31.5.14

End of May

| Mei 31 |

There you go. May has come to an end. And it's indicate me that I just finished a whole month and gain more of disappointments than joyfulness. I'll start June with some kind of self improvements. Either job-related or love-life planning. Sort of.

***

Gak ada hal yang lebih hina selain buka 30 website yang recommended untuk procrastinator sejati seperti saya. Sebetulnya gak sebegitu sejatinya sih. Karena masih dalam masa recovery akibat ciuman nyamuk anopheles betina, jadi kerjaan selama ini hanya bangun-makan-nongkrongin laptop-makan-tidur. Baru berani keluar kandang itu barusan, ngeprint undangan rapat DKM orderan si ibu. Habis itu, tkembali lagi ke dunia maya.

Sudah 2 hari dunia saya terkuras di alam maya. Kemarin sempat buat ask.fm dan okcupid. Ampun kampring bener aing. Buat askfm karena penasaran, kalau okcupid itu karena sudah lewat tengah malam. Namanya ikhtiar kan gak dilarang. Kalau terdengar sedikit 'apa-apaan', silahkan sampaikan keluhannya pada saya langsung. Lalu coba-coba nonton Jerry Maguire online tapi empot-empotan. Buka email cuma penuh sama email di milis beasiswa. Kepoin twitternya si adek. Ah dia sudah main 'papi-mami' saja sama ceweknya. Asal bisa jaga diri sih saya mah gak masalah. Lalu masuk ke kepo-kepo lain. Ada se-couple yang terlihat serasi dan mereka berteman baik dengan saya. Tetapi, jika suatu saat mereka punya masalah serius sampai salah satu pihak jadi korban, yang pertama kali saya tinju mukanya tentu si laki-laki teman saya itu. Habis saya jotos, baru saya dengar cerita dia dan juga si ceweknya. Laki-laki harusnya lebih hati-hati kalau membuat perempuan menangis. Mau itu yang dihasilkan karena bahagia, atau teraniaya. Hati-hati, bro.

Browsing saya lanjutkan ke situs-situs beasiswa. Ada lund university yang ternyata masuk daftar universitas yang didanai LPDP. Ada pula aalto, TU delft, TU eindhoven, sama coventry. Saya baca semuanya dan intinya hanya terpaku pada 1 masalah. TOEFL/IELTS saya yang belum ada sama sekali. Persyaratn sisanya saya pikir sudah bisa saya lengkapi. Dan satu persatu tab beasiswa itu saya tutup. Akhirnya, berujung pada mini game Pocket Tank Deluxe. Cacat.


***

Hey, ini malam minggu! Itu artinya, waktunya untuk..... minum obat gatal-gatal, pakai piyama, tidur. Btw, baru saja dapat sms dari Pak Alvin. Piala kawin sudah bisa diambil. Besok pagi ke sana. Kalau bangun pagi sudah biasa.

29.5.14

I-am-fully-recovered! I-am-dulillah

| Mei 30 |

Hello. I'm back yo. Setelah 2 atau 3 hari benar-benar kalap dimakan ranjang karena cikungunya. Ternyata bro, penyakit ini tuh bro, sukanya talik urur. Kayak pdkt gitu bro. Jadi saya kira, minggu lalu itu puncak penyakitnya. Senin itu udah pede banget sembuh, makanya ke jakarta lagi. Eh taunya selasa rabu kamis itu yang namanya badan, udah ceking, item, merah-merah, demam tinggi. Euh udeh macam stik tenderloin yang dihasilkan dari sapi ceking pilihan. Tapi sekarang sepertinya sudah agak pulih. Setelah malam kemarin ke dokter dengan jalan sambil agak ngangkang gara-gara persendian bautnya copot-copot. 

Dan sekarang, apa yang mau saya tulis? Oh soal si bapak yang kemarin nanya kabar interview. Di ujung sana terdengar nada kecewa. Malah nyuruh ke pangandaran buat jaga toko. Lalu soal biaya hidup yang belum ada jaminannya. Kerjaan belum ada, freelance dengan klien yang tak kunjung beri kabar. Sedangkan di belahan dunia manusia lain banyak beredar kabar-kabar bahagia. Ada yang habis sidang, ada yang baru lulus sarjana di luar negeri, ada yang gajian, ada yang dapat hadiah lomba ke korea, ada yang jadian, ada yang menikah, ada yang liburan, ada yang bertemu keluarganya, ada yang keterima beasiswa, dan ada-ada lagi yang lain.

Bulan Mei tahun ini sepertinya bukan milik saya. Bukannya mengingkari nikmat, bukan kok Ya Allah. Kan kata hadist tiada hari yang buruk. Tidak baik juga mengutuki waktu. Tapi begitulah hidup. Dalam sebulan ini Tuhan beri saya banyak cobaan. Dari mulai perkara hati, karir, juga kesehatan. Kalau ini tanda-tanda penghapusan dosa, saya ikhlas sepenuh hati. Kan sebentar lagi ramadhan. Namun dari sana, saya hanya berharap pedih-pedih macam ini bukan membuat saya jadi lemah jiwa ciut nyali. Saya selalu percaya pepatah lama, manusia kadang di atas dan di bawah. Kalau terlalu lama di bawah, mungkin ada yang perlu diperbaiki dari diri pribadi. Para penulis soal 'hal-hal yang memperlancar'mempersulit rezeki' seperti lebih paham. Akhir-akhir ini saya juga banyak baca blog yang berhubungan soal itu. 

***

27.5.14

Pair


pair /pɛː 
noun, plural pairs, pair.

1.two identical, similar, or corresponding things that are matched for use together: a pair of gloves; apair of earrings.
2.something consisting of or regarded as having two parts or pieces joined together: a pair of scissors;a pair of slacks.
3.two individuals who are similar or in some way associated: a pair of liars; a pair of seal pups.
4.a married, engaged, or dating couple.
5.two mated animals.

***

| Mei 26 |

Senin pagi kembali ke jakarta untuk tujuan lain. Kali ini ada main-main ke sebuah studio desain produk di kawasan jakarta pusat. Di xtrans cuma tiga penumpang. Ada seorang bapak pongah gayanya yang 'merengek' sama petugas xtrans-nya buat duduk di tempat saya. Iya sih dia sudah booking duluan dan di sini nomor kursinya. Tapi, ini shuttle bus kan banyak tempat duduk kosong. Lagi pula cuma ada 3 penumpang. Tapi si bapak itu mukanya persis ketiak bison afrika. Item, asem. Kagak senyum-senyum atau punten-mangga. Di perjalanan juga kerjaannya bertapa. Posenya seperti budha, dengan 2 handphone sebesar batu bata di tangan kanan dan kirinya. Kakinya selonjoran dan dinaikkan ke atas batas antara kabin penumpang dan supir. Lagaknya kayak konglomerat. Kelakuannya juga sok pejabat. Koran dia jatuh ke lantai waktu tidur. Saya ogah juga ngambilinnya. Toh dia juga masih bangun dan masa iya gak nyadar koran jatuh? Mau diambilin banget, Pak? Baru-baru saya tahu kalau dia itu pertama kali ke jakarta pusat ini. Karena dia banyak nanya supir dan temannya di ujung telepon. Turun daerah sudirman katanya. Kenapa si bapak gak nanya saya aja ya, orang sebelahnya, kan saya juga gak tahu.

Dari blora naik ojek ke halimun. Kalau sama tukang ojek JKT, musti sok-sok jual mahal dan jangan lupa, acting.

"Bang, ojek!"
"Bentar.." buru-buru ngambil jaket+helm.
"Kemana mas?"
"Itu biasa..halimun". muka sok asik sambil nunjuk-nunjuk arah sono padahal nginjek kaki daerah situ aja belum pernah. 
"Okey"

GPS gak bisa diakses gara-gara layar hp modar.

"Di halimunnya di mana mas?"
"Ini udah halimun bang? Oyaudah sini aja" Bayar 10rb. 
*tips: jangan nunjukkin muka bingung, sekalipun memang lagi bingung. Tukang ojek itu bisa baca garis muka orang bingung. Dari situlah charge tambahan mereka. Ongkos itu bisa berkali-kali lipat dari harga sebenarnya. Mending inner bingung, daripada ongkos melambung. 

