28.6.14

Welcoming The Holy Month

| Masih Juni |

Terkait kegiatan besok harinya, rapat dadakan-lah yang jadi tumpuan utama. Perihal persiapan pentas seni, mini bazaar, dan pawai sambut ramadhan. Kisah lengkapnya, simak uraian di bawah ini.



Rabu sore, persiapan dimulai dengan pemasangan tenda sederhana yang fungsinya hanya untuk melindungi dari sinar UV, sedangkan untuk hujan sepertinya mustahil. Terpal bolong dimana-mana. Beres pasang tenda ba'da magrib.


Mampir dulu ke sekre buat briefing kegiatan besok (kamis). Tidak banyak, hanya memperjelas. Jam 9 saya suruh pulang semuanya, supaya tidak ada yang begadang, dan besok pagi tidak ada kata terlambat. Dan memang betulan, pulang semua mereka.



Kamis pagi. Hujan rintik-rintik kalau ditumpuk itu jadi genangan air juga. Terpal yang sudah terpasang terpaksa diakal-akalin supaya acara tetap berjalan. Dari yang asalnya mau dimulai sekitar jam 9, molor 1 jam. Berkat kesigapan para pemuda pemudi, semua baik-baik saja.







Dedi, Irpan, Gilang. Para koordinator acara.





Pentas seni ini konsepnya spontanitas. Jadi, siapapun yang memiliki keberanian dan gak tau malu, mau tampil kapanpun bisa. Waktunya bebas, durasinya bebas, jenis kreasinya bebas asalkan bukan dangdut koplo. Di RW 06 ini ada 4 masjid yang memiliki santri. Semua masjid mengirimkan delegasinya. Pemuda-pemudi karang taruna pun ikut ambil bagian. Saya disuruh nyanyi coba. Dengan persiapan ala kadarnya, yaa saya nyanyi "Hiji sareng hiji" sambil pakujut.





Acara pentas seni dan Bazaar mini selesai jam 3 sore. Hujan agak deras. Rencana awal, Pawai Sambut Ramadhan akan dimulai sekitar jam 4 sore. Namun karena masih hujan, baru mulai jam 4.30 sore. Rute awal sudah ditentukan tim karang taruna, sebenarnya. Tetapi ada sedikit intervensi dari salah satu tokoh di sekitar sini. Sebut saja Pak AG. Dengan sedikit improvisasi, rute menjadi terlalu jauh sampai ke jalan raya. Kami cuma bisa jadi petugas keamanan saja. Karena kondisi saat itu, Jalanan jatihandap bisa dibilang chaos. ha ha... warbiyasa.



Alhamdulillah, pawai selesai pukul 17.35. Di akhir, saya cuma menyampaikan beberap ucapan penutupan saja sebelum akhirnya pulang. Hibernasi.

Jum'at. Persiapan untuk hari sabtu. Ada acara kerja bakti. Lagi-lagi yang menggagasnya adalah karang taruna. Dan bisa ditebak, yang ikut berkontribusi pun hanya umur 23 tahun ke bawah, dan yang 23 tahun itu saya sendiri. 





Berbagai persiapan dilakukan. Publikasi sore hari sama si udung sepedahan keliling RW tempel2 poster. Respon poster sih cukup baik, tapi lihat besok saja bagaimana realisasinya.


Sabtu.
Subuh-subuh, si awit, ipah udah ada depan rumah. Bertiga + ibunya awit ke pasar caheum belanja bahan-bahan liwet buat makan-makan setelah kerja bakti nanti.




Kerja bakti in bertajuk "Beberes Samemeh Ramadhan" (berbenah sebelum ramadhan). Konsepnya ya semacam Gerakan Pungut Sampah (GPS), tetapi yang ini +ngaliwet. Jadi lebih poll, sob! Mulai dari jam 7 pagi, baru beres jam 10. Rombongan ini keliling hampir seluruh RW untuk bersih-bersih jalan, tembok, selokan, dan memungut barang-barang bekas.





Nah ini yang bikin hari ini legendary. Ngaliwet. Porsi untuk 30 orang, yang datang kurang dari 30. Sisanya dibagikan ke warga sekitar.




***

What a day, fellas! Thank you for your participation. Tanpa kalian, aku bukanlah siapa-siapa. "Da aku mah apa atuh tiap malem jum'at oge ngadu bagong".



Sampai berjumpa di Bulan Juli. Bulan Ramadhan. Tepat 1 bulan sebelum saya menginjak umur baru. Kalau diperkirakan, saya akan masuk umur baru pas malam takbiran. Makin bahagia sama bulan Ramadhan. Bismillahirrahmaanirrahim. 

