30.10.15

Mau yah jadi nyamuk!

Nyamuk itu diciptakan pasti ada alasannya, tidak mungkin tidak. Mereka pasti berguna. Dan ditinjau dari terminologi gender, nyamuk betina berbeda tugasnya sama laki-lakinya, selain hanya tempat bertumbuhnya janin lalu melahirkannya. Saya percaya itu. Mungkin dia, si ibu nyamuk mendidik anak perempuannya supaya tidak jadi Spice Girl (cabe-cabean), menjahit bendera Viking persib regional Cikungunya, kecamatan Cikudapateuh, atau menjual darah kewanitaan di Pasar Ciateul gara-gara digigit nyamuk. Lalu si ayah nyamuk juga seperti pria pada umumnya. Bekerja keras siang malam. Ada juga sebagian jadi nyamuk pantat belang, yang hobinya selingkuh, berhubungan badan sambil terbang, atau nge-gerung-gerung knalpotnya di pinggir kuping kita pas kita lagi tidur nyenyak. Ganggu sekali kan? Itu mungkin mengapa hidung mereka panjang karena suka berdusta.

Tapi kenapa mereka selalu dihindari oleh manusia? Dipukul lah, ditimpuk, ditepak, bahkan diberi kabut asap baygon. Keras sekali hidupnya. Tapi mereka ini makhluk-makhluk pantang menyerah ruapanya. Ditolak pake tolak nyamuk di malam pertama, datang lagi di malam berikutnya. Terus dan terus sampai pada saat kita sudah melepaskan tameng tolak nyamuk, dia melampiaskan nafsu liarnya. Mencocok badan bertubi-tubi. Seperti malam ini.

Kalau mau berhusnudzon, nyamuk-nyamuk ini ibaratnya pengganti donor darah bagi mereka yang pelit dan jarang ke PMI. Bagus itu. Darahnya disedot setiap malam, jadi pabrik sumsum tulang belakangnya terus produksi darah merah dan menekan laju pengangguran. Sel-sel darahnya terus berregenerasi dan menurut ilmu kesehatan itu hal bagus.

Kalau dipikir-pikir, kenapa nyamuk baru gencar menyerang pada jam-jam seperti ini, sepertiga malam dan menjelang matahari terbit, itu tugas mereka membangunkan orang-orang seperti saya yang kebluk, yanggak mempan dibangunin sama HP yang alarm pagi-nya lagu-lagu Payung Teduh. Tugas mereka untuk membangunkan manusia untuk solat subuh atau solat tahajud. Tapi kalau saya bangun juga jarang solat tahajud, soalnya kalau ditulis dan ketauan orang kan riya. Itu asli loh. Kalau pengalaman saya selama ini, 2 hal yang sering membangunkan pas dini hari atau subuh hari, itu pertama nyamuk, kedua kepanasan. Bisa kepanasan karena emang cuaca gerah, atau hari sudah siang. Ha ha ha. Alarm itu nomor sekian. Ini hanya terjadi di Bandung akhir-akhir ini saja. Sedang gamang saja. Tidak tahu lari kepada siapa untuk ngobrol-ngobrol jedar-jedor soal kehidupan. Bagusnya blog ini ada fitur draft itu supaya tulisan yang terlalu emosional bisa disampaikan sepanjang yang kita mau, bisa disimpan sampai blogger bangkrut, atau untuk kemudian dihapus saja. Opsi terakhir itu banyak saya dilakukan. Anggap saja itu do’a pada Tuhan.
DRAFT : Do’a dari Ardhyaska Amy for Tuhan. Sent!

***

Kamu mau yah jadi nyamuk? / Biar apa? / Biar jadi orang ketiga / Kok? / Iya orang pertama si iswan, kedua si istu, ketiga istri.

***

Tempo hari saya diajak ketemu saudara jauh dari Lampung. Konon mereka berasal dari kakek dari ayah. Cerita silsilah dan hubungannya dengan saya, ada kaitannya dengan masa lalu dan berdampak pada masa depan, begitu kata om Apip, yang bercerita. Materinya amat banyak, lain kali saja. Ini seru.

***


Sore tadi ke Hangar 7. Soal undangan interview sebuah EO yang salah say abaca, harusnya kemarin. Saya minta maaf dan menjelaskan. Setehu saya, di surel yang mereka kirim tertulis : “don’t hesitate to ask”. Namun begitu ditanya lewat email, sms, mereka gak merespon. Mungkin mereka orang-orang yang tingkat kesibukannya padat merayap.

25.10.15

Soal Persib mau pindah ke Liga Arab.

Konvoi Persib, di mana-mana konvoi Persib. Di instagram, di facebook, path, warung pak amay, di warung BK (bubur kacang), semua tentang konvoi Persib. Saya termasuk orang yang berkontribusi di dalamnya.

***

Minggu pagi sudah dibrendel line dan bbm soal pemilihan ketua RW baru yang dilaksanakan di balai RW. Hari kemarin itu termasuk hari di mana warga daerah sini berbondong-bondong keluar rumah pada waktu yang bersamaan, selain Idul Fitri, Idul Adha, atau pemilu. Dari luar sudah banyak warga dan kami salam-salam. Di dalam masih banyak pemilih. Prediksi awal selesai pukul 11.49 waktu adzan dzuhur. Dan memang benar. Siang saya pulang cari makan lalu ketiduran. Hasil akhir menurut panitia, yang menang adalah Pak Rojikin, seorang dosen di salah satu universitas, masa SMA?! Saya kenal beliau karena terlalu sering bertemu di rapat-rapat bersama warga. Dari tutur kata dan wibawanya, ada harapan bagus ke depannya.