Untungnya, alamat design house ini gampang ditemukan. Ketemu bang yopi dan idhat. Kenalan singkat lalu ngobrol-ngobrol soal project-peroject, education background, kesibukan masing-masing, etcetera. Orang-orang di sini kalau boleh saya bilang adalah orang-orang hyper-monster soal industrial design. Founder-foundernya dulu kuliah S1 di malaysia, australia. Freelancenya kebanyanyakan project dari luar indo. Co-foundernya malah lebih monster. Dia kuliah di US dan sampai sekarang masih belum mau balik ke indo. Keasyikan kerja di sana katanya. Itu dari orang-orangya. Soal skill, waduuh..minder guee. Saya dan si mas yopi dan rendy duduk melingkar. Ngeliatin project-peroject yang pernah dibuat namun belum bisa dipublish. Kacauu.. Tidak bisa saya tunjukkan karena kalau gambar-gambar dan 3d model itu saya pajang di sini, blog ini bisa error 404, tak kuasa menahan kedahsyatannya. Serius aing gak lebay.

Lalu saya diminta buka porto behance. Cerita soal tiap project yang ada di situ + project2 draft yang tersembunyi. Ada satu bahasan menarik soal project tugas akhir si alga. Ternyata si owner yang lulusan ausi itu pernah mengerjakan project yang exactly the same dengan punya saya. Klien dia dari US. Dia cerita, kata kliennya dari US, orang-orang sana lagi gencar-gencarnya ngembangin biodiesel mikroalga juga. Si klien sengaja minta orang indo yang garap karena memang indonesia adalah satu-satunya tempat paling strategis dan berpeluang besar buat teknologi ini. Saya sampai merinding. Lalu si mas rendi memberikan opininya terkait hal ini. Katanya memang sudah waktunya ambil langkah. Pemerintah juga orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Jangan sampai terlambat dan kita hanya jadi upah pengeruk bahan mentah saja, sedangkan hasilnya dinikmati orang sana.

Time flies dari jam 12 siang sampai jam 6 sore. Ditambah koleksi buku yang emang kebanyakan field industrial design, buat saya makin betah. Tapi berhubung rumah kejauhan, saya musti balik bandung dengan segera. Jam 6 diantar ke pool sama si mas haris yang juga desainer muda di tempat itu.

Gara-gara belum buking, harus waiting list. Sejam kemudian baru dapatlah tiket pulang. Sampai bandung jam 11 malam. Mampir dulu ke sekitar kampus, makan nasi uduk ayam lalau pulang.

***

Line, email, facebook, twitter dan segala media sosial tidak ada notif apa-apa meskipun ditinggal seharian.  Memang semua orang sudah mengungsi ke media lain dan perangkat selular lain. Kalau dibilang kesepian, ya perlu diakui. Tapi mungkin pada saat-saat tertentu saja. Kalau disibukkan hal lain, pikiran akan teralihkan. Kesibukan tanda kehidupan. Sekalipun kesibukan itu bukan sesuatu yang produktif/menghasilkan materi, pasti ada pelajaran yang bisa diambil dan improvement untuk diri pribadi ke arah yang lebih baik.

| Mei 27 |

Si Romi mau ke rumah. Katanya mau buat lagu. Jam 10 belum mandi tapi sudah berani menerima tamu. Tapi masih wangi kok, bekas kemarin. 2 jam buat lagu. Kelar sih tapi masih belum rapi vetul. Katanya si romi mau ngajarin cewek belajar motor dulu. Aduh jadi itu alasannya cepat-cepat pulang. Ya sudah lanjut lain kali. Kalau temen lagi usaha sama cewek harus mengikuti hadist nabi. "Permudah, jangan persulit". Tadinya mau saya usir dia. ha ha..

Badan merah-merah seperti bentol tapi bukan gatal. Salah pake sabun sepertinya. Soalnya mandi sore tadi itu pakai sabun asal caplok. Ada yang bau sereh. Nah saya kira gara-gara tadi mandi pakai sabun sereh jadi begini. Bukannya resik, malah alergi. 

25.5.14

Budi's Wedding

Bayangkan masih ada Soni Duyung. Dengan gagah perkasanya karena habis ke onClinicnya Ikang Tau Sih di tahun 90-an, sedang membuka acara kuis family serabut. 


"Bibirdikulum devil wears prada, salamlekum yaaa para tuna asmara dimanapun anda berada. Kembali lagi bersama ana Soni Duyung di acara...??? (sodorin mic). Penonton: "hmhmhmhmm".Ya betul! di acara iklan sabun colek kelas eksekutif Bandung Surabaya naik kereta Malabar. Oke .Hari ini tentunya hari... yang telah ditunggu-tunggu..tentunya oleh bapak sama emaknya mempelai pria dan wanita dimanapun mereka berada. Ada yang tahu kenapa? Hm? hm? (alis matanya gerak-gerak) Ya!! Salah!! Karena hari ini adalah hari minggu! Dimana jalanan tetap saja macet karena pagi hari banyak janur kuning yang tegak, sedangkan malam harinya batang si bapak yang tegak! Hahaha" Lalu, ketika Sony Duyung itu tertawa sampai merem-merem, penonton keluar satu per seratus alias semuanya. Karena mau pada ke kondangan. Nyari makanan.

***

| Mei 25 |

Di lemari ada jas abu, tapi celana hitam. Ada juga batik gold-gold Lil Wayne tapi celana jeans. Ada batik biasa, tapi yah biasa. Ujung-ujungnya, setandar. Mungkin pakai kacamata hitam biar lebih gorowok metal macho. Oke. Berangkat ke kawinan budi n tsaraa.

Eh kampretos di belokan cicadas banyak Pokis lagi danus. Mana kaca spion juga dikebiri pula dua-duanya dan lupa mulu mau beli yang baru.Kata mamah dedeh yang penting ikhtiar sama do'a.  Dan ya, saya cuma berikhtiar dengan cara mepet-mepet mobil biar gak ketangkep. Juga tak lupa berdoa pada yang Maha Esa dalam hitungan 3 detik sebelum tertangkap dan alhamdulillah ya..berkah. Berkahbung :( Akhirnya si pokis bilang "Nah lu kena!" dan saya bilang "Aw!" saja.

Dia menginterogasi soal spion yang terkebiri, lalu stnk yang 4 taun gak disayang-sayang lagi di-cas lagi. Semua duit pada akhirnya. Sratusrebu sukses ditransfer ke rekening pak pokis. Kalau boleh jujur, saya kapok berindak kayak oran bener. Dulu pernah sok-sok ngelawan nyari kebenaran, dan si polisi malah melipatgandakan denda gara-gara ngelawan, katanya. Trus pernah sidang sim, bayarnya lama juga, ujung-ujungnya ngandelin calo.hem. Yang sekarangini, biarin lah, daripada ribet dan ribut. Lagian saya ada perlu ke kawinan kawanan. 

Ke pindad jam 11an. Bersamo kawan-kawan lamo ipatigo kito masuo ja pintu depannyo. Ambooii. Sedapnyoo.. masakan bundo. Melihat ke sekeliling ternyata masih antre-antre samalan. Antre-antre makanan lebih menjanjikan. Kenyang, baru salaman. Foto-foto, pamitan. Nah tipe-tipe macam begini yang harus dilestarikan. Sopan dan santun dalam beretika ke kondangan, dan yang paling penting, tidak menyisakan makanan. Kata orang tua bilang, nanti ada nasi yang menangis. Ah cengeng lu, Nas.