25.6.14

Mungkin ini, supaya itu.

Mungkin, saya harus terlahir jadi laki-laki supaya jadi pilot project, proyek percontohan yang membuktikan bahwa ada loh manusia yang namanya Amy tapi laki.

Mungkin, saya harus ditakdirkan pernah tinggal di kampung, pernah alay, pernah badung, supaya komplit. Jadi anak kampungan, alay, dan badung dalam satu paket. Bukan anak setengah-setengah.

Mungkin, saya harus berkali-kali ganti nama supaya kalau saya nyolong jengkol di kebon Mang Uteng gak ketauan. Trus nyolong lagi di tempat lain.

Mungkin, saya harus ditakdirkan sering dapat nilai 0 atau 45 ulangan fisika SMA supaya Newton dan Einstein tidak terkalahkan oleh kejeniusan saya. Dan pengarang buku Fisika tetap Bob Poster & Marthen Keanginan.

Mungkin, saya harus bersekolah di ITB untuk bisa tahu bahwa tidak semua yang terkesan harum namanya dari luar, seringkali ada kebusukan di dalamnya. Seringkali.

Mungkin, saya harus ditakdirkan jadi manusia belokan tajam. Ditikung dengan cepat, dan sekarang si doi sudah mau kawin saja.

Mungkin, saya harus ditolak dulu dalam kehidupan karir (pengangguran, -red), supaya, untuk saat ini, saya diberi waktu fokus di bulan ramadhan. Banyak-banyak menanam agar di akhir bulan bisa menuai.

Mungkin, saya harus terkena batuk tanpa dahak selama 1 minggu ini, supaya membuktikan, bahwa OBH combi batuk berdahak tidak cocok untuk batuk tidak berdahak.

Mungkin, saya ditakdirkan menjadi orang yang paling sering dilewat, dilupakan namanya. Karena selain tidak banyak momen yang berkesan tentang saya, nama saya juga susah dibaca, apalagi diingat.

Mungkin, HP saya ditakdirkan tidak bisa berenang. Jadi, ketika kecemplung dan layarnya hitam pekat dan sms yang masuk kepotong, itu membuat curoisity saya terasah. Padahal mah, bokek.

Mungkin, untuk sementara saya ditakdirkan sendirian dulu, supaya masa muda saya tidak habis oleh cinta-cintaan yang belum jelas. Padahal mah, sepi.

Mungkin, saya ditempatkan di belahan bumi ini untuk berbuat sesuatu pada tempat tersebut.

Mungkin, saya ditakdirkan jarang ke bioskop, supaya kursi-kursi di sana tidak bau cokor.

Mungkin, saya harus menyudahi segala permungkinan ini sebelum semua ini menjadi Kitab Suci Agama Mungkin.

Everything happens for a reason. Tapi bukan manusia kalau tidak punya usaha. Sudah sepantasnya manusia berusaha memperbaiki apa yang seharusnya diperbaiki. Jangan mudah putus asa.

23.6.14

Pre Event Ramadhan

Kalau mau jadi penceramah spesialis pra-ramadhan itu gampang-gampang-susah. Templatesnya, yang saya tahu, ada 2 : Pertama hafal Al-baqarah ayat 183-184 tentang puasa, kedua hafal hadist tentang 'suka cita menyambut ramadhan'. Ayat yang pertama itu mungkin sudah lumrah. "Yaa ayyuhalladina aamanuu kutiba alaikumussiam...dst". Intinya seruan buat orang-orang yang beriman supaya berpuasa di bulan ramadhan. Yang kedua, hadist yang berbunyi

مَنْ فَرِحَ بِدُخُوْلِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلَى النِّيْرَانِ

“Barangsiapa yang bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan niscaya Allah mengharamkan jasadnya dari neraka”.

Pokok-e ya gembira loka. Tipe-tipe bergembira itu ternyata bisa diklasifikasikan lagi. Semisal, pengusaha baju koko yang bergembira karena omset yang diprediksi akan meningkat. Penjual cendol elisabet yang cendolnya selalu diborong sebelum buka puasa. Atau mungkin pengusaha bantal kapuk karena demands untuk produk bantal yang melonjak, terutama di pertengahan ramadhan ketika hadist "tidur di bulan ramadhan saja sudah ibadah" semakin banyak dipakai.