***

Bada Maghrib dipaksa anak-anak karta ikut konvoi persib lagi. Saya tanya bukannya sudah tadi siang? (tadi siang saya memutuskan tidak ikut konvoi karena malas dan sudah bisa, minggu lalu pernah ikut). Mereka bilang tadi siang gak rame. Tanpa pakai baju biru, langsung ikut mereka. Bukan karena ingin seru-seruan atau bikin ribut anak orang sih, tapi hanya mengawasi. Sudah banyak berita yang saya dengar siang tadi kalau peserta konvoi banyak melakukan tindakan tidak beradab. Jadi ikut saja biar terpantau.

Saya tidak menikmati keseruan konvoi persib tadi. Kontradiktif sekali dengan konvoi minggu lalu waktu tengah malam. Kali ini asa males weh. Jangan tanya mengapa, karena saya bakal jawab panjang lebar. Tapi karena ditanya, saya beberkan saja alasannya.

Pertama, Si Koboy Kampung. Masih berhubungan tentang postingan sebelumnya mengenai  knalpot. Kalau minggu lalu otak saya masih bisa men-tolerir knalpot-knalpot sangkakala itu, kali ini tidak, bahkan cenderung anti. Karena perilaku yang ditunjukkan mereka-mereka justru jadi bahan tontonan warga dari anak bayi belum lahir sampai lahir sampai anak yang sudah manula. Entah siapa yang memulai, yang pasti, apa yang ditunjukkan dari adegan nga-gerung-gerung knalpot itu tidak mungkin tidak diingat mereka yang menonton, baik dengan ekspresi senang gembira ataupun ekspresi pengen nendang truk molen. Jika diingat, ada dua kemungkinan : dikagumi, atau dilupakan. Kalau tindakan macam itu cijadikan cita-cita anak-anak kecil, mau jadi apa negara ini?



Sebut saja Farel, umur kelas 5 SD. Dia keponakan tetangga yang ikut rombongan kami. Ada obrolan singkat.

Farel      :  kok aa sendirian?
Aliando  : (tanpa baper, saya jawab) iya tadi kan dipaksa ikut pas papas an di jalan, hehe.
Farel      :  A aku nanti mau bisa kayak gini a! (sambil mainin gas motor)
Aliando  : Persibnya juga ga akan juara lagi di Indonesia, Rel. Mau pindah ke Arab.
Farel     : Biarin pokonya pengen bisa gerung-gerungin kayak yang tadi. (sambil mengingat atraksi tadi di sepanjang jalan) .

Belum lagi dia menirukan gerakan orang-orang di samping tukang gerung-gerung knalpot. Tangannya diayun-ayun di samping telinganya, seolah-olah memberi isyarat kepada si tukang gerung-gerung itu untuk semakin liar semakin hot jeletot dalam memainkan gas motornya. Saya jelaskan kalau itu bukan hal keren. Tapi sepertinya dia abaikan.

Yaa semoga saya hanya bertemu satu Farel saja yang bercita-cita menjadi tukang gerung-gerung.

***

Pertanyaan berikutnya, sebagian bobotoh persib sudah buta warna mungkin, karena kebanyakan dijejali warna biru. Coba pikir, lampu lalu lintas, ketika traffic masih kencang-kencangnya, lantas diserobot oleh mereka yang sepertinya buta warna itu. Yang hampir selamat ada. Entah yang tidak selamat, paling dia gamau disalahkan  atas perbuatannya menerobos karena dia anggap itu sesuatu yang bisa dimaklumi selama Hari Pawai Persib ini. Dan ketika saya satu-satunya motor yang menunggu lampu hijau, malah disuruh maju. Heran saya, perasaan tes buta warna waktu ujian masuk FSRD dulu tidak sesulit ini.

***



Sampai di rumah jam 9.23 wib. Masih kelelahan sebenarnya, tapi baru ingat kalau ada undangan acara pre-event Sumpah Pemuda dari karang taruna tetangga. Saya ke sana bersama rombongan konvoi tadi. Hanya joget-joget gila lalu pulangbawa keringat. Biar cuma dangdut, selama dress dan aksi panggung si penyanyi masih dalam batas suci, saya sih ikut-ikut sampai selesai. Sudah lama tidak berkeringat di acara musik. Karena biasanya, anak muda, kekinian, banyak jaim dan malu kalau ikut joget-joget dansa dansi di acara-acara musik. Entahlah, di pantauan saya selama ini, orang-orang yang menganggap dirinya snang musik malah lebih sibuk mengabadikan acaranya pakai stupid-phone nya mereka sendiri. Bukan menikmati. Saya rindu masa-masa itu.