Saya cepat-cepat pamitan itu mau ke salman. Guess what? Pre Marriage School 21th edition! Saya juga gak habis pikir kenapa tiba-tiba bisa nyangkut di gsg salman. Kalau digambarkan, itu yang hadir tuh ya rapi-rapiii banget kayak kuburan san diego. Apalagi yang ihwan-ihwan. Baju berkerah, kemeja, batik, celana bahan, bawa tas, bawa notes, alat tulis, dan bawa detektor jodoh. Setidaknya, first impression soleh sudah mereka kantongi lah. Sedangkan saya cuma pake kaos polos kerah melar, jeans bekas naik gunung yang belum dicuci, dan tak siapin alat tulis. Untung ada si romi yang ternyata ikut juga dan mau minjemin. By the way, soal materi sekolahpranikah pertemuan pertama itu nanti mau saya tulis di postingan yang berbeda. Supaya ilmunya gak kecampur-campur. Tadi itu masih tahap awal. Soal Ta'aruf. Masih sikit yang saya dapat. Masih ada 7 pertemuan lagi. Let's roll!

Habis ashar langsung meroket dari salman menuju mcd sokarnohatta. Ada si abeng si ryan hendak bicang-bincang akhir pekan. Isinya kebanyakan urusan hidup dan mencari jati diri. pret. Tapi ya itu. Pret! Itu sih saya tadi kentut di tengah antrian waktu mau mesen cheese burger go ber go cheese. Bau edass!!

Pulang pas magrib. SI ibuk ngajak ke pegajian dekat rumah. Tapi saya takut iman saya lebih condong ke arah tidur daripada dengerin ceramahnya. Soalnya base on pengalaman sebelumnya, ceramah-ceramah di daerah ini umumnya tentang 'kamu-harus-taqwa-supaya-masuk-surga' saja. General dan turun temurun. Jarang sekali bahas hadist-hadist, perilaku sehari-hari yang dianjurkan agama, tafsir ayat, dll. Jadi, saya dirumah saja ngemil taro rasa barbeque sambil coba-coba belajar english online. Alone-alone asal Kelly Clarkson.

***

Setelah dibaca-baca lagi, tulisan ini gak lucu. Padahal tujuannya menghibur diri malah mempermalukan diri sendiri. Watir. 

23.5.14

Bitter

All this things are not happens by accident. It's all by design.

| Mei 23 |

Kabar minggu lalu soal kelulusan recruitment process di sebuah perusahaan yang saya kejar sangatlah membahagiakan tentunya. Ketika harapan tinggi, keyakinan penuh kalau saya sudah pasti akan berkarir di sana, ternyata itu adalah bumerang. Saya lempar sekuat tenaga, maka sekeras itu pula saya terkena hantamannya. 

Kemarin saya ke ibukota memenuhi panggilan. Dalam kondisi badan runyam terkena gejala chikungunya, saya berangkat dari pagi buta, padahal jadwalnya sehabis siang. Sebelumnya, saya buka-buka artikel online soal gejala chikungunya. Saya jadi punya persiapan kalau di ibukota badan saya paralyzed

Baru dipanggil jam 3 sore. Ngobrol-ngobrol sama orang sana. Mungkin HRD-nya. Sekitar 40 menitan saya habiskan. Lalu beliau bilang saya akan dikabari dalam 2 minggu. Baru-baru saya sadar kalau ini interview. Saya kira memang sudah diterima, karena sebelumnya diminta mengisi form yang salah satu pertanyaannya adalah : specific date to start working. Saya isi 9 Juni.

Pulang dari sana badan makin runyam. Saya susah ngomong, badan mati rasa, seperti lumpuh. Suhu tubuh mungkin se-padang sahara tapi badan menggigil. Karena nebeng si zul temennya si miifta, saya tak enak kalau minta diantar sampai tujuan. Kejauhan sama tujuannya dia. Saya turun di gelap nyawang, sedangkan motor itu di dipati ukur. Karena angkot sudah tidak ada jam 11 malam, saya putuskan untuk jalan kaki saja dari gelap nyawang sampai dwilingga. Tadinya mau ngesot saja, tapi saya baru sadar di carrier ndak bawa seragam suster. Kacau sih. Sendi-sendi kaki juga rasanya lumpuh. Pergelangan tangan sakit kalau diputar-putar sedikit saja. Naik taksi saja dari sana sampai DU. Sampai rumah, terkapar.

Pagi tadi, i've got a private and confidential 'love letter'. Oh dari perusahaan itu. Tapi saya agak kurang yakin. Masalahnya, orang yang mewawancara saya itu bilang akan bakal ngasih kabar 2 minggu lagi. Tapi saya buka juga. Isinya ya begitu. Hanya ada satu kalimat yang saya paham betul maksudnya. "we regret to inform you that we can not offer you any agreement at the moment et cetera". Insting saya bilang mungkin karena kemampuan bahasa inggris/jepang saya kurang. Sangat. Apalagi selama ini belum pernah ambil course bahasa dan belajar bahasa asing cuma dari One Piece atau film-film bajakan movieroom tanpa subtitle. Sedangkan kebutuhan di sana itu memang orang yang fasih berbahasa asing. Jadi, ya sekarang, saya mohon maaf kepada para pihak yang sudah mendengar kabar saya punya kerja tapi bullshit ternyata. Itu semua kesalahan saya pribadi, saya akui. Dan tidak ada sangkut pautnya sedikitpun dengan perusahaan yang saya 'tembak'.

***

| Mei 24 |

Batal hadir ke pernikahan hasri. Apalagi kendalanya selain badan yang tidak bisa diajak kompromi. Saya hanya bisa mendoakan supaya setiap pernikahan itu baik jalannya dan diridhoi rumah tangganya.

Menghubungi mas febri buat follow up project company profile-nya perusahaan doi. Harapan saya, lagi-lagi harapan, hasil dari project ini buat biaya course bahasa asing. TOEFL/IELTS atau apapun yang bisa memperbaiki kemampuan bahasa asing. Minta ke ortu rasa-rasanya sudah lewat masanya.

***

Another move on phase. Literally and figuratively. Buka-buka website cari informasi tempat les sambil maksain gerakin badan. 

***

Don't you ever think that you are smarter/greater than you are. Karena berpikir seperti itu hanya membuatmu sombong. Sekarang saya tidak peduli soal IPK 3.8 ini. Saya tidak peduli pengalaman di organisasi-organisasi. Saya tidak peduli soal prestasi-prestasi. Itu semua rekam jejak pencapaian. Pencapaian tidak penting. Lihat ke depan. Improvements apa yang bisa saya capai uat diri sendiri, buat orang yang kamu sayangi, buat masyarakat, buat agama, bangsa, dan negara.

Satu pintu tertutup, maka ada seribu pintu lainnya yang terbuka. - Eci. Obrolan pagi tadi.

22.5.14

Overload

| Mei 22 |

Tolong panggilkan ustad-ustad setempat. Suruh mereka bawa botol sama air do'a. Soalnya saya lagi kerasukan Mark Twain, Soe Hok Gie, Pramoedya, Ernest Hemmingway semuanya dalam beberapa hari ini. Hasrat untuk menulis lagi overload. Tapi jurnal sehari saja. Baca-baca buku/blog juga lagi gencar-gencarnya.

Tadi bangun dini hari. Buka tudung saji hanya ada tahu. Nasi juga dingin dan kering. Masak mie yang tanggal kadaluarsanya 2 hari lagi. Semua itu dipadukan dalam satu piring yang rasanya...absurd. Sejak itu, saya nongkrongin laptop. Cari-cari bacaan menarik sampai subuh. Anter si ibuk ke pasar. Si dek alfan mau ikut, depan pintu sudah nongkrong. Tumben-tumben dia sudah bangun pagi begini.



Malam tadi saya sudah janji mau ngajak sepedaan di lapang bola. Pagi-pagi cuacanya lagi bersahabat.



Lagi-lagi ke mister utju buat asistensi piala. Entah saya banyak maunya atau karena di sana terkendala teknis. Sudah bisa diprediksi kalau jadinya bakal ngaret. Harganya juga agak mahal dikit mohon maaf. Tanggal 25 bikahan budi. Saya upayakan supaya piala ini jadi hari minggu. Minggu depaan! haha



Tiap ke sini, obrolannya lain lagi. Tadi saya dapat ilmu tata ruang. Berhubung beliau alumni desain interior dan anaknya seorang arsitek, saya dapat mantra-mantra jitu. Jadi, pesan beliau itu, beli tanah. Lalu buat rumah sendiri. Kamar tidur ukurannya paling kecil 4x4 meter lah. Lalu akses pintu itu jangan diletakkan di ujung-ujung ruangan. Menurut ilmu fengshui, kurang baik. Tapi mungkin nanti saya tanya ke klinik tongfang, siapa tahu mereka bisa bantu.


