30.5.15

Downloading... 48.7%

Mei 30.

Sabtu sore dan saya masih di kantor menunggu download-an yang menurut estimasi akan selesai 2 jam lagi, atau sekitar jam 6 sore.

Biasanya saya paling gesit soal pulang kantor. Pernah beberapa kali saya sudah stand-by di depan mesin absen. Begitu jam menunjukkan pukul 16.30, langsung nempel jari telunjuk saya di absen. Dengan bangga. Tapi hari ini lain.



Berawal dari insiden gigi minggu kemarin. Siangnya langsung periksa gigi ke klinik baru dekat pasar. Saya pikir daripada cuma betulin gigi saja, mending langsung dibersihkan, ditambal, dan treatment lain-lain. Saat itu, saya hitung-hitung masih masuk dompet laah. Minggu depannya katanya suruh check up lagi. Minggu depan yang saya maksud adalah kemarin. Dan syok saya melihat tagihan. Tertera 2.4 juta baru terbayar, dari 5 juta. Dan itu masih ada lagi yang belum. Ah bisa gila. Ini bagai buah simalakama. Mau ke tukang gigi, saya ragu. Ke dokter, memang terjamin, tapi yaa siap-siap saja minggu-minggu berikutnya makan mi instan. Ha ha. Semoga Allah mempermudah rezeki hamba-hambaNya.

***

Tempo hari, selain sakit gigi, sakit hati juga. Sudah biasa kalau dtiolak cinta. Tapi kali ini, entah kenapa tidak terlalu depresi. Mungkin karena pernah berkali-kali ditempa di UPH (Universitas Patah Hati) jadi begini, stronger than before. Kerja seperti biasa, makan biasa, update status-status tanpa melipir-melipir ke arah perasaan. Alhamdulillah. Karena Allah yang meringankan semuanya. Kalau saya tidak memohon diringankan, mungkin jadi gila.

Masih seputar percintaan. Hari ini mantan pacar-pacaran waktu kuliah dulu merit. Tapi saya tidak hadir, meskipun diundang. Karena apalagi, Sabtu masuk kerja. Saya hanya menitipkan do'a.

Kalau sudah begitu, saya jadi terbawa suasana. Alih-alih mengerjakan kerjaan lain, pikiran saya melayang ke arah-arah misteri jodoh. Buka-buka blog soal pertemuan jodoh para publik figur seperti Ust. Yusuf Mansur, Felixiaw, Oky, dll. Namanya jodoh suka 'jorok'. Bukan maksud saya mengartikannya sebagai sesuatu yang menjijikan, tapi lebih kepada 'unexpected'-nya. 

Ada hikmah di balik penolakan berkali-kali. Saya sih yang menyimpulkannya sendiri. Bahwa saya belum dipertemukan dengan 'the one' pilihan Allah karena memang belum mencapai standar pria siap mengarungi bahtera RT, karena saya harus banyak menggali ilmu menjadi pria ala Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, juga bisa jadi karena saya belum dianggap dekat dengan Allah. PDKT dulu makanya sama gue, gitu mungkin kata Allah. Sekarang mah yaa pasrah saja. Usaha mah tetap harus. Hanya saja level 'nothing to lose'nya saya serahkan pada Yang Maha Kuasa. 

Lagipula, sepertinya lebih seru kalau 'kejutan' itu tidak kita ketahui, bukan?

21.5.15

Sakit Mata Ada Obat Mata

Sakit mata ada obat mata. Sakit hati dibawa mati. Begitu kata pepatah. Saya mengalami keduanya bersamaan kemarin.

***

Kisah setiap manusia di muka bumi tidak ada yang sama betul. Tidak ada. Hanya terkadang kita saja yang mencoba memirip-miripkan kisah kita sendiri dengan kisah orang lain agar drama. Berhentilah membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain. Happiness is a state of mind. Find your own.

