15.7.15

When life gives you lemon, bite it like a man!!!

July 16

Jam 2 pagi ditemani sebungkus Oishi Sponge dan Genji yang sama-sama strawberry. But in contrary, life gives me lemon lately. Setelah menerima kenyataan pahit bekerja tanpa gaji dan resign di ujung bulan puasa menjelang lebaran karena memperpanjang hanyalah sia-sia belaka. 

Pulang ke Bandung membawa backpack 70 liter dan koper entah berapa puluh liter hanya berisi pakaian dan perlengkapan pribadi lainnya. Tidak ada oleh-oleh. Itu pun sudah dikurang-kurangi. Kontrakan sudah tidak diperpanjang, otomatis isinya harus diungsikan. Sebagian besar ke tetangga-tetangga kepercayaan. 

Jetlag pasca penerbangan menempuh separuh dunia belum sembuh betul. Alih-alih ingin sembuh, saya malah menghabiskan hari kedua di Bandung tanpa tidur hingga sahur. Buka bersama (yang Masya Alloh susahnya dikoordinir), nongkrong di warung bandrek bajigur, sampai sasauran yang antiklimaks. Siapa lagi yang bisa saya ajak selain sesama jomblo-jomblo berkualitas karang taruna. Besoknya, tidur hingga siang bolong.



Kemarin si Dudung mau ngajak saya ke Batu Templek. Jadi ceritanya, dulu saya lihat dia di fesbuknya berfoto dengan latar bebatuan yang menurut saya keren, meskipun biasa saja sih. Sore harinya saya ajaklah anak-anak tarka. Jam 3 saya bilang. Yang datang tepat waktu hanya si Ndes. Langsunglah saya culik dia meskipun cuma berdua. 

Tempatnya sebetulnya dekat. 20 menit perjalanan, kami sudah sampai di lokasi. Tapi rasa penasaran saya ada pada jalan raya di depannya. Saya telusuri sampai berakhir di hutan pinus dengan jalan berbatu tak terurus. Sebenarnya masih penasaran, tapi karena bawa perawan, saya pulang lagi menyisakan penasaran. 

Lihat kanan kiri hanya ladang gundul dan bebatuan. Pandangan saya tertuju pada jalanan kecil ke arah pertambangan batu cadas. Saya memacu motor yang belum diservis selama setahun ini ke sana, melewati jalanan berbatu sampai akhirnya menemukan air terjun mini di sela-sela bebatuan.



Mengejar layangan putus. Literally alay.

Si Rendi ngajak meet up di sekitar Braga malam kemarin. Sekedar berbagi cerita meskipun ujung-ujungnya dia ngajak buat start up di bidang industri sepatu. I'm not pretty sure bout that karena bukanlah bidang yang saya kuasai dan bukan pula ingin saya kuasai. Sudah terlanjur cinta pada industri otomotif. Perlu saya pikirkan lagi dan tentu butuh orang-orang yang inspratif yang perlu saya ajak konsultasi.

Sementara urusan karir tersendat, urusan hati juga tidak ada perubahan signifikan. Well, when life gives you lemon, bite it like a man! I mean the real man!!

10.7.15

Resign

July 11

Jauh-jauh sebelum saya mengenal dunia kerja sesungguhnya, saya sering mendengar selentingan-selentingan yang menyebut lulusan perguruan tinggi tempat saya menggali ilmu, mayoritas cepat diterima kerja cepat juga mengundurkan diri. Dengan pemandangan kantor pagi ini, saya resmi mendobrak opini tersebut. Bukan saya yang mau.



Hampir 2.5 bulan menuju 3, kondisi perusahaan ini sudah hampir habis. Pekerjaan yang digarap serabutan, proyek yang ditutup, dan imbasnya pada gaji yang tak kunjung turun pada seluruh pegawai. Bahkan teman-teman kontrakan, yang sudah mengabdi 4-9 tahun sudah dirumahkan tanpa pesangon atau pelunasan gaji. Miris sekali. Diceritakan suatu malam, ketika saya masih di Afrika, rumah belakang tempat kami berkumpul kontan dipenuhi isak tangis dari mereka mereka yang jelas didzolimi. Selang 2 hari kemudian, mereka pergi ke kampung halaman masing-masing tanpa mengucap pamit. Ada pula seorang pegawai yang juga perintis perusahaan ini, yang sudah mengabdi puluhan tahun, diberhentikan, juga dengan kebijakan yang semena-mena. Semena-mena karena momentumnya menjelang Hari Raya Idul Fitri.