Duh jadi gak enak. Saya dikasih beberapa souvenir dari beliau. Mungkin karena saya bilang saya mau kerja, jadi beliau kasih penjepit dasi. Ada juga emblem Satria Purwa Dharma. Itu dulu punyanya pak Tri Sutrisno. Tau gak? Lalu ada bros Madania jasa umrah dan haji. Makin berkibar-kibar dah bendera cita-cita kalau begini caranya. Ikhtiar sama do'a.

***

Besok berangkat ke Jeketi. Kemeja masih dijemur dan sepatu belum dicuci. Travel belum pesan sama sekali. HP mati. Siap lah!!

21.5.14

Online Dating

Lagi-lagi, saya bahas ini berdasarkan sudut padang pribadi lho. Bukan benar bukan salah, bukan baik bukan buruk. Semua kembali pada pemahaman masing-masing.

***

Sekitar 5 hari lalu, masa-masa pemulihan pasca ditolak cewek, saya buka pembicaraan pada ibuk. Tentang si ayah, selama 23 tahun kemarin. Sejak bertemu hingga sekarang. Lama betul, kawan. Ya, saya baru berani bertanya itu setelah berumur 23 tahun ini. Cerita ibuk mungkin lebih banyak pahitnya. Dan saya enggan menulis detail soal itu. Saya mau nulis soal yang manis-manis di masa sekarang dan masa depan saja, yang saya persembahkan buat si ibuk. Tetapi dari situ saya cukup banyak dapat ilmu dan pandangan baru mengenai sosok beliau dan si ayah. Saat itu, adalah saat emosi membatu.

Tahun 1980-an. Pertama kali ibuku bertemu si ayah itu waktu karang taruna. Si ayah yang memang anak rantau, ngekos daerah situ. Ibuku sering melihatnya mondar-mandir di daerah situ. Aktif pula di karang taruna. Singkat cerita, katanya dulu si ibuk sering buatkan sarapan/bekal buat si ayah. Bukan karena kasihan, tetapi bukan karena cinta-cinta amat juga. Sayang juga kurang tepat. Dalam bahasa Sunda, ada kata yang tepat untuk menerjemahkan perasaan di antara kasihan dan sayang. Istilahnya nya-ah. Saya sulit menemukan padanan kata itu dalam bahasa indonesia atau english. Nah dari situ si ibuk akhirnya dipinang si ayah. Saya kurang tahu apakah pada saat itu si ibuk memang sudah mengenal betul karakter si ayah. Karena biasanya, mengenal dengan baik itu bukan hanya dari apa yang dilihat, tetapi juga didengar dari kawan-kawannya, dari keluarganya, dan sanak familinya.

Bertahun bersama, badai rumah tangga begitu kencangnya. Dan detik ini pula, saya tidak peduli masa-masa lama. Biar itu jadi pelajaran buat kami, buat saya. Yang saya petik dari semua itu hanyalah untuk meniru prestasi si ayah, bukan kehidupan cintanya. Makanya saya bisa naik pitam kalau ada orang yang mencoba me-mirip-miripkan saya dengan ayah dari sifat. Hell no!

***

Sekarang saya kembali ke masa kini. Saya baru baca artikel perihal fenomena hubungan asmara asmoro. Istilah yang kini gencar berkeliaran adalah online dating. Kalau saya simpulkan seenak dengkul, online dating itu ya semacam interaksi dengan lawan jenis yang dirasa menarik dengan bantuan media sosial berbasis internet. Dan namanya reaksi kimia, kau bisa kecanduan, kawan. 


Personally, saya tidak setuju soal itu. Lagi-lagi saya bilang ini bukan soal benar salah. Toh saya pun pernah melakukannya. Hanya saya, kalau ditanya alasan pribadi, saya punya beberapa. 

Pertama, saya senang menulis dan bersosial (azek kaum sosialita). Menulis di media sosial seperti facebook/twitter itu mudah saja. Kalau punya materi menarik, posting-lah. Kans buat dapat respon berupa komentar/like/retweet itu besar dibandingkan postingan yang standar motor. Tetapi postingan begitu kan sifatnya tidak langsung. Lain halnya dengan chat/percakapan yang sifatnya direct interaction. Kita perlu menempatkan diri seperti orang yang ngobrol face-to-face pula. Problemnya, ada kalanya apa yang ditulis itu bukanlah sesuatu yang memang -- sorry to say -- jujur apa adanya. Karena yang ditulis di situ sudah mengalami proses memamahbiak, re-consider berulang-ulang sampai betul-betul si orang itu merasa oke untuk mengirimnya. Tujuannya mungkin untuk supaya sang lawan bicara (apalagi kalau lawan jenis) itu merasa nyaman dengan apa yang kita ucapkan. Tetapi hati-hati soal chatting/pembicaraan di dunia maya. Banyak nian misunderstanding kalau susunan kalimatnya bukan SPOK atau tidak sesuai KBBI. Karena interpretasi penerima pesan bisa berbeda-beda. Nada bicara-pun tidak ada. Berbeda kalau percakapan tatap muka. Intonasi itu SANGAT berpengaruh pada maksud ucapan.

Kedua, image personality bisa dimanipulasi. Baik, keren, humoris, pengertian, romantis. Ah semua itu seperti menggali upil dengan telunjuk lalu menjentikkannya dengan jempol. Jadinya kayak main game. Tinggal pilih mau mendekati cewek yang mana. Mulai dari sesuatu yang ia suka/tidak suka, itu hal classic trick yang umum dipakai. Tinggal banyak baca referensi dari blog-blog dengan judul how to get a girlfriend in 7 days atau how to attract woman level: asshole. Biasanya, bajingan-bajingan bad boys itu lebih ngerti soal beginian, dan faktanya yang harus saya akui, mereka punya daya tarik. Jadi jangan iri sama preman-preman yang mukanya standar motor tapi ceweknya bidadari. Selain karena kuasa Tuhan, face the truth, that girls like badboys. Tapi kembali lagi, itu image yang muncul di percakapan via media sosial. Karakter manusia bisa berbeda 180 derajat loh ketika di dunia maya dengan dunia nyata.

Ketiga, kau takkan pernah tahu hebatnya bertatap muka dan berbicara di depan mata sampai kau mengalaminya, kawan. Okelah let say di media sosial itu si pujaan hati punya foto segede home page yang menuh-menuhin layar laptop. Sampai ads-ads di situ ketutup semua, sampai di zoom milyaran kali itu komedo bisa keliatan segede gaban. (Entahlah gaban itu satuan apa, kilogram atau ton). Selain itu, sudah ada teknologi videocall. Suaranya yang seperti srelek sol sepatu masih bisa terdengar srrreeelek. Bersanding dengan kedipan matanya yang seperti kibasan bulu merak. Tapi semua itu hanyalah layar laptop yang membuat matamu terkena radiasi. Sukur kalau dapet yang digebet. Worth it lah pengorbanan pupil mata dengan cewek bernama Pupi yang nama panggilannya adalah 'Pup'. Nah kalau enggak? Udah rabun, eh dianter ke klinik matanya sama tukang ojek lagiii tukang ojek lagi.

Keempat, saya melihat pasangan kakek nenek masa kini yang sering ditemui di jalan. Ya keleess dulu ada fesbuk/frenster/twitter. Paling banter ya surat-suratan. But, dude, that's owsom in their own way. Karena dulu gak ada medsos, mana ada kakek nenek sekarang yang naksir lagi pacar lama trus nyari-nyari nama gebetannya  waktu jaman jepang di facebook. Tak sedikit kita dengar di sekitar, banyak kali pasangan pernikahan sana sini yang terjerat kasus perceraian gara-gara orang ketiga. Sesimpel kawan SMA/SMP yang ketemu lagi di facebook. Jadi, para grandparents itu kalau saya bilang termasuk orang-orang beruntung yang tidak mengenal teknologi. Sederhana saja. Ya, menjadi sederhana itu bahagia. Dan bahagia itu juga sederhana.