Tidak akan ada kegembiraan jika terus larut dalam pedih peri. Memang pedih peri itu masih terasa sampai saat ini, maka dari itu saya menulisnya. Biasanya setelah ini, risau dan kegelisahan ini tuntas tas tas taaas.

***

Ini tentang saya yang mencoba kembali pada cinta lama yang pernah 'nyoco' (Sansekereta sama Juwita Bahar). Kalau dalam bahasa Indonesia artinya 'menggigit'. Saya tegaskan cinta, karena kalau sekedar suka saja tidak akan se-abadi ini. Cinta yang tidak pernah dicoba untuk diperjuangkan menuju tahap selebihnya. Adapun usaha untuk memperjuangkannya hanya satu pihak saja yaitu saya sendiri. 

Mungkin ini karena saya terlalu arogan sebagai manusia. Arogan karena merasa terlalu yakin dengan kemampuan sendiri. Arogan karena merasa serba tahu tentang kehidupan orang lain. Arogan dari Middle Earth Lord of Dering. Padahal seharusnya, saya menyerahkan segalanya pada Yang Maha Kuasa akan segala hal. Padahal seharusnya, saya tidak sombong karena ada Yang Maha Mengetahui segala hal.



***

Let’s just straight to the point. Semalam saya berusaha menyatakan kembali apa yang saya rasakan pada seorang perempuan cantik menurut 4 orang : ayahnya, bundanya, dirinya, aku. Seorang teman lama. Yang sudah saya kenal sejak SMP. Sudah hampir 2 bulan ini kami kembali berkomunikasi. Kalau bukan cara komunikasi yang seperti ini, saya mungkin tidak akan menyatakan perasaan se-vulgar itu. Ini bukan cara komunikasi antar teman biasa. Bukan pula sahabat. Ini, menurut saya, yang mungkin menurut kaum pria kebanyakan, adalah sebuah tanda, atau jaman sekarang lebih dikenal dengan istilah KODE, bahwa perempuan tersebut sedang membuka hatinya.

Tidak wajar jika seorang perempuan yang dulu pernah dekat, menjauh , lalu dekat kembali, jauh lagi, mundur lagi, maju mundur cantiiik, cantiik.. menceritakan kisah asmaranya pada pria yang dulu terang-terangan menyukainya : aing. Tidak wajar. Bercerita tentang seorang pria yang melamarnya yang kemudian ia tolak, bercerita tentang keinginannya untuk menjalin hubungan serius dalam waktu dekat, dan semua hal berbau hubungan kecuali arus pendek. Semua itu rasanya tidak masuk akal jika hanya menganggap lawan bicaranya sebagai teman biasa. Bagi saya tidak masuk akal, karena percakaan seserius ini bukan konsumsi saya yang jelas mengharap dirinya. Tapi memang begitu adanya. Dia anggap itu sekedar curhatan teman biasa. No less no more. Ai kamu Duo Maya gituh? Teman tapi nyeri-nyeri teuing.

Lain halnya saya. Sebagai laki-laki normal, saya tentu merasa terpancing dengan situasi yang ia ciptakan. Berusaha menjalin kembali komunikasi dan memungut remah-remah perasaan masa lalu. Tidakkah itu wajar?

Benar saya terlalu arogan, mengatakan bahwa saya tahu banyak soal dirinya sedangkan ia belum tentu tahu banyak soal saya. Baru-baru saya sadar kalau perkataan saya adalah level kesombongan tertinggi. Allah Maha Tahu. Dan saya menyesali perkataan itu.

Perhaps we do really want something  that it’s bad for us. And perhaps we do really hate something that it’s good for us. Allah Maha Tahu sedangkan kita tidak.

