuk sarapan dulu. Lalu tes + interview dari jam 9 - jam 3 sore.I've tried my best, then let God do the rest. Dari daerah setu mau ke pool primajasa. Jauhnyeeu ampe masuk tol. Ternyata di daerah cililitan. Demmit. Tau begitu saya turun di Kp. Rambutan lagi. Naik dari sana.



Interview itu harus rapi. Ada dasi ini yang buat terlihat makin formal. Terima kasih untuk pengirimnya. Saya akan ingat setelan ini. Setelan pertama kali melamar pekerjaan. Semoga Allah memberkahi.






Pemandangan indah ketika pulang melewati tol. Matahari terbenam yang benar-benar merah di balik bukit. Subhanallah.

Sampai rumah sekitar jam 9 malam. Lanjut nonton onepiece. Sugooooiii!!

22.4.14

Seputar Bis Budiman

Jadi, semenjak SM*SH bubar, dikabarkan si bisma smash mengasingkan diri ke tasik. Ganti KTP, ganti nama pula. Sekarang namanya jadi Bismalam.

Malam tadi adalah malam yang berarti bagi kita. Bagi saya dan orang-orang baris depan bis malam bernama Budiman. Karena selama perjalanan dari Banjar sampai Bandung, sang sopir, kondektur, dan temannya tak henti-hentinya bercerita seluk beluk Budiman. Sisi lain yang mungkin belum banyak diketahui banyak orang. Tanpa bermaksud mempromosikan, tulisan ini sebagai bentuk kekaguman saya pada jasa transportasi darat yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung perekonomian khususnya kawasan pedesaan.

Setelah mencari-cari info pendukung lewat blog-blog dan lainnya, saya dapat beberapa informasi tambahan yang mendukung.




Sejarahnya, PO. Budiman didirikan pada tahun 1992. Awalnya cuma punya 4 unit Mercedes-Benz OF 1113 dengan kode armadanya adalah OF 001 s.d OF 004. Sekarang MB OF 1113 sudah hampir non aktif karena mesinnya yang tua bangka. Sampai saat ini, Budiman memiliki pool yang cukup luas dengan total armada mancapai 700 unit, dengan berbagai jenis masin dan berbagai macam karoseri (sumber)

Berdasarkan perbincangan semalam, diketahui pemilik PO. Budiman ini bukanlah seseorang bernama Budi yang ingin menjadi superhero lantas menambah embel-embel “man” di belakangnya. Bukan pula seorang budiman, karena ia tidak punya murid yang hormati guru sayangi teman. Pemiliknya disebut-sebut seorang pria yang sekarang berusia sekitar 85 tahun-an. Seorang haji berdomisili TSM. Bukan Trans Studio Mall, tetapi Tasikmalaya. Tidak disebutkan namanya. Sampai sekarang saya masih penasaran. 

Di benak saya, Sang Haji sepertinya paham betul mengenai manajemen SDM dan mengoptimalkannya sebagai nilai plus bisnisnya. Ambil contoh Supir dan Kondektur saja dulu. Supir bismalam semalam namanya Pak Asep. Biasa disebut Abah Asep. Kondekturnya Pak Didi (kalau tidak salah). Temannya adalah seorang mojang desa dari Garut yang hendak kerja di pabrik Kahatex bernama Della. Abah Asep dan kondekturnya bercerita pada neng Della.

"Masuk budiman itu susah, Neng. Tiga bulaaan! Nunggunya.." (sambil mengacungkan 3 jarinya). "Yang daftar bisa sampai 100 orang, abis gitu ada seleksi lagi jadi 50, trus seleksi lagi sampai 30an. Yaa paling yang keterima itu cuma 20an lah. Seleksinya juga ketat. Yang punya tato langsung disoret. Gak boleeh neng pake tatto teh. Trus pas seleksi jadi 50an ada tes solat, tes wudhu. Diliatiin satu-satu."