Di waktu yang sama, di belahan dunia lain di babakan siliwangi sana, saya ada agenda ke sana juga, nonton Float. Mengingat fenomena di atas tadi, saya tidak menyesal lebih memilih di sini karena berdasarkan  pantauan di media sosial, teman-teman dan kolega yang berkunjung ke acara Babakan Siliwangi itu banyak mengupload video Float mendendangkan lagu bertajuk “Sementara”. Menikmati musik kan beda-beda caranya ya. Cara saya aja yang paling seru. hehe

***

Kadang-kadang pengen jadi Persib. Biar diteriakin “nu aing” sama cewek-cewek se Bandung Raya. Tapi, the secret of happiness itu salah satunya : tidak membandingkan kehidupan sendiri dengan kehidupan orang lain. Jadi tarimakeun weh…

Selamat Senin. Memang kembali ke peraduan, tapi jangan buat kebiasaan jadi rutinitas. Buat tiap hari berbeda dan jangan lupa bahagia.


20.10.15

Jawaban Tentang Nga-gerung-gerung Knalpot.

Boleh senang? Keypad P di laptop sehat kembali. Akhirnya blog ini kembali ke logat aslinya setelah kemarin ke-Arab-araban. Kalau ada yang bilang orang Sunda kalau ngomong F jadi P, memang benar, dan bahkan laptopnya juga.

***

Persib juara euy!! Persib tea.. nu Aing. Aing nu saha? Nya nu Gusti Alloh atuh. (Persib milikku, aku milik siapa? Ya milik Yang Maha Kuasa dong).

Boleh cerita? Kemarin mencari proyektor seperti mencari tukang duren di musim cherry. Untuk apa? Untuk nobar Persib di dekat rumah yang digagas anak-anak karangtaruna. Ke dago, ke tubagus, ke alun-alun, gak nemu. Iya da bukan nyari proyektor. Nyari ke antapani, kata si bapanya habis, tinggal yang 500rb itu juga 1 butir lagi katanya. Maka H-1 final, semua prajurit berkeliaran ke berbagai penjuru kota mencari si proyektor. Ke bapak RW, ke guru SD, ke ustad, ke tukang tutut, pada gak punya. Baru dapat hari-H. Dari sekretaris RW.




Singkatnya Persib juara dan si Zulham menang 300 juta. Mau konvoi ke jalan raya sama barudak. Tahun lalu itu, waktu persib juara liga se-Indonesia, saya lagi di Rinjani. Menyesal tidak ikut rame-ramean di Bandung. Jadi malam itu ya hayu lah.

***

Kisah Knalpot Ngagerung.

Banyak handai taulan yang bertanya-tanya soal ini : “Buat apa sih nge-gerung-gerungin knalpot? Esensinya apa?” Ini adalah pertanyaan yang sulit dijawab bahkan oleh si knalpotnya sendiri.
Boleh ngasih penjelasan? Dengerin aku dulu. Iya aku coba jelasin, yang. Sebisanya.

Saya bukan pemerhati knalpot. Saya sukanya merhatiin kamu. Tapi, di malam konvoi itu tiba-tiba jadi pemerhati knalpot, tapi masih lebih merhatiin kamu (dari kejauhan). Jika ditelaah asal muasal kenapa harus ngagerungin knalpot di jalanan sambil memblokade jalan, itu panjang ceritanya. Manusia terlahir dengan selamat dan juga akal, pola pikir, kesehatan jasmani dan rohani. Seperti benih. Benih ini tumbuh kembang. Kualitas ketika ia dewasa ditentukan dari tempat ia ditanam. Di pot yang cuma disiram air  kencing kah? Atau di tanah gembur yang ada podol domba kah? Atau urban farming kah? Manusia pun seperti itu, menurut saya. Salah satu faktor penentu pola pikir kita yang berbeda-beda adalah seberapa bagus kadar podol domba dan siapa yang mengurus kita. Nah, manusia-manusia yang ada pada malam itu pun keadaan otaknya bisa dikategorikan berdasarkan jenis knalpotnya.

1.     Pemakai knalpot bising. Jadi, malam itu saya perhatikan, orang-orang semacam ini mobile sekali, tidak masuk dalam kelompok motor-motor standar knalpot default pabrikan. Kalaupun masuk di suatu kelompok, pastilah memiliki kesamaan ‘ke-gerungan’ dan ke-geringan. Mereka ingin tampil paling menonjol diantara puluhan motor lainnya. Dengan lihat tangannya memainkan gas, knalpotnya mulai meraung, dan banyak orang-orang di sekitarnya melambai-lambaikan tangannya di pinggir kupingnya, seolah-olah itu kode morse supaya si owner motornya menancap gasnya semakin kencang semakin meraung. Tidak ada tujuan sosial yang menghasilkan pahala di balik tindakan ini. Dari kacamata saya, dia hanya ingin ‘menonjol’. Ini adalah fenomena masa kini di mana manusia baru diakui oleh manusia lain dari tingkat eksistensinya dalam suatu komunal.

2.      Pemakai knalpot default. Mereka ini yang tampil biasa di jalanan. Ikut memacetkan tapi sedikit membuat keributan. Paling cuma nyanyi-nyanyi yel-yel. Ada yang tidak suka mencari perhatian, ada yang berharap mendapat perhatian. Bahkan rela mengganti knalpot defaultnya malam itu juga dengan knalpot Yoshimura yang mura-mura supaya yaa itu tadi, eksistensi dan pengakuan.