Menyusun puzzle itu ada 2 cara. Pertama dilihat dulu potongannya. Jika kelihatannya tidak cocok ya berarti tidak akan masuk. Kedua, dicoba. Ini adalah tahap berikutnya setelah melihat. Saya yang selama ini ternyata hanyalah potongan yang dilihat olehnya saja sudah ketahuan tidak cocok. Mau sekeras apapun saya memperbaiki bentuk puzzle saya, ketika saya rasa sudah cocok, kalau si perempuan sudah merasa tidak pas, itu pertanda sudah saatnya ditinggalkan. 

Sore tadi menonton youtube hikmah.co.uk Syaikh Ali Hasan. Alhamdulillah cukup menginspirasi dan membuka pikiran.

Kalau kita, para lelaki menginginkan seorang perempuan yang skalanya 9/10, berkacalah dan perbaiki diri untuk menuju pria 9/10. Yang baik untuk yang baik pula. Dan begitu pula sebaliknya. Dan satu lagi, doa sholat istikharah. Jika sesuatu/seseorang itu baik bagiku, dekatkanlah Ya Allah. Dan jika sesuatu/seseorang itu buruk bagiku, jauhkanlah, buat aku lupa perasaan-perasaan padanya dengan keajaiban-Mu. 

***

Dan seperti biasa, penolakan seperti ini saya ambil hikmahnya. Menelan obat itu pahit memang, tapi menyembuhkan. Cukup banyak penolakan membuat saya bersyukur. karena saya sadar, sekeras apapun saya berusaha memperbaiki diri dan mengusahakan, hanya Allah yang memberi keputusan. Ada baiknya sering-sering patah hati begini jadi dekat dengan Tuhan. Tapi jangan kebanyakan juga sih.

Life keeps on turning. Anjir pidato weh jug lah di Lapang adu bagong.

19.5.15

Pendakian Ganda

Awal Mei.

Jarak Kontrakan - Sentul dengan Kontrakan - UI itu jauh mana? Malam-malam saya berdebat dengan orang-orang belakang soal ini. Besoknya saya berencana mengayuh sepeda agak jauh dalam rangka persiapan fisik sebelum naik gunung long weekend mendatang.

Keputusan akhirnya, saya menuju Universitas Indonesia Depok. Jaraknya sekitar belasan kilometer.



Jalanan UI cukup seru untuk bersepeda atau sekedar jogging-jogging imut. Tempatnya masih banyak pepohonan rindang nan asri. Pagi itu, saya tidak menemukan goweser yang mengendarai sepeda sejenis. Mungkin lain kali bertemu.

Mei, 12.

Sore-sore sepulang kerja saya bergegas menuju Bandung. Panjang ceritanya kenapa saya tiba-tiba ke Bandung setelah jauh-jauh hari merencanakan pendakian ke Gunung Gede. Semua ini karena 2 hal : pertama saya kurang gesit mengurus simaksi. kedua, karena mengurus simaksi harus datang langsung ke Cibodas which is puluhan kilometer dari sini. Agak repot. Mungkin sudah ada yang pernah menanyakan hal ini : Kenapa tidak di scan saja lalu kirim via email sih? Tapi entahlah. itu kebijakan sana.

Sampai di Bandung jam 10 malam. Jam 11 pamitan ibu, saya hendak ke Garut, berdua sama si Iik Citro karena 2 orang lagi membatalkan keberangkatan di injury time. Bagi saya, itu pelecehan hakiki. Tidak ada obat untuk me-restore kepercayaan saya pada orang-orang macam itu selain alasan yang make sense.

Mei 13

Sekitar jam 1 dini hari sampai di Terminal Guntur. Di sana bertemu sekelompok anak muda lain yang berencana naik ke Cikuray. Tak lama, ada pula rombongan lain hendak ke Papandayan. Saat itu pula, saya dan si Iik memutuskan untuk ke Papandayan saja.

Sok kuat. Dari pintu Cisurupan, kami bersama rombongan anak muda Bekasi memutuskan untuk mencoba jalan dari sana, dengan alasan menikmati udara pagi dan bintang-bintang. Eek. Baru beberapa kilometer sudah ambruk. Ha ha. Di sebuah pertigaan kami memutuskan untuk naik angkutan saja sampai atas.