Si kondektur nambahin. “Di pasantren-in dulu malah seminggu. Training-training gitu. Makanya keliatan lah mana supir budiman mana supir Prima Jasa. hahaha…” sambil terkekeh-kekeh.

Saya jadi teringat dulu waktu bis masuk desa. Salah satunya bis budiman ini. Tiap libur caturwulan selalu ke bandung. Dulu setiap penumpang selalu dikasih air mineral gelas. Tiket-tiketnya pun bisa diganti dengan hadiah tertentu kalau sudah mencapai jumlah tertentu. Supirnya pantang merokok di jalan. Sampai sekarang pelayanannya masih ramah. Barangkali inilah efek dari pegawai yang dididik dengan baik. Tidak hanya skill nyetir, tapi juga pendidikan akhlak. Itu penilaian saya. Gak tau kalo mas Anang. Tapi sekarang ini, air mineral dan penukaran tiket berhadiah sudah tidak lagi berlaku. Sedih deh gak bisa dapet jam dinding juventus.

***

Untuk para peyedia jasa travel, bis antar kota, odong-odong, dan angkutan umum lainnya, mungkin ada baiknya studi tour ke markas budiman ini. Lihat proses rekrutmennya, pelatihan staf-stafnya, pegawainya, dan apapun itu yang tujuannya mengoptimalkan service. Tidak sedikit sekarang ini penumpang travel/bis/angkutan umum yang komplain soal pelayanan. Toh tujuannya supaya usia jasa angkutannya semakin berumur panjang.

19.4.14

Di Perantauan

Betapa sulit menjadi pemuda jaman sekarang. Hal-hal yang dulu jaman nenek moyang masih dianggap tabu atau pamali sekarang nyata-nyata jadi makanan sehari-hari. Atas nama kebebasan berekspresi dan kemerdekaan, semua itu jadi konsumsi. Tapi apalah daya, jika hal-hal yang menarik namun tidak banyak memberi manfaat lebih banyak dilakukan ketimbang hal-hal yang bermanfaat namun mendapatkannya haruslah bersakit-sakit.

Betapa enak menjadi pemuda jaman sekarang. Banyak aktivitas dibuat serba instant. Bahkan ke-instant-annya melebih mie. Apakah ini asal mula ada instant-gram? Berbeda dengan nenek moyang orde baru. Dulu belum ada search engine yang memudahkan mereka menyusun skripsi atau tugas akhir. Lantas mengapa mereka menjadi tolak ukur kesuksesan? Padahal harusnya para pemuda pemudi sekaranglah yang lebih sukses. Toh mereka sudah bisa tahu segala hal dengan mudah. Akses pengetahuan dengan hanya menjentikkan jari saja.

***

| April 16 |

Keberangkatan ke kampong halaman tertunda sehari gara-gara pen tablet yang ketinggalan di sekre indes. Baru berangkat hari ini. Duduk di bangku belakang anak kecil yang sering menggoda tapi lucu. 





Bersebelahan dengan seorang pemuda yang pendengarannya sangat tajam. Dari headsetnya terdengar lagu-lagu rock masa kini. Saking kerasnya volume headsetnya, saya sampai tahu lagu-lagu yang dia mainkan macam paramore, avenged 7 fold, dsb.



Sampai di tasik sekitar puku; 18.23. Dijemput si bapak. Dia kira saya sama pacarnya (nanti saya ceritakan). Sampai di rumah betulan mungkin jam 11an.

***

| April 17 |

Sawah baru dipanen seminggu lalu. Ladang baru ditanami kembali. Ada sekitar 400 Ha dan kebingungan mau diapakan. Belum ada yang urus. Lalu terpikir soal inves. Buru-buru kontak si gun mifta dan lainnya. Tanya soal benih pohon sonokeling lah, eboni lah, mahoni lah, apapun itu. Semata-mata buat tabungan. Kalau ditanam sekarang, mungkin 10-20 tahun lagi baru siap pakai.