Seorang kawan mengirimkan postingan soal THR. Di sana jelaskan Undang-undang yang mengatur soal tunjangan ini. Kondisi sekarang bukan lagi memikirkan thr, memikirkan bagaimana ke depannya saja masih samar. Itu berlaku bagi para pegawai yang sudah berumah tangga, punya anak, dan umurnya sudah diatas 40an.

Saya pun bernasib sama soal gaji dan THR yang memang menjadi hak setiap pegawai. Kesal dan geram itu hal wajar. But what's the point on ngomongin kebobrokan perusahaan dan petinggi-petingginya? Saya tidak akan dapat apa-apa. Seringkali di ruang kerja rekan-rekan kerja berbicara mengenai ini tetapi saya hanya ingin diam.

***

Surat resign berlaku mulai besok. Ini adalah postingan terakhir yang saya tulis di bawah naungan Wi-fi kantor. Sore ini ada buka bersama hampir seluruh pegawai baik yang masih bertahan maupun alumni-alumninya. Saya jadi ingat nazar dulu, bahwa kalau saya menang lomba ideart yang notabene presentasi ancur-ancuran via tepon, saya akan mentraktir seisi kantor. Semoga malam ini banyak yang hadir.

***

Kontrakan sepertinya masih diperpanjang sampai bulan depan mengingat repot pindahannya.

***

Sore kemarin meeting di Depok bersama seorang bos perusahaan ATPM di Bogor. Saya ditawari pekerjaan di sana. Saya pertimbangkan dulu sampai lebaran karena ada pula lowongan pekerjaan lain yang cukup prospektif. Semoga Allah memberi jalan yang terbaik pada pilihan yang saya ambil nantinya. Amiin. Lahaolawalakuwwatailabillah.

9.7.15

The Good, The Bad, and The Ugly of South Africa.

July 07

Isi kepala saya sudah hampir membludak, segala ide, cerita, keluh kesah, dan pelajaran ingin ditumpahkan sebanyak-banyaknya. Saya berharap menjadi sebuah novel, namun, menyadari bahwa laporan tugas akhir saja digarap ala warung kopi, ya saya sadar diri. Ini sebuah pelajaran yang begitu berharga dari perjalanan yang baru saja saya tempuh.

***

June 29

Siang itu pukul 11 di Bandara Soekarno-Hatta. Meeting point bersama Mas Jagad di terminal 2. Sampai saya sadar satu hal, mau berjuta giga kali kita saling telpon bertanya sedang dimana, gak akan ketemu-ketemu kalau saya nunggunya di terminal arrival, bukan departure. Fail. Barulah jam 12 bertemu.

Singgah di Hongkong untuk menjemput pesawat berikutnya menuju Johannesburg. Asli ini kampung banget. Saya maksudnya. Karena memang ini pertama kalinya saya ke luar negeri. I repeat. Ke luar negeri. Alhamdulillah tanpa biaya sepeserpun.

June 30

Singkatnya, sampailah saya beserta rombongan wartawan di Afsel. Tak dinyana kalau di sana dingin kali bah. Dijemput si Jerry dan Max, pegawai Datsun sana juga, yang selanjutnya jadi tour guide kami. Dari OR Tambo Airport langsung bergegas ke arah utara, katanya mau langsung Game Driving. Awalnya saya kira ini semacam main mobil-mobilan di sabana. Ternyata sampai sana, malah tour safari. Jadi, berdasarkan penghuni sana, Game adalah sebutan untuk binatang-binatang yang menghuni hutan, seperti singa, gajah, kutu air, undur-undur, dll. Itu mereka sebut Game, bukan animals. Jadi tergantung konteks pemakaiannya. 