Kelima, saya melihat kehidupan sendiri. Orangtua dan ya, diri sendiri. Mengenal itu sederhana saja. Kalau ada perasaan lebih itu bonus namanya. Apalagi bicara jodoh. Yang satu itu, istimewa. Maka prosesnya pun haruslah istimewa. Mungkin bisa saja singkat. Tetapi dengan proses yang agak lama tentu lebih meyakinkan untuk jadi bahan pertimbangan.

***

Tempo hari saya pernah dibilangin si winnie buat sign up di salah satu apps semacam biro jodoh. Sebut saja Tinder. Saya lihat dulu reviewnya, ternyata recommended. Ratingnya 4 dari 5. Mungkin waktu itu tanpa pakai kepala dingin, saya agak marah sama doski. Pertama, karena saya kurang suka online-dating, kedua, karena orang itu yang saya suka. Jadi logikanya, masa saya cari cewek pakai apps itu sedangkan yang saya mau ada di depan mata? Walau akhirnya doi tak mau jua. Tapi saya sudah minta maaf padanya. Alasan tadi juga saya sebutkan. Tanggung.

***

So, life is a matter of choices. Yang saya pilih adalah jalur keprimitifan ini. Akun media sosial yang betul-betul aktif mungkin cuma facebook dan twitter saja. Email dan blog sifatnya personal. Biarlah dikata ketinggalan jaman. Soalnya saya mau interaksi manusia itu kembali pada asal muasalnya. Bertatap muka dan satu suasana. Terlebih soal perempuan. Yang saya pikirkan itu masa depan. Jangan sampai nanti, waktu punya istri dan anak, masih ada hati yang nyangkut di instagram mantan atau pathnya gebetan waktu jaman SMA. Namanya hati perlu dijaga. Manusia kan tempatnya khilaf. Begitu kata Nabi. 

Weirdnesday

 | Mei, 20 |

Saya teh udah di jalan Suci. Mau ke tempat buat piala lagi ngecek progres. Lalu tanpa pikir apa-apa saya putar balik pulang ke rumah lagi. Alasannya, langit barat mendung-mendung. Aneh.

Baru keluar lagi. Kali ini pakai sepeda saja buat sekalian buang keringat. Beritanya masih anget-anget nih soal Hatta Rajasa yang nyalon ke Salon Etty buat persiapan jadi wakil presiden. Wakil loh! Jadi, kalau sudah fix mau jadi wakil, pesan saya, harap muka orang ini yang ngajeblag di jembatan penyebrangan cicaheum, harap segera dicopot. Cukup sudah kau hanya memandangi kemacetan kota ini dari atas sana. Waktunya memperbaikinya.


Orang tolol lampu merah.


Ke kosambi beli kemeja. Persiapan jumat besok ke ibukota. Baru-baru saya sadar kalau kemeja saja tak punya yang tak kusam. Kalau yang dulu-dulu memang hasil pinjaman. Semoga dengan kemeja baru ini saya jadi terlihat tampan. Belum ditambah dasi abu spesial pakai kornet itu.


Aneh sekali. Dari seberang saya lihat ada sebuah toko baju dengan penjaganya seorang kakek. Sekilas saya lihat di sana menjual baju-baju adat. Di etalase ada pula beskap. Tapi, begitu saya menyebrang, saya cari-cari lagi kok gak ada ya? Apa tutup? Ah masa secepat itu? Aneh bukan bualan.


Ponakan-ponakin mau pada tidur di mari katanya. Ribut-ribut tapi bikin hangat. Jam 9.27-an baru mereka tidur setelah makan kerupuk udang dan saya ajak gosok gigi.

20.5.14

Petuah Master Piala Kota Bandung

| Mei 19 |

Tidak selamanya, anak muda, belajar yang baik-baik itu dari yang tua. Karena ada saja yang buruk dan memalukannya. Bangun jam11 siang adalah tindakan memalukan dari seorang sarjana, begitu kata orang tua pada saya. Apalagi ketika ada anak kelas 4 SD tahu kalau jam segitu kakaknya masih belum bangun. Pagi tadi si puput minta digambarin kumpulan ikan dalam akuarium buat tugas sekolahnya. Tapi saya baru bangun waktu dia pulang sekolah. Jadi gak jadi.

Janjian sama pak utju juga terbengkalai. Baru ke studionya jam 1an. Meski umurnya sudah hampir 75, beliau tau juga selera obrolan anak muda owsom seperti saya. Awal-awal bicara soal piala yang kemarin. Lucunya, tiap kali saya jelasin sesuatu yang agak hi-tech, beliau malah bilang kalau saya nyusahin dia. Dan bawa-bawa pak agus, dosen pembimbing TA saya. Katanya "gimana sih anaknya pak agus ini banyak nyusahin saya". Btw, dosbing saya itu adalah juniornya dia dulu waktu di Seni Rupa angkatan 64. Dammit, i'm feeling like 60 years old right now.



Lama betul saya bincang sama beliau. Cerita soal terapi akupunturnya di BMG sama dokter bernama Fenty. Lalu beliau beri saya 3 petuah : Pertama, bilang sama ibu/istri kamu kalau masak pakai minyak goreng, pakailah itu minyak hanya 1-2 kali, habis itu buang. Kedua, olahraga. Seminggu 3 kali lari atau 5 hari minimal jalan kaki selama 30 menit. Ketiga, atur baik-baik pola tidur.

Oya satu lagi. Mengenai profesi sebagai desainer. Pak Utju ini beri saya wejangan-wejangan yang tak ternilai, saya pikir. Ini berdasarkan cerita beliau, pengalamannya puluhan tahun. Dulu, dia punya 6 companion, yang punya ideologi yang sama, latar belakang yang sama, desainer. Lalu sama-sama merintis usaha yang fokus pada keilmuan desain. Ketika perusahaan mereka sedang beranjak naik daun, muncullah clash sana-sini antar ke-6 founder tadi selaku pemegang saham. Bahkan ada 1 orang yang betul-betul menggerogoti tubuh perusahaan mereka dari dalam. Collaps. Yang paling besar terkena dampaknya adalah Pak Utju ini. Lantas dari situ, ia punya prinsip : jangan pernah mau merintis usaha dengan sesama desainer dengan passion yang sama. Kalau mau buat studio, buatlah sendiri, begitu katanya. Kecil-kecilan tak jadi soal. Yang penting, kalau kamu maju, maju sendiri, rugi, rugi sendiri, dan segala sesuatunya adalah tanggungan sendiri. Begitu kira-kira. Terima kasih, Pak.

***

Sore ke rumah mode lagi. Prosesi finalisasi project branding kios mie tempo hari. Jam 4 beres lalu ke salman lalu pulang. Malam hari dapat undangan dari mas yopi yang dulu pernah ngontak via behance. Dulu karena masih kuliah, saya ndak bisa main-main ke studionya. Dan tadi ditanya, kalau ke jakarta suruh mampir ke studionya di setiabudi. Mungkin besok sekalian ke Sunter. Ngomong-ngomong, siang tadi dapat kabar bagus dari perusahaan berdomisili di sunter. Makanya jum'at ke sana.

***

Hp saya kecemplung kakus. Layarnya langsung pucat pasi. Cuma keliatan sedikit. Memang, hp itu mencerminkan pemiliknya. Sama-sama tak jago renang.

19.5.14

Sehari Soal Nikah. Piala dan Sekolah

| Mei 19 |

Baru keluar kandang siang hari. Saya lupa pagi beraktivitas apa. Kalau yang gak jelas-jelas memang gampang lupa. Bada dzuhur ke pak utju tempat buat piala kawinan ipa3. Ketemu anaknya. Pak Alvin namanya. Masih muda kelihatannya. Sedikit uban yang mungkin membuatnya terlihat bercucu segudang. Obral obrol soal pembuatan dan durasi pengerjaan. Diberi banyak masukan soal etsa dan teknik grafirnya. 