Ini daun2an yang saya tidak tahu namanya. Dulu pernah buat mainan gelembung sabun dari batangnya.





Masih ada hutang-hutang kerjaan karikatur punya ansor, icha, dan gris. Dicicil satu-satu belum kelar. Sore belajar mobil. Pulang magrib, sudah bisa bawa pulang mobilnya.


Masih ada ternyata yang buat panggal. Mainan gasing dari kayu.

Malam-malam ke si uwak. Cerita-cerita soal wisudaan kemarin. Rombongan dari sini gagal berangkat gara-gara si the ari yang ujian hari sabtu, macet, dan lain sebagainya. Maka saya ceritakanlah. Sebelumnya, si bapak yang sudah bercertia duluan. Dia bilang-bilang soal perempuan yang cantik di sabuga yang membawa bunga-bunga. Dikomporin lah saya semalaman. Saya hanya tertawa-tawa mengamini saja setengah bermimpi.

***

| April 18 |

Desa ini banyak berubah. Memang iya untuk demografi dan kondisi social ekonomi Namun bagi saya, desa ini tak pernah berubah. Lebih-lebih soal perasaan. Apa yang saya temukan pagi ini adalah nikmat Tuhan. Dan jika taipan-taipan kapitalis tahu daerah ini begitu eloknya, sudah bisa ditebak, 5-10 tahun lagi kawasan ini bisa saja jadi komplek rumah atau perkantoran.














Singgah sebentar di sungai dekat rumah. Ketemu pak Eeng (dibaca seperti membaca bebek). Ngobrol-ngobrol soal hidup pasca kuliah. Dari nada bicaranya, dia seolah-olah menceritakan marabahaya yang ada di depan. Terdengar menakutkan sekaligus menantang. Dan apa-apa yang dikatakan oleh para motivator ulung di TV ternyata bukanlah yang mendorong kita. Itu hanya kata-kata yang dihias hingga terdengar puitis, lalu dari sana para motivator itu mendapatkan rejekinya. Motivasi hanya ada dalam diri setiap manusia. Itu adalah senjata. Tergantung dari cara setiap orang memakai senjata itu.

Saingnya, kebetulan yang sama kembali terulang. Khotbah jum’at soal peran manusia di masyarakat. Khotib berceramah seperti meledek, seperti sadar bahwa di surau ini ada seorang lulusan perguruan (yang katanya) ternama yang belum bermanfaat bagi agama, keluarga, apalagi bangsanya. Belum banyak. Atau mungkin ‘belum’ saja.


Pulang dari sana, saya menulis ini.

***

| April 19 |

Belajar berkendara mobil susah susah gampang. Dalam 2 hari akhirnya saya bisa melaju di jalanan provinsi. Besok mungkin saya sudah bisa terbang.

***

Menikmati masa-masa pasca wisuda sambil menyicil tabungan. Bukan materi tapi sesuatu yang dipersiapkan di masa datang ketika saya telah berkeluarga dan tua bangka. Lamaran ke sebuah perusahaan bonafide belum ada panggilan juga. Lamaran ke design house di Austria masih menunggu juga. Lamaran pada perempuan  belumlah ada rencana.

Dari hari ke hari tulisan di blog ini rasanya makin tidak bermutu. Dari diksi kata ataupun kontennya sama-sama masih yang itu-itu saja. Saya juga bosan.

***

Menyinggung soal sterilisasi kampus dari politisasi dan standarisasi kemakmuran lalala yeyeye yang tengah berkecamuk di almamater saya, saya tak mau ambil pusing. Bukannya saya anti politik. Mengerti sekedar mengerti saja. Tidak mau terlibat terlalu dalam. Tetapi jika keadaannya mendesak, saya pasti ikut campur.


Politik
adalah barang yang paling kotor, lumpur-lumpur
yang kotor. Tetapi suatu saat di mana kita tak
dapat menghindar diri lagi maka terjunlah.