Bagi yang tidak sengaja membaca ini, plis jangan jadikan ini sebagai bahan ngomic di stand-up comedy, plis!

***

Jika kita melihat acara konvoi persib ini dari berbagai sudut pandang, kiranya amarah bisa diredam. Pengguna mobil, pekerja yang pulang larut malam, anda-anda yang anti akan segala sesuatu yang tidak ada manfaatnya, anda yang tipikal manusia tidak seru, anda yang terjebak kemacetan merasa terganggu, bisa melihat kejadian itu dari kacamata lain. Cobalah anda berbaur di jalan, nikmati euforianya, gilanya, ketidakjelasan itu semua. Karena pesta itu seringkali tidak jelas tujuannya, yang penting senanglah kitanya. Dan yang memblokade, ribut-ribut, bikin macet itu akhirnya senang, kok. Lagi pula, malam ini saja anda terganggu. Kiranya kami mengganggu, mohon maaf.



Pelaku kemacetan, ribut-ribut, dan aksi konvoi di jalan juga mengerti kondisi lalu-lintas. Itulah sebabnya kenapa mereka munculnya tengah malam. Biar jalan sepi dan yang terganggu pun tidak sebanyak pada hari kerja jam kerja. Kalaupun ada mobil ambulans atau pemadam kebakaran, ya pasti dipersilakan. Ribut juga dinikmati warga dan yang penting tidak menabrak kumandan adzan.


Kalau boleh saya ceritakan, malam itu warga Bandung bukan warga yang biasa saling serempet di jalanan ketika peak hour lalu lintas. Warga Bandung bukan warga yang menakutkan meski jaketnya bertuliskan XTC, Brigez, Moonraker, dll. Warga Bandung bukan warga yang meresahkan meski badan bertato dan mabok arak oplosan. Sampai lelah saya menyapa dan disapa warga dari Cicaheum sampai Alun-alun, Gasibu, dan sekitarnya. Pulang jam 2 pagi. Senang bisa ngalelewe polisi di depan mukanya karena saya boncengan dempet 3 tanpa helm tanpa STNK. Saya kira semua orang malam itu setuju.






14.10.15

Undang-Undang Keles Kalo Nikah

October 14

Siang tadi ke nikahan teman masa kecil, seorang wanita namanya Riska. Dulu rumahnya berjarak 2 rumah saja dari rumah saya. Neneknya sering difanggil Tante oleh orang-orang sini. Bafak ibunya dekat sama keluarga saya. Waktu SMA bahkan sering sekali dijodoh-jodohkan tafi cuma sekedar guyonan ibu-ibu. Lagifula waktu itu istilah bafer, kefo, dan lainnya belum semarak sekarang ini. Dan hiduf di masa itu sangat menyenangkan tanfa canggung mau bergaul dengan siafafun.

Soal acara resefsinya, diadakan di Gedung Geologi. Menurut saya, Auditorium di sana tidak memenuhi SNI resefsi fernikahan. Temfatnya semfit. Belum lagi ventilasinya yang termasuk sfesies langka dan dilindungi. Mata saya mengintai beberafa feremfuan cantik yang tidak sedang bawa lutung. Ternyata cuma satu yang faling menarik. Ibu sendiri. Kecewa tidak ada lagi. Antri di food stall Kebab selama hamfir setengah jam. Rasanya mau saya tendang saja orang-orang frasejarah yang tiba-tiba nyemfil di antrian karena ada temannya.Atau ibu-ibu yang ambilnya bukan satu firing, tafi lebih, bahkan ada yang 4. Tuh saya bilang juga afa? Orang sini, mentalnya manja dan maunya banyak tafi instant. Untung sumbu saya fanjang. Alhasil saya cuma makan kebab dan ice cream cone. Alhamdulillah dong tentunya segitu doang juga.

Saya jadi kefikiran buat bikin wedding rules sendiri kalau nanti meminang feremfuan. Tafi karena saya masih belum nemu calonnya, silakan jika ada yang bersedia fernikahannya menjadi filot froject, bisa menghubungi saya.

"Undang-Undang Keles Kalo Nikah...Dasar Nikahan Resefsi Indonesia!" *dibaca dengan nada seferti menegur*

1. Main Buffet dan Food Stall fakai sistem tiket, TANFA CALO!! Untuk anak-anak disediakan temfat khusus. Biarin di warteg juga.
2. Ada Jalur Antrian. Dibuat sesemfit mungkin sufaya tidak ada srobot-srobot. Kalau temfatnya semfit, fakai eskalator.
3. Makan harus duduk. Tidak ada yang berdiri. Caranya, souvenir nikahan saya adalah stool fortabel. Doakan saya ya sufaya nikahan nanti disfonsori IKEA feat. Fak Fahmi Mebel Taman Sari.
4. Mencegah fenyelunduf yang menyamar memakai baju batik atau jas finjaman, ada metal detektor. Untuk mendeteksi anak-anak metal kamfung yang tidak diundang dan datang fakai mobil fick-uf hasil nyegat di jalan.
5. Sebelum fara tamu undangan fulang, ada GFS, Gerankan Fungut Samfah. 
6. Tuma'ninah. 