Jam 4 subuh sampai pos awal. Saya mencoba tidur terlebih dahulu di warung kopi sebelum memulai pendakian. Jam 6 pagi bangun. Mencicipi api unggun sebentar lalu berganti pakaian. Dari jauh saya lihat ada sebuah menara tua. Semacam menara pemantau. Sudah tidak beroperasi dan banyak karat sana sini. Saya coba naik. Hampir terperosok karena menginjak salah satu anak tangga yang rapuh. Mengambil beberapa foto dan berjemur sebentar lalu turun. Sudah ditunggu kawanan.





View dari tower

Cerita pendakian
Kurang lebih seperti cerita di blog-blog yang bertebaran di sana lah. Yang diisi dengan kata-kata indah mutiara memuja indahnya alam ini.









Malam hari agak sulit tidur karena siagnya cukup puas. Jam 10 masih membuka tenda dan mencoba mengambil foto bintang-bintang dan Milky Way-nya tapi apa daya kameranya sudah rabun jauh. Batere HP masih agak penuh. Buka-buka gallery ada foto orang-orang. Saya ambil salah satu untuk coba digambar mengisi waktu sampai kantuk datang. 

Pagi-pagi di puncak. Saya agak anti melakukan ritual ini : menulis ucapan-ucapan manis di kertas lalu berfoto dengan latar balakang pemandangan. Saya foto seperlunya saja dan semoga bermanfaat untuk memotivasi orang lain.



Mei, 14.

Turun gunung lalu pulang ke Bandung bawa senang.

Mei 15.

Meluncur ke Bogor untuk besoknya rekreasi bersama tetangga-tetangga ke Curug Cilember Bogor. Keesokan harinya, saya dan rombongan tetangga konvoi motor dari kontrakan ke Cisarua. Jauh sekali. Sampai di sana pun hampir tak kebagain tempat saking penuhnya sama pengunjung.

Jadi, di sana ada beberapa Curug (Air Terjun). Kalau tidak salah ada 7. Kami buka matras di curug paling bawah. Setelah makan siang, saya sama si Mirfa naik ke atas lagi. Katanya di atas masih banyak curug. Saya sampai duluan ke Curug  6. Si Mirfa nyusul sepuluh menit kemudian. Dari situ, saya naik lagi ke atas mencari curug-curug selanjutnya. Dan ini seperti mendaki gunung lagi. Treknya agak terjal ditambah jalanan licin. Untung saya pakai sepatu yang sama ketika dipakai kemarin ke Papandayan. Saya heran melihat anak-anak muda yang juga naik ke atas pakai sneakers, sendal jepit, nyeker, bahkan wedges. Ya itu urusan pribadi lah kalau ada cedera-cedera. Saya sih ngasih tau saja dan memberi contoh.

Makin atas jalanan makin tidak keruan. Niatnya mau sampai curug 1. Saya hanya bawa kamera dan HP tanpa air minum. Menyadari saya satu-satunya orang yang mendaki sampai atas, dan tidak ada orang lagi, saya putusnya untuk turun saja ke curug 2. Baru-baru saya tahu dari orang situ kalau curug 1 itu tidak ada. Terakhir curug 2. Facepalm. Tapi saya puas mendaki sampai atas. 

And that's a wrap. Long weekend berkualitas ala Ardhyaska Amy.




4.5.15

Mayday Made My Day

April 23

A : Karoke yuk!
B : Ah males. Kayak yang suara lu bagus aja.
A : Karena suara gue toa mesjid makanya korekan. Kalo bagus, suara gue saingan ama sheila majid.