Sebelumnya, kami mampir di toko cemilan khas sini, namanya Biltong. Atau dalam bahasa Indonesianya : Dendeng. Kalau di Indo, dagingnya tipis-tipis, daging sapi/ayam/kambing, di sini daging Kudu, Rusa, Impala, dan babi hutan. Rasanya asin-asin bau daging. Ketauan abis kagak puasa.Tapi akan saya bayar hutang-hutangnya abis lebaran. 

Biltong Kudu
Sekitar jam 2 siang sampai di Welgevonden Game Reserve, Vaalwater. Disambut Lazarus yang langsung mengajak Game Driving sampai malam. Selesai game driving, kami menginap di Thaba Metsi Lodge yang letaknya berada di tengah kawasan Taman Safari tersebut. Saya pikir akan serba susah seperti ngecamp di gunung, eh ternyata semewah hotel berbintang. Usut punya usut ternyata itu lodge milik bos Nissan, yang harga sewa per malam saja bisa mencapai 2.500 Dollar per malam termasuk service! Holymolly..



Mengejar Singa
July 01

Pagi itu kami janjian pukul 7 pagi untuk lanjut safari tour karena menurut guidenya, pagi-pagi biasanya banyak hewan keluar mencari makan dan itu momen yang cukup bagus. Saya sudah bangun dari jam 5 pagi. Sahur di sini sekitar jam 5.20 tapi saya gak puasa. Saya diam saja di lodge menunggu panggilan koordinator acara karena saya pikir kami akan berangkat bersama-sama.

Ah Indonesian, saya malu sekali mengingat attitude-attitude yang seharusnya tidak dilakukan di sana. Kawan-kawan yang lain terlambat bangun, atau terlambat memenuhi janji kumpul jam 7 pagi. Padahal di sana sudah ada Lazarus, Jerry, dan Max yang mennunggu kedatangan para Indonesian. Jam 7.40 baru si Max mendatangi satu-satu lodge kami. Walaupun terlambat, kami berangkat sepuluh menit kemudian. Itu pun hanya saya dan ayah saya, karena yang lain katanya memutuskan untuk tidak ikut.


Pulang game driving sekitar jam 10 lalu disuguhi brunch. Kami akan pergi kembali sekitar pukul 2 siang hingga malam hari.






June 02

Pagi hari sudah bersiap sarapan dan membawa barang-barang karena selepas sarapan, kami diajak Jerry menuju Gerotek Track Facility di Pretoria. Di sana disambut beberapa atasan Datsun Afsel dan disuguhi makan siang sebelum mencoba mobil balap ala Afrika.

Sampai di trek agak siang. Di sana sudah banyak orang, entah apa profesinya, setahu saya kalau yang bawa kamera dan mikrofon itu jelas reporter tv. Suatu kehormatan menjadi orang Indonesia pertama yang diajak ujicoba mobil modifikasi ini di trek balap. And that was fantastic driving experience i've ever had. lol. Yang nyupir bukan saya, si Jack. Bukan dari Titanic bukan juga Sparrow.


Diminta interview pula sama tv lokal sana. Entah waktu itu saya ngomong apa. Bahasa Inggris gado-gado bikin tepok jidat deh. Selesai interview, baru berangkat lagi ke tempat lain. Say goodbye to Max yang gabisa melanjutkan karena bapaknya ulang taun.



Perjalanan berikutnya makin menarik. Karena dari awal si Jerry mau menunjukkan The Good, The Bad, and The Ugly of South Africa, kota berikutnya adalah the ugly-nya, katanya. Soweto City. Di perjalanan ke sana, si Jerry ngajak tebak-tabakan apa kepanjangan Soweto. Reflek saya jawab "South West Town?" and he said "almost". Jadi Soweto adalah akronim dari South-Western Township. Diceritakan juga sejarah kota ini yang membuat saya merinding. Gila men, gila! Lengkapnya bisa dilliat di Wikipedia.