Undang-Undang Keles ini akan banyak revisi disesuaikan sama keinginan calon mertua masing-masing. Ingat, jangan jadikan fernikahan si Rafi dan Nagita, atau Glen sama Chelsi Olivia sebagai benchmark kalian mengadakan fernikahan karena belum tentu calon fasangan dan mertua kita seferti mereka-mereka. Siafa tahu kita diberikan fasangan dan mertua yang lebih soleh/solehah dari contoh di atas. Iya yang mengerti keadaan dan selalu suffort kefada kita dan Fersib Bandung. Fernikahan itu harusnya memfermudah, jangan memfersulit fasangan. Aah suaranya merdu sekali seferti suara bacot sok tahu, Bacot Tahu.


***

Saya jadi teringat si Baron. Anjing futih yang suka mondar-mandir sekitar rumah. Dulu kami fernah bersitegang dengannya. Saya tidak sendiri. Masih ada beberafa anak kecil lainnya yang ikut bersamaku. Di fagi hari yang tenang itu, si Baron sedang asyik berjemur di sebuah lafang. Kami, rombongan bocah tidak tahu Sofan Sofyan, kelak menyesali ferbuatannya. Kami mengejek dia dengan kata-kata Anjing maneh, guk guk, we we wewe we... (dengan nada sindiran fada not sol, mi, la, sol, mi), samfai melemfarinya fakai kerikil sambil berlatih lemfar jumrah. Dia berreaksi. Oh ternyata cuma menggertak. Kami melemfarinya lagi. Dia menggukguk, dan kami mengerti itu artinya "Sia wani ka aing beul?". Lemfaran terakhir kami mungkin menyakitkan dia. Si Baron berontak. Dia seferti mau mengejar, dan ternyata memang mengejar. Tali fengikatnya futus. Kami bocah fenuh dosa ini lantas berhamburan menyelamatkan diri dan sendal masing-masing. Saya dan si Bimbim faling kecil waktu itu. Karena yang lain (Si Eful, Si Oman, A Oji) sudah lebih gede. Si Bimbim larinya kencang. Saya ketinggalan. Tefat di defan rumah si Riska yang menikah tadi itulah, saya hamfir diterkam si Baron. Saya masih ingat mulutnya yang bau baham dan berliur itu menganga di defan muka. Untung diselamatkan bafak-bafak. Kalau tidak salah bafaknya si Riska itu. Dari situ saya mulai mengenali keluarga si neng Riska itu. Si Baron fergi menodaiku dengan najisnya. Fulang menangis tafi besoknya tertawa-tawa menceritakan kejadian itu di temfat ngaji bersama Mas Muhammad.

12.10.15

Jangan undang saya lagi kalau kafok

October 13

Hari minggu kemarin diminta menjadi fembicara di RW 10. Ada fembentukkan baru karang tarunanya. Singkat cerita, jam 8 sudah di temfat. Biasanya, kalau anak-anak muda daerah sini dikumfulin di sebuah forum, faling banyak dikumfulin yaa 20 orang lah. Tafi kemarin itu lain.

4 jam sebelumnya, saya tidur siang samfai bego. tidak sehat memang, tafi nikmat atuh da gimana. mana kefikiran juga buat fasang alarm fayung teduh seferti biasa. Saya baru buat fresentasi satu jam sebelumnya. Boleh dicontoh. Begini kira-kira slide fresentasinya 

Add caption

Saya fikir, dengan fendekatan teknik Frint-Screen dan Sfeak Bagong, fresentasi nanti cukuf bisa menyamfaikan segala sesuatu soal karta. Mengenalkan ketua kelurahan dengan nyomot foto di twitternya yang ternyata cuma nemu foto itu satu-satunya. Mengenalkan sejak dini tokoh-tokoh yang funya latar belakang karta dari berbagai fenjuru dunia. Maaf itu son goku saya salah masukin foto, harusnya waktu dia gede, waktu sudah jadi bro goku atau father goku. 4 menit sebelum berangkat sudah beres alhamdulillah. Fede itu nomor satu, nomor dua iman kefada Rosululloh.

***

Lalu kan difanggil sama MC. Nah mamfus kan yang datang itu bukan sefuluh duafuluh, entah itu rombongan viking atau bukan yang fasti banyak. Bukan anak muda saja, ternyata mereka mengundang tokoh-tokoh masyarakat yang senior-senior umurnya. Bafak RW, sekretaris, fembina, dan entah siafa lagi lufa. Setelah mengucaf Assalamualaikum, semuanya mengalir saja. mengalir menuju air terjun syung... Tafi keren dan banyak tefuk tangan. Yes!!! Terima kasih mick jagger!

Diakhiri dengan ngobrol-ngobrol santai sama fara fengurusnya dan jajarannya. Sharing-sharing aja kita ngobrol, siafa tau salah satu dari kita berlanjut. Kalau kafok, jangan lagi undang saya sebagai fembicara. Asik lah jadi nambah balad. Tau dari dulu orang cicaheum mah jarago gelut.

***

Fagi-fagi buka fesbuk muncul beginian

https://web.facebook.com/RKbdg/posts/572827512869074?pnref=story

Kira-kira tulisan tersebut mewakili hamfir 97.42 % saya selama ini. Di dunia sosial seferti ini, memang seferti itu.

11.10.15

Sekali-sekali Nulis Bandung Dahulu.