- Soe Hok Gie -

14.4.14

Ending

Sudah masuk tanggal segini. Saya tidak mengerti kenapa kebiasaan terjaga hingga dini hari tiba-tiba muncul kembali. Hari ini bersiap meninggalkan ibokota. Mungkin untuk sementara waktu. Mendadak hidup itu seperti tidak menentu. Walaupun tembok kamar sudah ditempeli gambar-gambar yang saya kira cukup merepresentasikan masa depan. 

Tadi si hanif ke rumah. Bawa wacom yang ketinggalan di sekre. Bekas pinjam adik kelas yang dulu pernah ditaksir tapi tidak lagi. Tadinya dia juga mau balikin langsung ke rumah. Saya cegah. Baru-baru saya segan. Rumah cuma menumpang, warung sederhana etalase pas pasan, dan tidak ada makanan yang bisa disuguhkan. Makanya selama ini hanya beberapa kawan yang pernah mampir.

***

Menonton kembali Gie, serial himym, dan one piece. Sekaligus belajar bahasa. Google translate sudah jadi opsi utama, karena TBI parkirnya susah dan mahal harganya. Sedangkan mesin cuci atau televisi untuk di rumah saja belum sempat terbeli. Bukan untuk saya. Tapi orang-orang rumah selama ini banyak berkeluh kesah. Terkadang memukul-mukul bagian atas si televisi sampai suara gemuruhnya hilang. Kalau ada lagi, pukul lagi. Lebih keras, atau dimatikan. 

***

Saya suka semua kejutan di hari ini, kecuali ending HIMYM.

12.4.14

Jurnalulus

Akhirnya, semua akan tiba pada masanya. Di mana masa-masa untuk menyapa kawan tanpa harus bertanya "lagi sibuk gak?" sudah habis. Bukan waktunya berkeluh kesah, tapi bisa jadi ini sangat susah. Namun bukan berarti tidak bisa. Kita yang dulu pernah saling menyapa bercandaan bermesraan tanpa harus terlalu peduli kondisi satu sama lain (kecuali jika salah satu di antara kita dalam keadaan berduka). Kita yang sekarang hanya dipenuhi rasa segan, takut, khawatir, dan ragu jika ingin bertemu. Padahal aku sendiri selalu berkata padamu kawan-kawanku, ganggu-lah aku, bertemu-lah denganku, sapa-lah aku. Aku tak pernah kesal jika aku yang diganggu. Aku hanya kesal jika hubungan kita yang terganggu. Tetaplah begitu. Karena dengan itu, aku akan selalu mengingatmu.


***

12 April 2014.
Hari ini aku melihat kembali wajah-wajah itu. Yang pernah dan (alhamdulillah) masih ada dalam roda kehidupan. Aku mengenali mereka. Aku bersyukur mengenal mereka. Ada pejuang-pejuang lama yang sudah meninggalkan institusi ini terlebih dahulu. Ada yang masih bergelut mematangkan ilmu dan belajar banyak hal lainnya. Lalu di tengah kolam yang dikerubungi banyak orang aku sempat diam. Melihat sekeliling lalu tertunduk lesu untuk sementara waktu. Dan terlintas sesuatu:

Entah bagaimana jadinya jika aku tidak menghabiskan 4.5 tahun di tempat ini.
Entah bagaimana jadinya jika aku tidak bertemu orang-orang hebat di tempat ini.
Entah bagaimana jadinya aku jika tidak membuat sesuatu di tempat ini.
Entah bagaimana jadinya jika aku tidak memberi apa-apa setelah meninggalkan tempat ini.

Siang itu berlalu begitu saja. Bersenang-senang adalah cara terbaik untuk menikmatinya. Ironis jika harus melihat realitanya, bahwa esok harinya, aku ini hanya rakyat jelata yang kian menambah jumlah data Badan Pusat Statistik soal angka pengangguran. Aku sadar hal itu. Tapi, tertawa-tawa sehari saja bukanlah dosa. Terima kasih Senirupa 2013. Jilat!