Malam itu, sepulang kerja.
Harusnya saya tak percaya omongan si Rohman. Musyrik. Di meja reservasi, dia cuap-cuap sama mbak-mbak petugasnya. Saya sih tau jadi saja karena tidak tahu juga SOP bernyanyi di tempat ini. Selesai cuap-cuap, si Rohman bilang "jadi ini karokenya gratis. kita cuma bayar makan seharga 200 rebu, ntar kita dapet jatah karoke 2 jam gratis. Pokoknya makan aja seharga 200 rb". Sampai situ, saya masih mengerti.

2 jam kegilaan berlalu. Bill yang saya terima diluar dugaan para dewa karaoke. Harganya jadi 2 kali lipat. Ternyata, harga karoke dan makan adalah kutub utara dan selatan. Tidak ada istilahnya bayar makan dapet karoke 2 jam gratis. Gratis my ass.

But at least we've had so much fun all over the night.





***

April 26.

Kabar-kabar si Hasbi dan Nydia mau keluar mulai terdengar gaungnya. Ada wacana mereka mau traktir  either nonton or makan-makan. Saya harap sih keduanya berjalan simultan. ekekek. Senin malam bersama rombongan haji menuju mall ternama di Cibinong. Nonton Apenjer.


Sudah hampir sebulan - si Bonthel - Harley Davidson kebanggaan saya ngejungkruk di kontrakan. Saya kira karena gear depan yang bengkok. Mumpung hari itu ada pemadaman listrik dari jam 10 - 3 sore, saya kerahkan segenap kemampuan dan niat untuk menggiring si bonthel ke bengkel terdekat.

Jam 11 siang. Banyak rumor bilang bahwa di sekitar Pasar Pucung terdapat seorang kiyai sepeda yang sakti mandraguna yang mampu mengobati berbagai macam penyakit sepeda dari yang muda sampai yang tua. Saya bertemu dengannya. Dengan membacakan ayat-ayat permohonan, saya utarakan maksud kedatangan. Tampang cina logat betawi. Sekali lirik, dia tau masalahnya. Tapi sayangnya, dia enggan ambil resiko memperbaikinya. Karena ada kemungkinan rusak berkelanjutan. Paling diganti dengan yang baru. Dia tak punya. Saya pasrah. Di akhir pertemuan singkat itu, pak tua memberi wejangan. Sekitar 400 meter dari tempatnya ada seorang anak muda yang juga sakti mandragade. Saya disarankan ke sana. Baiklah.



Berjalan ke arah timur sejauh setengah kilo di siang bolong demi bertemu si pemuda sakti. Sedikit lagi saya hampir menjadi biksu tong. Untunglah bertemu si pemuda ini sebelum saya jadi biksu gosong. 

Ajaib!! Dalam waktu kurang dari 10 menit itu gear sepeda bisa lurus kembali. Lurus ke jalan yang benar. Dengan senyum bangga, saya bayar ceban lalu maju jalan. Ternyata oh ternyata itu hanya bertahan sejenak saja. Setelah itu, musibah rantai copot kembali terulang tepat di tanjakan setan. Kudoronglah itu si Bonthel dengan sepenuh hati, niatnya sampai tukang las, biar saya las saja gearnya biar tak copot-copot lagi bang.

Tetot. Saya lupa kalau sedang ada pemadamam listrik se-kampung sawah. Saya bawa saja ke kantor. siapa tahu ada bantuan.

Alhamdulillah ada Pak Irwan, Bang Ndil sama si Robi. Ternyata itu sepeda harus ganti bearingnya sepasang. Jam 2 siang, sepeda pulih kembali. Belum total sih, tapi sudah bisa mengantar jemput pemiliknya kemana pun ia mau. Rencananya, longweekend terdekat saya hendak ke Bandung. Beli-beli parts yang akan merestorasi kemampuan si Bonthel ini.

***

Pesta bujang. Si Hasbi officially accepted di Honda Jepang. Kampret emang tu anak. Di hari-hari terakhirnya di perusahaan ini, dia mamu memberi kenang-kenangan manis semanis semangka dan duren yang dia bawa malam itu. Hasilnya, malam itu ada pesta duren kecil-kecilan dan makan ayam juga. Arigatou Hasbi san!