Tetapi, kondisinya saat ini sepertinya sedang hiruk pikuk. Fokus terbelah banyak terutama yang menyangkut Pilpres + Piala Dunia. Saya pribadi tidak menutup mata pada 2 perhelatan itu. Minimal tau lah gaungnya, di tengah kesibukan akhir-akhir ini. Pilpres pun saya hanya mantau dari opini-opini publik yang ada di media sosial. Piala dunia saya belum nonton satu pertandingan pun. Lalu saya berpikir jika jadi seorang yang sudah berkeluarga. Fokusnya ya pasti nambah lagi. Puasanya belum, sudah kepikiran baju lebaran, THR, mudik, liburan, dan lainnya. Jadi, momen pre event ramadhannya mungkin tidak terlalu dipikirkan.

Itu soal 'gembira'-nya dulu. Lalu ada pula persiapan sebelum puasa, jiwa raga. Kata si ustadnya, bagusnya gladi resik dulu, adaptasi rutinitas, diselaraskan dengan ramadhan. Contoh : tidur jam berapapun tapi bangun harus jam 4. Kurangi begadang. Kurangi rokok. Yang rokok itu yang susah. Saya sih nggak tau susahnya buat nggak ngerokok di tengah puasa. Itu persiapan raga. Persiapan soal jiwa lebih ke implementasi ilmu. "Kentut dalam air itu batal nggak?" atau "lupa sedang puasa, trus gak sengaja makan giimana?". Ya macam-macam begitu lah.

Ramadhan sebentar lagi. Isinya jangan cuma bubar lagi bubar lagi.

Agenda Padat!!

| Juni 22-24|

Harusnya minggu pagi kemarin judulnya rapat karang taruna kelurahan. Apa mau dikata kalau yang datang cuma 5-6 orang. Presentasi Proker sama makan. Pulang jam 11 bawa 10 dus snack dibawa ke sekre, karena sisa di sana masih bejibun.



Baru ikut lagi SPN setelah bolos 2 pertemuan.


Technical meeting kinanti cup buat besok sama si udung lukman undih dedi yoga. Peraturannya terlalu berbelit belit menurut saya. Kejuaraan anak kecil tidak bisa semudah itu menerapkan sistem yang di atas pro. Memang tujuannya melatih disiplin, tapi harus pelan-pelan.


Pengajian di Al huda. Lagi-lagi dalam rangka menyambut Ramadhan.



Agak kecewa dapat kabar kalau tim JM A di Walk out di pertandingan pertama karena kurang persiapan. Sorenya kami ajak latihan, sebagai sarana pelipur lara. Elah bahasa lu...



Ba'da Isya rapat di Sidro perihal persiapan perhelatan pentas seni sederhana dan pawai keliling sebelum puasa. Keliling RW.


Ke sekre, mengumumkan hasil rapat tadi. Alhamdulillah masih banyak orang. Berbekal 2 bungkul gorengan.


Sisanya gitar-gitaran, nonton film sampai jam 2. Sepertinya saya butuh me time barang sehari saja. Bukan senang-senang juga sih. Sekedar break memulihkan badan yang rontok.


21.6.14

Haroeskoeat

| Juni 20- sore |

Jum'at sore mendampingi Tim futsal Jatimandiri (JM) under 12 buat persiapan Kinanti Cup 2014. Anak-anak orang kok diurusin? Yaa ibaratnya, kalau orangtuanya lagi sibuk kerja, daripada si anak-anak ini kerjaannya cuma main PS atau HP, kita support aktivitasnya. Dari Tarka berinisiatif buat daftarin 2 tim dari RW 06. Dana dari tarka Insya Allah cukup, yaa 50-50 sama sumbangan ortu-ortu mereka yang menyetujui. Latihan di lapang tenis atput. Bukan lapang 'literally' tenis, tapi dulunya tempat tenis. Dibimbing si undih sama ajeng, baru selesai sebelum magrib. Orang dewasa sekali-kali harus mau belajar dari yang lebih muda. Belajar melihat semangat anak-anak ini, contohnya.






***

Tahlilan 7 harian tetangga. Sidah diundang, jadi agak gak enak kalau mangkir dengan alasan apapun. Jam 9 baru ke sekre.


Papan mading-madingan yang baru ditempel sehari sudah dipenuhi 'karya-karya' sastra para pujangga haus cinta. Artinya, isinya lebih banyak soal-soal keresahan perasaan. Saya jadi terbawa-bawa, dikit. Tapi tak apalah. Setidaknya keberanian berkarya sudah muncul sedikit-sedikit. Perlu dipertahankan atmosfernya, perlu diarahkan kontennya. Supaya karya-karya yang dibuat bukan hanya sebatas isi perasaan. Duh saya jadi terlihat antipati soal hal-hal berbau perasaan ya? Tidak kok. Hanya fokusnya sedang bukan di sana.


Kedatangan member baru. Sudah 2 hari ini nongkrong di sekre. Belum dikasih nama.



| Juni 21 |

Pagi sepedaan bareng ijan dian natan keliling jalan-jalan rindang kota bandung. Baru pulang tengah hari.