Aku lulus. Kupersembahkan untuk ibu, ibu, ibu dan ayah. Akan kubawa ilmu-ilmu ini bersama do'a-do'a kalian yang mungkin tak pernah aku tahu bahwa itu tentangku. 

Setelah ini, aku punya mimpi besar. Sangat besar sampai aku agak takut dan ragu untuk mencapainya, atau bahkan untuk memulainya saja. But if i die trying, then at least i tried.

Tidak usah sesumbar jika memiliki mimpi besar.
Tidak perlu banyak dibicarakan pada orang jika itu masih dalam bayang-bayang.
Tidak perlu diceritakan pada seseorang jika mimpi itu ternyata diperuntukkan bagi yang bersangkutan.

Aku ingin melihat negeri ini dalam sebuah jendela rumah.
Berharap di sana ditampilkan pemandangan negeri yang makmur dan indah.
Dengan wajah-wajah yang kukenal dan yang kuharap bisa mengenalnya.
Siapapun itu aku harap bisa melihatnya hidup di negeri itu.

Aku benci diriku sendiri. Menjadi melankolis yang selama ini sering aku ingkari. Aku tidak mau menjadi manusia melankolis seperti ini. Terlihat lemah dan payah. Sepertinya seringkali menjadi kasta terrendah dalam segala jenis bidang karena terlalu banyak campur tangan perasaan ketimbang pemikiran. Tapi, setiap orang memiliki peran masing-masing di dunia ini. Harus ada manusia dengan segala tipe untuk keseimbangan hidup. Maka dari itu, aku bersyukur pada diriku. Aku bisa melengkapi hidup orang lain. Dan aku bersyukur hidup seperti ini. Ada orang lain pula yang melengkapi hidupku.


***

Malam tadi, suguhan video angkatan 2009 sarat akan makna. Sebagian mungkin merasa terharu, merasa tersentuh, merasa hangat dalam kebersamaan. Aku ada di antara perasaan itu. Satu hal yang paling menyita pikiran : jika aku sudah tahu penyesalan datang paling akhir, aku akan mati-matian di awalnya. Aku bukanlah orang berpengaruh di sini. Tidak akan terlalu menjadi sorotan dalam buku sejarah 2009. Barangkali karena masa-masa tpb dan masa-masa di gedung ini aku terlalu egois. Terlalu sibuk akan diri pribadi, mencari kebutuhan hidup sendiri, tidak banyak mau berbagi. Lain halnya dengan lainnya. anas ryan ambon irvan ocipa ilmi ajuy edo dan lainnya yang jelas menikmati masa-masa itu bersamaan. Berdekatan dan hangat jika diceritakan. Masa tingkat akhir lalu aku mencoba kembali ke lingkaran pergaulan orang-orang di dalamnya. Namun di dalam sepertinya sudah terlalu hangat. Tidak banyak yang bisa aku perbuat untuk lebih dari sekedar kenal saja. Satu hal yang aku tekankan. Aku bangga pada 2009. Bangga karena telah diajarkan banyak hal oleh orang-orang di dalamnya.

Malam tadi, aku menemuai banyak orang untuk mengucap terima kasih dan meminta maaf. Lalu aku berlalu terlebih dahulu ketika lapanganmerah itu masih dipenuhi manusia-manusia yang saling berpelukan menyampaikan ucapan perpisahan. Aku berpamitan dengan membopong gitar melewati lorong gelap arsi. Biar tidak ada yang melihatku mengusap mata.