Seandainya di belakang saya tidak mengantre klien-klien beliau, saya mau betah-betahin di sana. Ngobrol soal teman-temannya atau jaman kuliah dulu. Awalnya dia lihat desain piala yang saya buat. Katanya bukan tipe-tipe desain dalam negeri yang biasanya 'rame'. Lantas dia tanya saya kuliah dimana dan sekarang sibuk apa. Saya jawab desain produk dan pengangguran terselubung. "Pantes", katanya sambil terkekeh-kekeh Lalu dia cerita soal masa lalunya sebagai arsitek yang pengennya masuk SR. Hanya bapaknya dulu yang masuk SR. Pak alvin tanya soal lamaran-lamaran yang sudah saya kirim ke perusahaan. Habis dengar jawaban saya, lalu dia cerita punya kenalan, dulu. Kenalan dia ini dari SMP/SMA, saya lupa, disekolahin ke porsche. Lalu sekarang jadi desainer di volkswagen. Kontan saya sebut namanya. "Pak Chris Lesmana, bukan pak?". "Oiya!" dia jawab kegirangan. Lanjut bercerita soal ayahnya Pak Tony Lesmana yang notabene teman bapaknya dulu. Merembet ke dosen-dosen SR lain yang kurang saya kenal. Baru-baru saya ngeh ketika beliau sebut ciri-cirinya. Saya tebak-tebak beberapa ternyata tepat. Pak martinus, pak alva, pak ad.pirous, pak prim, bu riama,dll. Ah seru kali bertemu orang baru.

***

Langit sebelah barat kota, roman-romannya mau hujan. Kalau hujan, saya tak jadi lari sore. Ke salman dulu mampir ashar. Ketemu si azmi, tiba-tiba dibilangin kalau SPN buka lagi. Itu.. Sekolah Pra Nikah. Sebetulnya saya tak ambil pikir serius soal ikutan ini. Apalagi tak bawa persyaratan-persyaratan layaknya orang yang memang betulan niat ikutan. Cuma, merasa timing-nya cukup, selagi menunggu  sebelum berangkat mencari nafkah, yaa why not? 

Oya, alasan saya akhirnya mengisi form pendaftaran, bukan karena latah ikut kawanan yang tujuannya mencari jodoh atau semacamnya. Bukan, bukaan se-desperate itu. Karena seringkali, apa-apa yang ada hubungannya soal menikah, cenderung disangkut-pautkan dengan mentalitas anak muda penganut paham galauisme atau sejenisnya. Saya ndak mikir ngebet menikah, ndak juga ndak mikirin soal beginian. Toh nanti pasti mengalaminya, sebagai bentuk ibadah dunia. 

Anak cucu adam hawa perlu berkeluarga supaya ras-nya berkelanjutan. Itu pilihan. Mau cepat-cepat atau lambat-lambat, itu juga pilihan. Hanya saja, ilmu itu tidak menunggu waktu. Kalau ada sempet, mengapa harus menunggu kepepet? Saya ikut pendidikannya sekarang bukan berarti mau cepat-cepat menerapkan ilmunya. Ibaratkan ini celengan ayam. Nanti kalau sudah waktunya, saya pecahkan. Begitu kira-kira. Ini soal memantaskan diri sendiri dulu lah. Agar kelak segala permasalahan hubungan dua insan manusia dalam satu ikatan perkawinan itu ada solusinya. Pret! Tapi bener, bukan sok bijak.. Tapi, pret. Ya begitu deh. he he.



Hujan sudah reda. Ke saraga, tapi lupa bawa ktm lama, jadi bayar 2rb. Di trek ketemu nyoman yang baru saja berganti model rambut. Dia lagi ikut program pendidikan wanadri, katanya. Obrolan antar-alumni biasanya seputar rutinitas saat ini atau pekerjaan.



Delapan putaran lalu pulang. Mampir dulu ke salman karena terlihat sudah mulai hujan dan adzan. Makan di salman yang hanya tersisa bakso dan sosis dingin tapi terasa nikmat-nikmat saja. Mungkin bukan karena teman nasinya. Mungkin karena teman ketika menyantapnya. Itu pun bertemu tidak sengaja.

18.5.14

Monkey Back to Business

| Mei 18 |

The key of happiness is low expectations. Saya lupa itu baca di buku apa. So far, masih saya anggap benar. Minggu pagi kalau sepedaan ke jalan raya mungkin bertemu pasar tumpeh-tumpeh atau janur-janur kuning. Biasanya macet. Karena banyak orang berharapan tinggi bisa bergembira loka di hari minggu. Jadi, keluar rumahlah mereka semua. Saya juga ke luar, bukan ke jalan. Ngajak si dek alfan bersepeda di lapang bola. Daripada di rumah saja, kerjanya dia hanya minta buka laptop atau HP ibunya main tank baja.





Tidak bisa lama-lama karena saya ada perlu siang harinya. Janji bertemu mas eric. Dia adalah titisan pemilik kedai mie asli kota Malang yang kiosnya di rumah mode. Tjwiemie namanya. Urusan saya sama beliau itu buat lanjutin re-branding usahanya. Jam 3-jam 6 sorean di sana. Beliau sama pacarnya. Saya nyamuk yang pura-pura santai menyantap bakso campur gratisan dari mereka. Di tengah-tengah itu, feeling saya, sang pacar bete nunggu sang pacar yang sedang berurusan sama saya. Duh jadi enak.. baksonya.



Beberapa item yang dulu pernah saya buat sudah dicetak. Menu, neon box, brosur, stiker, logo, dll. Nongkrong di rumod sampai Isya. Ditinggal pemiliknya duluan, saya cuma jalan-jalan saja keliling rumod.


Ke movieroom cari tontonan. Ketemu si ruben anak 2013 sama mamangnya, yang notabene anak 2010. Saya lupa namanya. Mungkin mereka tak lihat. Soalnya saya di kolom film jadul dan mereka di rak film kartun.



Menjelang malam berkutat dengan soal-soal ujian madrasah. Si ibuk minta diketikin ulang soal-soalnya. Buat besok.

17.5.14

Jadi Momod ronde 2 dan Obrolan setelahnya

Sudah, sehari saja cukup untuk berpedih-pedih. Hal itu bisa membawa pada kedewasaan. Namun racun jika dipendam kelamaan. Maka dari itu, jurnal ini harus kembali pada jalurnya. Tentang sehari-hari yang seru bagi saya, dan yang tidak seru bagi pengunjung yang tersesat di blog ini. Suruh siapa masuk ke sini, ini kan blog rahasia bawah tanah yang cuma saya dan cicak jelek atap rumah saja yang tahu. Oh iya sama mungkin bung anshor, sebagai satu-satunya follower blog ini. ha ha ha.

Besok pagi saya mau bersepeda lagi berjumpa satpam, onthel lain, atau anak-anak bandara yang ikut-ikutan membunyikan bel sepeda.

| Mei, 16 |

Siangnya saya putar-putar kota cari bengkel honda. Mau servis motor ganti oli juga lampu depan yang suka mati nyala mati nyala. Harus hari ini juga, soalnya rencananya malam nanti atau besok pagi berangkat ke Papandayan bersama bung Alex Alan Jejax Jejix dkk. Dari Braga hingga Tubagus, baru ganti oli di tubagus. Jam 4 ada perlu di kampus. Hearing pemilu inddes ronde 2. Ke salman dulu ketemu si romi. Katanya lagi sibuk sayembara dan ia terlihat lelah dibuatnya. Sehari sebelumnya dia bilang kerja dari pagi hingga 11 malam. Mau saya ajak treking tapi dia sudah ada perlu duluan.

Jam 4.02. Prodi desain produk gelap kelihatannya. Lampu ruang TA dan studio mati sengaja. Diajak pak ade lihat-lihat ruang WC baru. Duh ya sekalinya diajak jalan-jalan liatnya kakus baru. Bengkel penuh 2012. Dari luar tercium aroma pinus, mahoni. Mereka sedang membuat stool kayu dan jelas, ini adalah masa-masa deadline pengumpulan. ha ha.. Sepertinya budaya deadline di sini tidak akan berubah untuk beberapa dekade mendatang. Nangkring di jembatan sambil ngobrol-ngobrol sama si natan ardy nigga sampai jam 5. Ke seminar lalu mulailah acara.