Destinasi pertama adalah Orlando Tower. Adalah tower pembuangan asap tambang yang dulu diapakai untuk PLT Batu Bara. Sudah tidak berfungsi. Uniknya, waktu penyelenggaraan FIFA WC 2010, tower ini digambar muraloleh pelajar-pelajar afrika. Mural yang setiap objek gambarnya sarat akan makna.

- Gambar tangan memegang tanduk Kudu (Rusa Afrika) di tower kanan.
Artinya : Dahulu kala, orang-orang Zulu (suku adat Afrika Selatan) menggunakan tanduk Zulu untuk mengumumkan kabar berita. Nah untuk mengumumkannya, si pemberi kabar harusn mengumpulkan dulu orang-orang ketimbang menyampaikannya satu persatu. Maka ditiuplah tanduk kudu tersebut. Suaranya yang membahana ke berbagai arah membangunkan siapapun yang mendengarnya. Gambar ini berarti mengajak seluruh warga Afsel untuk ikut menyuarakan euphoria perayaan pesta sepak bola dunia di negara mereka. Inilah asal muasal vuvuzela, terompet afsel yang terkenal itu.

- Gambar Ibu-ibu : Artinya penduduk afrika sangat menghormati ibu-ibu mereka. Karena dari ibu lah seorang pria tangguh berasal.

- Gambar Kereta : Kereta adalah sarana transportasi penduduk Soweto. Tiap pagi digunakan unutk bekerja ke Johannesburg lalu pulang kembali sore harinya. Kalau baca sejarahnya. Blue, dalam bahasa Indonesia artinya biru, atau kesedihan. Tergantung konteks kalimatnya. Dan masih banyak lagi artinya. Seru.


Ada lagi yang membuat tambah merinding. Di Museum Hector Peterson, kami diceritakan sejarah massacre yang dulu pernah terjadi pada anak-anak sekolah. Jadi dulu, ada ratusan anak yang demo menentang pengajaran bahasa asli Afrika di sekolah mereka. Ketahuan pemerintah, polisi turun tangan, demo makin menggila, polisi melakukan random shot pada anak-anak ini. Salah satu korbannya adalah Hector Peterson. Masha Alloh.

Beberapa tempat yang saya kunjungi di sekitar sana adalah Orlando Tower, Hector Peterson Museum, dan Nelson Mandela House. Sayang sekali kami sampai di Vilakazi St. terlalu sore, Rumah Pak Nelson dan Bu Winnie sudah tutup. Hanya sempat berfoto di depannya.


Selesai dinner bersama para petinggi, karyawan, dan kolega di restoran sekitar Vilakazi St., kami langsung menuju pengiapan malam terakhir. Monte Casino. And guess what? That is the Real Casino! Yoo meen.. Winner winner chicken dinnner..



July 10

Sarapan pagi di lounge mewah yang isinya orang-orang dari berbagai ras. Pukul 9 menuju bandara Or Tambo, menjemput pesawat pukul 11.40 waktu setempat. Setelah 12 jam perjalanan menuju Hongkong, 4 jam ke Jakarta, dan 5 jam menuju Bandung, akhirnya saya bisa tidur betulan. Dengan Jetlag yang masih bertahan hingga kini. Damn it.

***

There were so many things to say but, yah, mereka mungkin terlalu sibuk. Personally I'd like to say thank you so much for everyone who organized this unforgettable trip for us. Jerry, Max, Datsun Indonesia, Datsun South Africa, and so on. Dan juga Austin, Gibson, dan satu lagi yang saya tak sempat berkenalan. Mereka chef-chef selama di lodge Thaba Metsi dengan masakan luar biasa, dan halal, Insha Allah. God bless you all guys. Thankiees.. Mohon maaf juga selama perjalanan atas attidude-attidue kami. Because you know, we are Indonesians.


This trip reminds me of God Must Be Crazy movie. Now I do believe that God must be have another crazy plans for me years ahead. Bismillah. Saatnya kembali ke Indonesia.

Ngiabonga my fellas, Ngiabonga!!!

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...