***

Siang kemarin aku bersyukur pada Allah SWT. Ternyata aku dipandang orang lain seperti itu. Hadiah-hadiah dan bunga-bunga yang tidak pernah terbayangkan bisa sebanyak itu. Ibuku dulu bilang, siapa menanam banyak, dia menuai banyak pula. Alhamdulillah. Beberapa diminta keponakan. Aku pasrah-pasrah saja. Terima kasih Winnie, Gigi, Festy, Nana, Dhiya, Dian, Lala, Tilau, Bebmit, Arga, Mirza, Ilham, Baninda, Keysha, Inggrit, Senni, Sanny, Dika (selendangnya hilang), Kiki, Tata, Vika, Cici Erlyn, Lora, Tami, Yodha, Akka, Upi, Kiki, Irfan, Nathan, Hanif, Cokde, Toriq, Dina, Emma, Bulu, seluruh DP 2009, 2011,2010,2012, KMSR, Tim Cikal Cakrawala, Kabinet PM, Karinov, massa kampus, semesta, dan semuanya yang (maaf) mungkin terlewatkan namun tetap saya kenang.





***


Ada 3 jenis manusia paling menyesal di muka bumi. Mereka adalah manusia yang tidak pernah menyelesaikan apa yang telah dimulainya, manusia yang menunda-nunda dan manusia-manusia yang tidak pernah mengatakan apa yang seharusnya dikatakan. Terutama soal-soal perasaan yang satu itu. Apapun itu istilahnya. But, some words are better left unsaid.

11.4.14

Besok, saya diwisuda. Setelah itu, dunia datang begitu kejamnya.

Senin, 7 April
Pemandangan Geopoint dari cc timur. Sore-sore waktu latian-latian sama si lala.


Malamnya jadi tukang delivery martabak manis ke rapat cicikalan cakrawalaan di lab fisika. Kondisinya awkward. But hey, i do really sorry.

Selasa, 8 April

Pagi-pagi nyari celana ke kosambi.

.

Malam penutupan kabinet. Akhir cerita kabinet PM di amphiteater. Main sebuah duabuah lagu sama si lala tapi mic-nya fail. Beres jam 11.



Rabu, 9 April
Coblos pemilu legislatif.


Sepedaan akhir tahun anak2 inddes. Rute kampus-setiabudi-secapa-ciumbuleuit-cihampelas-dago. Senang sekali cuaca hari itu mendukung.


Pulang mampir slasing. Kira-kira properti beginian yang nanti ada di plawid.

Kamis, 10 April
Gladi resik wisuda di sabuga. Saya datang agak terlambat. Tapi isinya cuma gitu-gitu aja paling. Lalu foto2 anak2 kabinet yang pada lulus juga.






Malam ketemu anak-anak tpb juga. Liat-liat gladikotor. Ke gedung liat-liat persiapan fensi. Ngobrol-ngobrol sampai lupa waktu. Nginep di kosan oji.


Jum'at, 11 April
Ke annex bawa undangan. Sore ke jonas beli figura sama si wini dian. Diramal. Pulang-pulang bawa pikiran. Malam cek sound terakhir sama band-band an buat tampil. Ke plawid lagi liat perform gladi bersih. Helm dicolong. Ke angkringan koboy kanayangan telanjang kepala. Pesta bujang sampai jam 12an. 


***

Saya tidak paham dengan diri saya. Saya lebih memilih bicara/presentasi di depan ratusan orang ketimbang harus berbicara di depan 1 perempuan. Dan soal-soal ramalan sore tadi, saya enggan memikirkannya terlalu serius. Syirik. Tapi, astagfriullah juga karena tetap kepikiran. Apalagi soal-soal jodoh itu yang ratingnya 5. Astagfirullah lagi. Yang paling jitu adalah do'a sih. Biarlah rating 5, asalkan setiap saya melihat wajahnya, saya merasa senang dan tenang. Namun bukan berarti saya percaya dan menerima apa adanya. Saya akan berusaha mendapatkan seorang perempuan yang cantik. Bibit bebet bobot tentu jadi pertimbangan. Ikhtiar saja.

***

Besok, saya diwisuda. Setelah itu, dunia datang begitu kejamnya.


Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...