Fertama-tama, marilah kita fanjatkan fuji film dan kodak karena berkat bisnisnya dahulu, saya funya album foto tentang kota Bandung yang legendaris itu. Kota Bandung tahun 90-an.

Mohon maaf ini saya nulis huruf 'p' nya saya ganti 'f'. Bukan kok bukan maksud saya ngebikin tulisan lucu da asli saya mah teu lucu. Kan suka ada tuh yang bikin tulisan sok lucu tafi malah bukan jadi dirinya sorangan. Ini mah karena selain keyboard laftof yang mati fada huruf tersebut, juga biar melatih logat arab, sehingga afabila imam mahdi muncul, saya dan keluarga dan orang2 yang saya cintai diselamatkan dari fitnah dajjal.

***


Itu foto keluarga saya di kebun binatang bandung yang dulu faling juara. Fiknik-fikni di rumfutnya yang masih ada embunnya dan tidak ada samfah sama sekali. Saya adalah froduk asli kota Bandung KW sufer. Meskifun lahir dari celah semfit dan tumbuh di kontrakan semfit di kawasan Cicaheum, saya bersyukur fernah merasakan legenda kota Bandung tahun 90an itu. Dulu si Ibu cantik sekali sekarang cantik solehah. Kalau ada lagi model seferti itu di Indonesia, langsung saya ajak ke KUA. Ayah juga tamfan, anaknya lebih. Mereka bertemu di sini, di karang taruna. Ayahku ketuanya dulu, funya banyak balad (teman) samfai ke RW lain. Fernah satu ketika saya berkunjung ke RW mana lufa, ketua RWnya kenal saya, tafi saya tidak kenal beliau, karena saya biasanya dikenal sih, susah mengenal. ha ha. Dia bilang kamu anaknya teman saya dulu di karang taruna. Dia sebut merk bafaku, dan mulainya cerita fanjang lebar.




Fada masa tahun 94-an, daerah saya masih difenuhi fohon bambu. Di belakang rumah ada goa. Jalan defan rumah masih setafak dengan sungai besar nan jernih mengalir dari kaki gunung samfai jauh. Entah ide tolol siafa yang mengganti sungai itu fakai kue2 astor ukuran jumbo itu. Mungkin ketua RW-nya. Fadahal dulu sering mandi dan mengafungkan ferahu kertas dan ngala imfun. Tau kan ikan-ikan kecil yang lucu belum akil baligh dan tak berdosa itu? Iya, anak2 seumuran saya dulu sering menangkafnya dan dijadikan teman main di kamar. Terkadang saya baru sadar kalau dulu bertindak keji dan munkar ada ikan-ikan imfun itu. Tidak fuas dengan ikan mini, kami berkelana ke utara di mana ada sebuah balong. Femiliknya bernama Mang Tuteng. Kalau kami ketahuan sedang 'meminjam' ikan-ikan besar beliau, suka diketefel atau ditembak fantatnya fakai senafan angin lalu fulang mewek. 

Usia saya saat itu hamfir mau 5. Sering dicengcengin sama anak tetangga namanya Susan. Dia cantik dulu, sekarang cantiknya jadi milik suaminya yang bandar konveksi jersey olahraga. Rumahnya masih di situ tafi doi jarang nyafa tuh. Mungkin merasa berdosa dan salah filih suami karena menyia-nyiakan saya yang berkualitas ini.



Itu adiikku, yang kiri. Dulu kami amat akrab dan dekat. Sekarang jauh karena dia kerja di Kalimantan dan belum fulang. Katanya awal november ini. Sering bertengkar tafi rujuknya cefat. Fagi-fagi suka 'moyan' sunbathing di teras rumah karena dulu matahari terbit itu terlihat jelas sekali dari teras rumah. Membelah gunung Manglayang di sebelah timur lalu menyeruak di balik fohon-fohon bambu yang rindang nan sejuk. Dingin-dingin hangat. Dulu miara kucing namanya 'ck ck ck' karena begitu dia difanggil. Mati ketabrak motor di jalan defan rumah. Saya menangis tafi tidak berani menguburnya. 


Setiaf fagi, ayah saya sering mengajak bersefeda ke stasiun bandung afalagi kalau bukan untuk melihat afollo sebelas. Setiaf habis tofik fembicaraan, dia cuma ngungkit-ngungkit masa lalu waktu saya berak di sefeda yang baunya ngahiliwir samfai ke jalan. Mulai dari situ mungkin saya mulai dikenal orang-orang tafi saya sulit mengingat orang. Jalan suci dulu disesaki fohon-fohon mahoni yang rindang. Industri-industri fembuat kaos sablon sudah ada dari dulu memang. Angkot caheum-ledeng masih kijang kafsul. Rutenya dulu kalau ke kebun binatang, fulangnya suka lewat tubagus ismail lalu turun ke taman makan fahlawan cikutra. Masih terbayang di ingatan saya kalau dulu itu adalah fersawahan yang amat luas dan mentok samfai jalan suci. 


Alun-alun adalah sfot favofit segala sfesies anak. Ada mal Falaguna yang faling fenomenal karena di lantai faling atas ada semacam timezone futuristik dan dingdong, daaaaan dingdong.