***


 Mei 1.

Dari jauh-jauh hari, jauh sekali bahkan, sudah saya rencanakan kado yang hendak saya berikan ke ibu atau nenek di Bandung : Mesin cuci.

Jumat sore saya bicarakan pada mereka. Tinggal berangkat sih, tapi satu hal yang membuat saya bangga punya ibu dan nenek seperti mereka adalah : mereka minta Al-Qur'an ukuran besar yang ada terjemahnya saja. ((cirambay)).

Sore hari jelang malam, saya ajak ngedate si ibu. Awalnya cuma mau nyari Al Quran dan liat-.liat mesin cuci. Eh pulangnya alhamdulillah bisa bawa jaket, HP android buat ibu, dan HD eksternal si Abeng. Mesin cuci masih saya cari yang harganya mendingan tapi kualitas mentereng. Semoga saja ada rejekinya.


Mei 2.

Sabtu pagi. Tadinya, saya hendak lari pagi di Saraga. TADINYA. Untung saya hanya berencana pada diri sendiri. Coba kalau ke orang-orang. Sudah dimaki-maki mungkin karena saya batalkan mendadak. Sebagai gantinya, saya mau ajak jalan jalan si Dek Alfan ke kosambi sambil nyari sepeda. Ada beberapa yang menarik hati dan hampir saya jadi membelinya. Tapi memikirkan cara membawanya membuat saya pikir ulang. Dan saya merasa bersyukur tidak jadi membeli sepeda saat itu juga. Karena terkadang keinginan itu hanya terasa saat itu saja. Setelahnya terasa biasa saja. Lain halnya jika sepeda itu suatu kebutuhan.

Pulang menjelang Dzuhur. Beli ice cream lalu pulang. Tertidur di Angkot sampai pulang minta digendong karena masih ngantuk. Tapi anak laki-laki tidak boleh manja. Saya suruh jalan, dia mau juga.



Malam harinya, si Abeng ke rumah. Sekalian ambil Hardisk sekalian cerita-cerita. Jam 7an menuju warung roti bakar, sekedar cari angin dan melanjutkan obrolan. Dia cerita soal kisah cinte-cintenya baik yang offline maupun online. Cerita onlinenya, dia koar-koar soal pengalamannya pake aplikasi matchmaker. Guess what? It's Tinder. Aplikasi yang dulu pernah saya kutuk keberadaannya. Ha ha. Lucu sekali. Saya tidak tertarik.

Cerita offlinenya, dia sedang dibuai asmara sama kawan SMA. Seorang Dokter. Saya tahu orangnya tapi enggan saya sebut di sini. Tunggu saja sampai dia mengkongkritkan statusnya. Pesan Keju campur roti susu dan kopi lalu pulang sejam kemudian. Saya ada agenda rapat Karangtaruna.


Datang terlambat. Rapat seudah berakhir. Isinya tentang ersiapan Isra Mi'raj yang rencananya akan diadakan akhir bulan Mei ini. Sedikit drama sesama ustad yang juga adik kakak membuat segalanya tersendat-sendat. Kita lihat saja kelanjutannya. Untuk sementara, persiapan ini saya pantau jarak jauh. Mohon maaf.


Pulangnya melaksanakan ritual malam minggu : main kartu dan nasi goreng.



***

Mei 3.

Pulang ke Bogor membawa seperangkat alat mendaki dan parts Onthel hasil hunting tempo hari. Totalnya muat dalam keril 70 liter. Hasilnya cukup memuaskan. Si Bonthel gagah kembali. Malam itu, motor Vixion si Robi tidak masuk kontrakan. Mungkin dia minder bersanding denganmu, Bon. Bahkan Ninja sekalipun minder.


Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...