22.4.14

Seputar Bis Budiman

Jadi, semenjak SM*SH bubar, dikabarkan si bisma smash mengasingkan diri ke tasik. Ganti KTP, ganti nama pula. Sekarang namanya jadi Bismalam.

Malam tadi adalah malam yang berarti bagi kita. Bagi saya dan orang-orang baris depan bis malam bernama Budiman. Karena selama perjalanan dari Banjar sampai Bandung, sang sopir, kondektur, dan temannya tak henti-hentinya bercerita seluk beluk Budiman. Sisi lain yang mungkin belum banyak diketahui banyak orang. Tanpa bermaksud mempromosikan, tulisan ini sebagai bentuk kekaguman saya pada jasa transportasi darat yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung perekonomian khususnya kawasan pedesaan.

Setelah mencari-cari info pendukung lewat blog-blog dan lainnya, saya dapat beberapa informasi tambahan yang mendukung.




Sejarahnya, PO. Budiman didirikan pada tahun 1992. Awalnya cuma punya 4 unit Mercedes-Benz OF 1113 dengan kode armadanya adalah OF 001 s.d OF 004. Sekarang MB OF 1113 sudah hampir non aktif karena mesinnya yang tua bangka. Sampai saat ini, Budiman memiliki pool yang cukup luas dengan total armada mancapai 700 unit, dengan berbagai jenis masin dan berbagai macam karoseri (sumber)

Berdasarkan perbincangan semalam, diketahui pemilik PO. Budiman ini bukanlah seseorang bernama Budi yang ingin menjadi superhero lantas menambah embel-embel “man” di belakangnya. Bukan pula seorang budiman, karena ia tidak punya murid yang hormati guru sayangi teman. Pemiliknya disebut-sebut seorang pria yang sekarang berusia sekitar 85 tahun-an. Seorang haji berdomisili TSM. Bukan Trans Studio Mall, tetapi Tasikmalaya. Tidak disebutkan namanya. Sampai sekarang saya masih penasaran. 

Di benak saya, Sang Haji sepertinya paham betul mengenai manajemen SDM dan mengoptimalkannya sebagai nilai plus bisnisnya. Ambil contoh Supir dan Kondektur saja dulu. Supir bismalam semalam namanya Pak Asep. Biasa disebut Abah Asep. Kondekturnya Pak Didi (kalau tidak salah). Temannya adalah seorang mojang desa dari Garut yang hendak kerja di pabrik Kahatex bernama Della. Abah Asep dan kondekturnya bercerita pada neng Della.

"Masuk budiman itu susah, Neng. Tiga bulaaan! Nunggunya.." (sambil mengacungkan 3 jarinya). "Yang daftar bisa sampai 100 orang, abis gitu ada seleksi lagi jadi 50, trus seleksi lagi sampai 30an. Yaa paling yang keterima itu cuma 20an lah. Seleksinya juga ketat. Yang punya tato langsung disoret. Gak boleeh neng pake tatto teh. Trus pas seleksi jadi 50an ada tes solat, tes wudhu. Diliatiin satu-satu."

Si kondektur nambahin. “Di pasantren-in dulu malah seminggu. Training-training gitu. Makanya keliatan lah mana supir budiman mana supir Prima Jasa. hahaha…” sambil terkekeh-kekeh.

Saya jadi teringat dulu waktu bis masuk desa. Salah satunya bis budiman ini. Tiap libur caturwulan selalu ke bandung. Dulu setiap penumpang selalu dikasih air mineral gelas. Tiket-tiketnya pun bisa diganti dengan hadiah tertentu kalau sudah mencapai jumlah tertentu. Supirnya pantang merokok di jalan. Sampai sekarang pelayanannya masih ramah. Barangkali inilah efek dari pegawai yang dididik dengan baik. Tidak hanya skill nyetir, tapi juga pendidikan akhlak. Itu penilaian saya. Gak tau kalo mas Anang. Tapi sekarang ini, air mineral dan penukaran tiket berhadiah sudah tidak lagi berlaku. Sedih deh gak bisa dapet jam dinding juventus.

***

Untuk para peyedia jasa travel, bis antar kota, odong-odong, dan angkutan umum lainnya, mungkin ada baiknya studi tour ke markas budiman ini. Lihat proses rekrutmennya, pelatihan staf-stafnya, pegawainya, dan apapun itu yang tujuannya mengoptimalkan service. Tidak sedikit sekarang ini penumpang travel/bis/angkutan umum yang komplain soal pelayanan. Toh tujuannya supaya usia jasa angkutannya semakin berumur panjang.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...