Kalau ditotal, ada mungkin 5-6 jam hearing ronde 2 ini. Yang buat lama adalah musyawarah yang teramat pelik sodara sodari. Sebagai moderator yang tidak berpengalaman, saya sedikit bingung mencari solusi yang adil dan baik bagi semuanya. Kalau dipikir, memang untuk apa pula saya mengurusi. Toh sudah lulus dan tinggal landas dari himpunan ini. Tapi ini lebih-lebih soal dedikasi pada almamater. Dan bertemu orang yang dinanti, itu bonus saja. :p

Di akhir, diputuskan sigunyu yang terpilih. Saya tidak mau banyak komentar soal ini. Hanya berharap yang terbaik bagi mereka untuk sekarang dan seterusnya. Ya seperti ungkapan pada umumnya, cabe itu pedas, tapi ketika dimasukkan dalam sayur justru jadi penyempurna rasa. Mengerti kan ya maksudnya? hehe



Hampir mau pulang. Baru ingat oleh-oleh. Ke plano dan serah terima. Saya dapat segenggam Anaphalis Javanica, Eidelweis Jawa darinya. Terima kasih, Wangi sekali.

Ace ulang tahun. Lucu sekali melihatnya. Saya jadi ingat lagi beberapa jam sebelumnya dia menyatakan pedapatnya tentang si bulu dan impactnya pada keseluruhan angkatannya. Dengan tersedu-sedu dan suara bergetar, ia sampaikan semuanya. Saya hanya bisa mendengar seksama. Di ujung hari si bulu nyamperin saya di parkiran waktu lagi cari-cari kunci motor yang hilang tapi ketemu di pos satpam. Bicara beberapa kalimat lalu saya pergi memberi semangat.



***

Indomaret kanayakan waktu itu sudah mau tutup. Tapi ada obrolan panjang di kursi tukang martabak antara dua orang. Kelihatannya dia sudah lelah juga, tapi masih cantik saja. Ini obrolan lanjutan dari 10 menit sebelumnya, mengenai ucapan saya terhadapnya. Sesuatu yang lumrah diutarakan jika perasaan sudah menginginkan. Kesimpulannya, perasaan bisa diutarakan, namun tidak bisa dipaksakan. Akan ada saatnya keduanya click jika memang tepat waktunya atau Tuhan memberi jalannya. Dan kalaupun tidak, Itu sudah kehendak-Nya yang harus diterima denganlapang dada dan bersyukur, jangan lupa.



***

Naik gunung Papandayan batal. Karena cuma berdua saja yang oke-oke. Mungkin minggu depan. 


Sanguinis . Melankolis

Wasn't that bad for being melancholic. Saya, yang selalu ingin segala hal berjalan sesuai aturan, dicap kaku, serius, terkadang terlalu self sacrificing. Sifat melankolis saya, berpengaruh dalam segala aspek kehidupan yang saya jalani. Tidak banyak, juga tidak sedikit. Mungkin berbagi porsinya dengan sifat koleris saya. Pendidikan, karir, hubungan, sosial, juga bermasyarakat. Dan ketika bertemu sang sanguinis, tanpa ia tahu, dan tanpa harus diberitahu pun menyadarkan saya untuk tidak terlalu serius, ia mengajarkan saya untuk lebih cheerful, lebih mau menerima candaan ringan atau tertawaan setaraf orang gila, namun tetap optimis dalam berkarya.

She is a talkative girl, with good sense of humor, and i bet she can easily make people comfort around her. Ada cukup banyak alasan dari sifat-sifat ini yang membuat saya senang berlama-lama dengan orang sanguin. Beranjak dari situ, muncul kesadaran, bahwasannya kelemahan diri sendiri tidak akan sepenuhnya tertutupi oleh kemampuan diri sendiri pula. Satu saat akan bermunculan orang-orang yang mampu melengkapi, menutupi kekurangan kita dengan kelebihan yang ia miliki. Pun begitu sebaliknya. Memang terlihat bertolak belakang, namun kombinasinya menguatkan. Dan ketika kekuatan keduanya dipertemukan pada satu titik, kemungkinannya bisa menjadi kekuatan yang hebat atau bisa jadi kelemahan jika tidak di lengkapi dengan saling pengertian dan dasar keyakinan yang sama. Membina dan terbina. Atau bisa saja, keduanya tidak perlu dipertemukan dulu, tunggu keduanya hebat, dan ketika keduanya memang meant to be ditakdirkan, entah kehebatan macam apa nanti jadinya.

Namun begitu, semua itu bukanlah satu tolak ukur benar atau salah. baik atau buruk, jika hanya dilihat dari sudut pandang orang pertama saja. Saya sendiri saja. Biarlah sanguinis dan melankolis ini jadi karakter yang tumbuh dan berkembang pada diri kita masing-masing.  Jadi, jika ada kelemahan, smoga Allah beri kita kekuatan untuk saling menguatkan.

Wallahu'alam bisshowab

16.5.14

A Voyage to Dieng Plateau

Saya hidup di negeri ini sudah 23 tahun. Sejak kecil punya mimpi bisa pergi jauh ke mana kaki berjalan. Anak kecil punya banyak waktu, tidak dengan tenaga, apalagi biaya. Tua, punya banyak uang (mungkin, bagi mereka yang telah menyebut dirinya sukses), tapi tidak dengan waktu dan tenaga. Transisi remaja menuju dewasa, punya tenaga, waktu, uang (untuk makan dan urusin hidup sendiri) mungkin masih cukup. Tinggal memilih, mana yang akan dipakai untuk setidaknya mengecap kesenangan-kesenangan dunia. Sedikit atau banyak bukan jadi soal.

***

| Mei 11-12 |

Stasiun Kiaracondong. Pukul 8.16 malam, saya dan 2 kawan bernama oji dan buluk, bergelar S.Ds sudah di kereta Kahuripan. Hendak menuju sebuah destinasi wisata yang bahkan dari 3 orang ini belum ada yang pernah ke sana sebelumnya. Hanya bermodal niat impulsif 1 minggu lalu, perlengkapan seadaanya, dan nekat. Tujuannya : Dataran tinggi Dieng. Perjalanan kereta malam itu membosankan. Melihat ke luar jendela hanya gelap saja. Tetapi, melihat ke sekeliling pun hanya ada penumpang-penumpang yang lupa sedang diperhatikan. Salah satunya mamang di depan kami.



Jam 4.06 WIB. Tiba di stasiun Kutoarjo dengan perasaan kurang tidur. Mata-mata panda ini pun jadi tidak bisa diistirahatkan di musholla setempat karena melihat tulisan "Dilarang tidur di mosholla". Merem melek boleh. Tidak seberapa lama, si gun baru juga sampai di stasiun yang sama, kereta susulan. Diajak mampir ke rumahnya, siapa yang ogah. Dalam rangka menekan biaya operasional, kami, 3 orang oportunis ini berangkat ke rumahnya si masgun. Di sana dengan sangat merasa tidak enak, kami disuguhi makan. Usai bercengkrama bersama gun's happily ever after family, kami harus lanjut ke tujuan utama. Berangkat dari rumah pukul 7. Diantar si masgun juga ke terminal baru Purworejo.


Di sana ternyata gak ada bis langsung jurusan Wonosobo. Ketemu supir mobil preman, ditawari harga 50 rb buat sampai di terminal lama yang ada bis ke wonosobo-nya. Saya masih penasaran, jalan keliling terminal buat nyari bis. Lucunya, si supir tadi malah ngikutin saya, bukan nungguin 2 teman saya. Dia terus ngejar saya sampai ke pojok terminal. Di pojok terminal itu ada ibu-ibu pedagang oleh-oleh yang bertanya 'mau ke mana mas e?' Saya jawab ke wonosobo. Dia bilang gak ada bis langsung. Beliau ngasih tau supaya naik angkot saja ke terminal lama. Di sana ada. Nah kan, ketemu juga celahnya supaya gak naik si supir mobil preman yang nguras kantong. Sejurus kemudian kami cabut dari terminal, menolak tawaran 50rb itu, beralih ke angkot kuning merah seharga 3rb perak saja bos. hahaha.. Mampus. Susah betul apa kerja jujur?