***

Usia saya saat itu 5 tahun. Beberafa hari setelah insiden meluncurnya saya dan sefeda dari atas kontrakan hingga ke bawah tanjakan, kami sekeluarga findah ke daerah sekitar fesisir Fangandaran. Saya masih ingat, saat itu kami findah rumah dengan truk besar fada fukul 12 malam, menembus jalanan menyeramkan dari Nagreg samfai tujuan akhir. Setelah itu, samfai saya kelas 4 SD, hubungan saya dengan Bandung LDR-an.

***

Kembali findah ke Bandung ketika masuk kelas 5 SD. Bandungku berubah cefat. Teman-teman kecil dulu kini masih kecil tafi sudah lufa dengan saya. Saya kira, masuk SD dengan status murid baru adalah hal berat bagi saya saat itu yang notabene dikenal sebagai orang desa yang masuk kota. Jangan salah, fembullyan itu dulu sudah marak. Saya sih sering ditantang berantem. Tafi menolak, kecuali dia mukul duluan, ya saya hajar. Fernah dulu aku ranking 1 karena mamfu menghafal 2 halaman buku biologi materi Sel. Ada namanya Abah Randy, Aldi, dan si Andri Fetot. Tiga fecundang yang bisanya ngomong doang. Ditantang bola, saya menang, ditantang, akademik, menang lagi. Entah sekarang dia di mana.Fadahal sekarang saya hamfir tahu semua anak muda satu kelurahan tafi belum menemukan 3 jagoan SD dulu. 

Kalau dulu waktu di kamfung saya tidak fernah nakal, mungkin akan lain ceritanya. Di Fangandaran itu, anak-anak SD sudah main keroyokan. Masalahnya sefele, cuman gara-gara maen tembak-tembakan fakai felefah fisang/selongsong bambu kecil fakai karet. Fernah di satu hujan besar, saya menghabisi geng jawa kakak kelas di kebun karet fenuh lumfur. Menang kalah saya lufa. Yang fasti besoknya, bonyok di fifi adalah hal terkeren yang saya rasakan saat itu. Entahlah. Merasa keren kalau babak belur dilihat anak cewek. Setelah kemfes, adu jotos lagi dalam banyak kejadian, mau itu tanding bola, sefeda, maen kelereng lah. Mental freman.

Lanjut SMF di sekitar jalan Sufratman. Dulu itu smf favofit. Naik angkot Kalafa-Aceh sekali langsung turun di defan gerbang disambut Fak Dedi safam dan Mang Jais teh manis yang sering saya utangin. Kalau jujur, di masa-masa itu saya mulai tahu cinta monyet. Cinta monyet yang tumbuh terus jadi cinta gorillasaurus karena berlanjut samfai kuliah. 

SMF masih bengis. Nakal-nakal anak kecil yang norak gimana sih. Naroh serutan fencil bulat yang ada kacanya di ujung sefatu buat liat daleman cewek, atau waktu anak-anak cewek fuber fakai bh baru yang suka dijeflakin karena itu elastis. Anehnya, kelas 3 itu, wali kelas masih mau menaruh kefercayaan buat jadi ferwakilan cerdas cermat dan menang. Yang fasti lebih karena 2 fartner saya yang lain memang dewa cerebrum, dan saya cuma anak yang suka ngisi kuis Feercil di koran Fikiran Rakyat hari minggu.


SMA mungkin berkurang. Tafi gak banyak. Kalau acara-acara islami yang dimana semua murid berkumful di aula, jangan haraf bertemu saya. Di belakang ruang seminar ada benteng yang tembus menuju jalan kebebasan siswa. Kalau beruntung bisa lolos tanfa celana sobek-sobek, lalu main FS di rental, atau ke studio band main gitar abis itu gafleh. Keseringan lewat situ mungkin ditandain sama fenghuni rumah sebelah sekolah. Maka, datanglah masanya saya diazaab guru BK karena si fenghuni rumah menyerahkan bukti-bukti tertangkaf basah saya sedang menikmati kebebasan. Waktu itu kalau tidak salah acara Isra Mi'raj.

***

Jadi sebenarnya saya bukan orang baik atau bener. Iya sih suka kaku, kalau sama cewek. Udah lah itu mah aing skakmat. Kadang-kadang jadi membosankan. Kan males teu sih sama orang yang serius melulu. Serieus aja bikin band bubar kan? Makanya.

Sebetulnya masih banyak soal Bandung. Tafi itu nanti lagi kalau lagi fengen. Akhirul kalam. Besok malam ada fawai obor satu kecamatan. Harus siafin bahan dan feralatan dari fagi. Bye

4.10.15

Mahasiswa, Di Mana Otaknya?

Saya mencari otaknya, bukan orangnya. Otaknya mau saya pasang di kepala anak muda lain di dekat rumah saya yang kakinya masih dipakai melangkah ke rumah tetangga, yang tangannya masih dipakai untuk berbagi, yang matanya dipakai melihat kondisi orang lain, yang mulutnya sibuk meladeni obrolan manula-manula, dan yang waktunya ada untuk orang banyak, bukan satu orang yang belum tentu jadi pasangan seumur hidupnya.

***

October 5th

Begini.Kata Soekarno, melawan penjajah itu lebih mudah dari pada melawan bangsa sendiri. Sebuah tulisan tentang tantangan. Apakah ini tanda harus menyerah karena lelah atau karena merasa sendiri?