Anak-anak tarka sudah janji hari ini ada latihan lagi buat anak-anak di lapangan yang manusiawi. Jam 2 ke san siro RW 8. Bayar 40ribu buat sewa 1 jam cukup lah buat anak-anak ini senang. Lucu saja melihatnya.





Selesai jam 3an. Pulang. Pembagian tim bagus dan kurang bagus dipimpin omen. Latihan lagi rencananya senin sore setelah kami mencukur rumput-rumput di lapang domba atput.

Malam ada pengajian di masjid sidro. Bahas soal persiapan ramadhan. Yang saya tangkap dari ceramah itu, pertama, ustadnya berpakaian seperti cepot. Hanya muka belum merah. Kedua, silaturahmi itu bukan sekedar menyambung tangan, tetapi menyambung hati. Ketiga, cerita soal si Amsol orang Leuwigoong Garut. Ceritanya ada seorang penjajah bernama Pasmod, punya anak Harben, Anis dan Amso. Harben anak kesayangan, Anis anak kesayangan kedua, dan si Amsol itu selalu dianaktirikan sama bapaknya. Satu ketika bapaknya dipanggil ke kampung halamannya di belanda. Dia minta ditemani si harben, tapi gak mau. Si Anis mau, tapi gak bisa. Si Amsol ini mau banget, meskipun selama hidupnya, dia jarang disayang seperti saudaranya yang lain. Si Amsol ini nurut banget meskipun bapaknya selalu mengecewakannya.

Maksud dari cerita itu, itu adalah kisah ilustrasi dari kehidupan manusia.
- Pasmod (Pasti Modar/ Pasti mati) : setiap makhluk yang hidup pasti mati, dipanggil ke kampung halaman adalah perumpamaan dari 'meninggalkan dunia'
- Harben : Harta Benda
- Anis : Anak Istri
- Amsol : Amal Soleh.

Jadi yang dibawa setiap orang ketika mati hanya amal soleh. Ironisnya, seringkali kita menganaktirikan perbekalan yang satu itu. Nice story.

Selesai jam 10. Ngobrol-ngobrol dulu sama Pak Roni, Kang Reza, Pak Bambang soal-soal Tarka dari jaman dulu. Senin malam ketemu lagi.


Mampir ke sekre. Masih ada orang. Dangdutan katanya. Ditemani gehu bala-bala dan susu murni yang sudah diaduk pakai telunjuk, katanya. ha ha ha. Tapi saya  terlalu lelah. Pulang cepat.


***

2 hari lalu ditelpon si bapak. Agak-agak ngomel gara-gara telpon pagi tidak saya angkat karena ketiduran. Dia telpon lewat hp si adek. Komentar soal kebiasaan saya yang enak-enak ya kalau di bandung, bangun siang melulu, malas-malasan. Begitu katanya. Tapi saya tak jawab.Tidak juga beri pembelaan. Buat apa.

Selama ini, kalau saya berani lancang, mungkin saya akan tanya bapak soal apa yang dia ketahui tentang kegiatan saya. Dari kuliah, lomba, organisasi-organisasi, hobi, jalan-jalan, kerjaan, atau apalah itu. Saya bisa jamin mungkin kurang dari 10%, dengan 5% yang ia ketahui cuma "anak saya kuliah di desain produk ITB. Tiap semester 4jutaan. Sibuk dan jarang nengokin bapaknya". Sampai lulus juga sepertinya masih begitu. Bukan karena saya jarang mau menceritakan soal kehidupan, tapi sama si bapak bawaannya selalu enggan. Responnya seringkali mengecewakan, dan karena sudah terbiasa, jadi makin malas. Jadi, si bapak tak banyak tahu aktivitas anaknya apa saja sekarang. Menang lomba apa juga mana tahu. Yang selama ini ketahuan ya bangun siang bangun siang, pemalas, gak ngapa-ngapain, main melulu. Padahal mana dia tahu kalau malamnya begadang persiapan acara ini itu, ngurus karang taruna ini itu, ketemu orang ini itu, capek, subuhnya solat dulu terus tidur lagi, lalu sekarang sakit demam tinggi akibat kelelahan, kegiatan diforsir melulu.Kalau si ibu mungkin tahu. Tapi sudah cukuplah saya merepotkan kalau bilang-bilang sakit. Biasanya si ibu suka ribet sendiri kalau tahu anaknya sakit. Beli obat macem-macem, air doa, ini itu, pulang pergi sana kemari. Ada kalanya keputusan untuk tidak menceritakan sesuatu itu beralasan.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...