Dari terminal lama ada bis 3/4 (yang tampak seperti bombom car). Si oji duduk di samping pak kusirnya. Saya sama si buluk di belakang. Pantat panas, pantat keras, pain in the ass. Ada hal-hal yang tidak saya mengerti dari kebiasaan supir di jawa. Kalau Tokyo drift itu dari Jepang, dan dulu kita dijajah Jepang, adakah kemungkinan darah balap ngepot sana sini macam itu menurun pada keturunan jawa? Gila! Jalanan menanjak ukuran mentok 2 mobil sedan itu dijajal si supir bus ini sambil ngerokok, one-hand driving like a boss. Sampai di Wonosobo jam 11. Badass!



Wonosobo masih jauh ke Dieng. Naik bis 3/4 lagi. Cara mengemudinya yang ini lebih woles. Sampai Dieng jam 12.an. Sekarang kondisinya bisa dijelaskan dengan pertanyaan : "Now, what?". Tidak ada rundown acara, tidak ada guide, tidak ada parameter-parameter yang menentukan derajat kesenangan yang harus dicapai. Pokoknya asal sampai Dieng, sudah.


Mampir di masjid dekat tempat kami turun. Makan di warung makan dengan ibu baik hati bagi kami, dan tidak baik bagi penjaga tiket. Karena berkat beliau, kami menghemat, tetapi bagi penjaga tiket telaga, warna, mengurangi pemasukan mereka. Ibu warung nasi itu memberi tahu jalan menuju Telaga Warna secara cuma-cuma, hanya perlu naik bukit melewati ladang penduduk dan semak belukar.







Telaga warna hanya begitu saja. Saya pikir ada kora-kora atau perahu bebek. Tapi bagus lah tidak ada wahana itu. Elok dipandang tanpa macam-macam.

Lewat dari sana, berjalan lagi ke arah barat. Jam 15.23. Menemukan masjid di sekitar pemukiman warga. Saya pikir sudah waktunya ashar. Solatnya kelar, eh ada sang bapak baru adzan. Jadilah kami restart solat ashar, berjamaah.


Semakin sore. Sekitar 400 meter lagi ada objek wisata lain. Candi Arjuna. Dan lagi-lagi, kami sedang diberkahi keberuntungan. Masuk sana tanpa bayar seperak pun.








Di pintu keluar kami (atau seharusnya pintu masuk bagi wisatawan), banyak pedagang oleh-oleh. Entah, saya tertarik dengan barang satu ini. Hendak saya beli untuk cinderamata untuk yang di kota tapi ujung-ujungnya membeli cinderamata lain.

 Magrib tiba di spot awal. Sewa penginapan hanya seharga 80rb, dibagi 3 orang. Saya hitung-hitung, sampai hari itu, mungkin belum mengeluargkan hingga 200rb. Padahal tiket kereta sudah beli PP.


***

| Mei, 13 |

Pukul 1.20 dini hari. Tiga orang buta arah yang belum tahu medan hendak mendaki Gunung Prau. Karena dari awal, saya adalah pihak yang mengajak 2 orang tadi, saya perlu sok-sok an tahu medan. Take a lead dari SMP Negeri Dieng, lewat jalan berbatu, ladang penduduk, ikut insting. Karena google maps tidak bisa diandalkan. Pendakian malam lebih banyak hambatan. Saat itu, selain cuaca dan pasokan oksigen yang relatif tipis, air minum juga hampir setengahnya habis, padahal 1/2 jalan saja belum. Barulah setelah kurang lebih 3 jam pendakian, kami tiba di puncak pertama. Kami yang tidak tahu apa-apa mengira ini puncak utamanya. Tapi saya penasaran, memang semudah ini? Lagi pula, di depan masih ada gunung lagi. Setelah pikir-pikir lagi, barulah kami sepakat untuk lanjut ke gunung berikutnya. Lewat semak belukar dengan kanan kiri adalah jurang. Malam hari memang tidak terlihat. Ketika pulang, kami sadar kalau semalam itu kami berjalan di bibir jurang. Gila. 

Kata seorang kawan, mendaki gunung bukan masalah menaklukan gunung itu, namun menaklukan diri sendiri. Apalagi yang dilihat ketika berada di atas gunung yang gelap pada malam hari selain langit? Merasa kecil, tidak berdaya, lalu terkadang malu akan dosa-dosa. 



Dari carrier saya keluarkan Al Qur-an. Hendak mau berdekatan dengan Tuhan. Saya mencari surat yang tepat. An-Najm pikir saya. Bintang. Memang dari atas sini, mereka memperlihatkan diri. Cantik bukan buatan. Dalam kondisi angin kencang, membacanya malah membuat semakin merinding. Lanjut ke Ar-Rahman. Baru setelah itu, tinggal do'a-do'a yang perlu dipanjatkan. Dan juga nama-nama yang perlu disisipkan dalam do'a.

Pukul 5.02. Itu adalah momen di mana saya mengumandangkan adzan kembali setelah 12 tahun tidak melakukannya. Sejak pindah dari kampung ke Bandung. Mistis rasanya. Sampai saat ini, saya belum menemukan susunan kalimat yang tepat untuk menggambarkan saat itu. Saya punya mimpi mengumandangkan adzan di puncak di tempat lain. Menara Eiffel. Kita lihat nanti.






Pukul 7.30. Turun dengan jalan agak memutar. Mungkin sekitar 3 km. Menuju tempat makan, sarapan. Istirahat sebentar, siang meninggalkan dieng menuju Temanggung. Untuk tujuan lain.



***

Ada banyak budaya jawa yang saya kagumi. Di bis menuju temanggung misalnya. Ada bapak yang membayarkan ongkos seorang nenek. Ada seorang ibu pedagang yang menwarkan anak SD untuk duduk di pangkuannya. Semua itu elok dipandang.



Di temanggung, niat awal adalah bertemu pak singgihh. Saya mau bertanya-tanya soal bibit mahoni dan sonokeling. Mau minta atau beli untuk ditanam di sepetak lahan di pangandaran. Tapi beliau tidak ada. Sedang ke Bali beserta keluarga. Saya agak kurang enak menginap di rumah orang yang tidak ada pemiliknya, meskipun ada orang kepercayaan beliau. Yang bisa dilakukan untuk membalas budi hanya menyapu dan mencuci piring sendok gelas saja.


Semalam saja kami di temanggung. Esoknya bergegas ke Jogja karena si Oji mau berurusan dengan perusahaan tempat dulu dia KP. Dai temanggung ke magelang, dari magelang ke jogja. Bis setan yang membawa kami dari Magelang dan Jogja benar-benar Syaitonnirrojim. Supirnya terutama. Dia bunyikan klakson berkali-kali sepanjang perjalanan. Entah apa maunya. Hampir-hampir saya cocok hidungnya pakai kapal selam karena kesal sudah di puncaknya. Untunglah turun lebih dulu.


Ke Stasiun Lempuyangan. Niat awal adalah menukar tiket, menyewa motor, pergi ke kawasan sleman, jalan-jalan sambil menunggu kereta pulang pukul 7 malam. Saya pikir si oji sudah paham medannya. Nyatanya kami masih harus jalan agak jauh mencari tempat sewa motor. Hasilnya pun nihil. Si Oji jadinya naik ojek ke sekitar Sleman, saya dan si buluk ke malioboro.




Sore sudah hampir habis. Berkumpul kembali di Lempuyangan. Transit di masjid terdekat sampai agak magrib, lalu masuk stasiun. Kereta datang, kami pun pulang. 

***

| Mei, 15 |

Oleh-oleh tertinggal di musholla Pom bensin kiaracondong. Buru-buru balik lagi setelah setengah jalan naik angkot. Masih ada dan alhamdulillah belum kadaluarsa.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...