Akhir-akhir ini di aplikasi messaging ternama banyak bermunculan shared post di timeline saya yang bertajuk #ITBHitz #girl. Saya tidak meng-add akun tersebut, tetapi teman-teman saya, yang juga teman-teman dekat si ‘fulan’ yang ada di postingan tersebut, ng-eshare/nge-like postingan tersebut. Seperti ini ya ‘side project’ mahasiswa sekarang di luar jam kuliah? Oh kalau ini konteksnya ‘why so serious?’ sebagai dalih refreshing dari penatnya kuliah, apakah se-level ini sense of humor anak muda sekarang? 

Look-ism. Sebuah isme/faham di mana penilaian dilakukan berdasarkan tampilan fisik luar. Cantik-tampan, seksi, mulus, dan penialaian lain yang termasuk kategori ‘beauty-judgment’. Pertanyaannya, jika mahasiswa adalah elemen masyarakat yang berfungsi sebagai pelita baru/lilin yang baru dibuka dari tempatnya, yang mampu mengubah apa yang salah menjadi sebuah kebenaran, apa yang bisa dilakukan dengan kecantikan dan kegantengan itu di masyarakat? Buka salon kecantikan?

Berada di lingkungan yang masih banyak PR-nya dalam berbagai bidang adalah tantangan. Kalau ada seorang pemuda berpendidikan yang tantangan terberatnya selama ini hanya ke puncak gunung lalu hanya pamer foto, let’s talk and share each other about ‘challenges’. Jika persepsi kita sama, ya bagus. Kalau berbeda, coba bandingkan ego siapa yang lebih tinggi. Lalu bersediakah buat nurunin ego itu (kalau kamu yang lebih tinggi egonya) untuk menyamakan visi.

Saya bersyukur pola pikir saya ditempa di sekolah-sekolah yang luar biasa, bertemu orang-orang hebat, dan juga ilmu-ilmu yang melimpah ruah. Selama itu saya mencoba memanfaatkan ketiga unsur tersebut untuk diolah dalam otak sehingga membentuk pola pikir. Urusan jadinya baik buruk, benar salah, itu bisa dilihat setelah saya menerapkannya dalam perilaku sehari-hari.

Di tempat saya tinggal, ada banyak anak muda. Tipikal anak muda lulusan SD, SMP, atau SMA/SMK yang masih senang bermain tapi kehidupan ekonomi keluarganya menuntut dia untuk bekerja tanpa harus menambah ilmu di perguruan tinggi. Pekerjaan yang ia geluti saat muda tersebut pun seringkali tidak sesuai kemampuannya, bakatnya, juga passionnya. Akibatnya, kerja kadang sambil main (HP), bawaannya gak sungguh-sungguh, males kalau sudah bosan. Mirip seperti bermain bukan? Misalnya saja, main monopoli. Awalnya excited bukan main. Lama-lama bosan. Bubar. Tercermin juga di kehidupan sehari-hari. Kurang menghargai waktu, tidak tepat waktu, tidak disiplin, pemalas, kebluk (bangun siang, karena sering begadang kebanyakan hiburan), ceroboh, kurangnya rasa tanggung jawab, tidak inisiatif, rendah diri, tidak berani, tidak mau mengakui kesalahan, malu bertanya. Kerjanya seiprit maunya gak dikit. Kalo gak diikutin maunya, anarki, manja, drama. 

Bukan salah mereka, bukan salah orangtuanya. Memang, life is not a matter of chances, it’s a matter of choices. Tapi mereka tidak punya pilihan, tidak juga kesempatan. Orang-orang beruntung seperti kita lah, para sarjana, cendekiawan, yang berkewajiban menggandengnya untuk maju bersama.

Tetapi, jika keadaan masih seperti itu, cukup sulit bagi saya yang benar-benar memimpin sendirian pemuda-pemudi kawasan ini, untuk membuat sebuah gebrakan atau inovasi atau realisasi ide-ide gila yang impact-nya besar untuk kemajuan kawasan ini. Saya menyerah? Tidak. Belum lebih tepatnya. Saya masih mencoba mengajak dan meminta bantuan pada mereka-mereka, para cendekiawan muda untuk menyumbangkan pikiran-pikiran dan ilmu-ilmu luhurnya untuk ditanamkan di kawasan ini. Meskipun ada saja yang masih sibuk atau sok menyibukkan diri di kamar hangatnya, di balik jendela kamar yang mungkin pura-pura tidak ada ketika di-samperin ke rumahnya, di motor-motor kreditan yang dipakai pacaran penuh drama ecek-ecek, dan di tempat lainnya yang membaca tulisan ini tapi tidak berbuat apa-apa. Saya memanggil hati kalian, para cendekiawan muda, calon sarjana muda, calon pemimpin bangsa untuk turun tangan, bukan tunjuk tangan. Saya memanggil hati kalian karena memanggil lewat telinga kalian, hanya masuk lalu keluar. Memanggil lewat smartphone canggih kalian, hanya dibaca tanpa dibalas. Jika masih ada sedikit saja panggilan hati di tengah padatnya kesibukan, ikutilah. Kesibukan kalian tidak 24 jam/7 hari kan? Kecuali sudah mati rasa iba kalian wahai cendekiawan muda. Bersiaplah mati tidak berguna digerogoti rayap yang lebih banyak gunanya.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...