16.9.16

#Couplegoals


Oke sori ya kalo judulnya bikin baper but that’s not my point. Bukan maksud kuring. Saya cuma mengamati kejadian-kejadian, fenomena-fenomena yang ada saat ini dan tanpa disadari bisa membawa negara ini pada keterpurukan. Introduksinya serem banget sih cuy. Oke saya perhalus : bisa membawa negara ini pada kemunduran dan ke-moonwalk-an. Moonwalk ke jurang.

“Duh atuhlah… anak-anak jaman sekarang teh drama banget ya..” kata seorang teman di grup whatsapp memulai topik : fenomena kehidupan anak muda jaman edan ini.

***

Pernah denger @awkarin? Atau kamu termasuk yang follow dia? Seleb instagram yang ngehits gara-gara kisah hidupnya yang amatlah sinteron. Awalnya dia bukan orang yang dikenal. Sama lah kayak kita makan nasi tiap hari dan followers IG gak nambah-nambah meski sudah coba makan pizza lalu dipos di sana. Tapi, dengan kekuatan ‘drama’ dan haru birunya, dia mulai dikenal seantero negeri instagram kidul. Kenapa bisa terkenal dan terus menerus nambah followersnya? Karena banyak orang yang ‘drama’-nya seperti dia. Saya tidak mau mengartikan sifat drama ini sebagai sesuatu yang positif ya.

Semenjak blow up media tentang si awkarin ini, sekarang mulai bermunculan nih orang-orang baru yang jadi sorotan juga karena masalah “cinta”. Lebih spesifik lagi “cinta remaja”. Makin spesifik lagi “cinta remaja drama jaman edan”.

Si @awkarin ini punya competitor namanya @rachelvennya. Dua-duanya perempuan cantik dan itu hal wajar mereka jadi mudah terkenal dan followers sampai ada huruf K diujungnya. Kesamaan mereka yang dikagumi para remaja masa kini yaitu suka ngumbar foto-foto mesra sama pacarnya. Bukan mesra sih kata saya, lebih ke zina. Karena status mereka belum menikah. Justru kelewatan karena menganggap biasa percampuran antara laki-laki dan perempuan di luar pernikahan. Sampai sini ada yang gak setuju sama pendapat saya? Ini kalau teman-teman sekalian masih paham beragama dan berakhlak baik.

Oke lanjut. Singkat cerita, kedua selebgram ini putus. Followers mereka nanggepinnya berbeda. Si awkarin, kondisinya pacaran baru 5 bulan. Tiap bulan dirayain berlebihan. Tapi ketika putus, cara bicara dan captionnya agak keterlaluan dan kacau sih. Somehow jarang ada sensor. Dia cerita sudah ngapain aja sama mantannya. Lalu apa coba reaksi follower-followernya? Ada yang nyukurin dia, tapi banyak juga yang ikutan sedih. Gilee rasa empatinya tinggi juga ya. Ada juga yang nganggap si awkarin ini keren, coba. What the f* is wrong with you people?? Bahkan tidak sedikit yang mencantumkan hestek #couplegoals. Tau makna #couplegoals? Itu adalah tujuan-tujuan yang dianggap harus dicapai oleh mereka-mereka ketika berpacaran. Dan ketika mereka sudah mencapai pengalaman serupa sama si selebgram, mereka bisa pamer dan menganggap diri mereka keren. Naudzubillah.

Soal yang namanya @rachelvennya, menurut saya sama saja meskipun kasusnya berbeda.  Dia pacaran, pernah ngasih motor mahal ke pacarnya, liburan ke Bali, sama juga ngumbar-ngumbar foto ‘mesra’ versi mereka, dan satu waktu dilamar ala-ala serial TV amrik yang judulnya The Proposal. Dan lagi-lagi, hampir tiap kelakuan mereka juga ditiru sama followersnya dan mencantumkan hestek #couplegoals (semacam visi para pasangan). Duh.

Singkat cerita, si Rachel ini diselingkuhin, lalu foto-foto dia sama pacarnya dihapus-hapusin. (Tuh kurang sinetron apa lagi?). Ternyata menurut cerita di instagramnya, pacarnya si Rachel ini selingkuh karena menghamili perempuan lain, which is di luar nikah. Pacarnya si Rachel ini lantas open mic, klarifikasi di instagramnya. Reaksi para followersnya? Ada yang nyemangatin, ada yang ngedukung, ada yang mengomentari dengan kalimat-kalimat bijak. Begini. Ketika orang zina, (maaf) having sex di luar nikah, es cendol dikalapaan, gundal gendol euweuh bapaan, kok malah didukung? Kebayang gak kalau orang-orang macam begini makin banyak? Kejadiannya makin banyak? Coba pandang ini dari sisi agama dan akhlak teman-teman yang pernah diajari ayah ibu sewaktu kecil untuk selalu menjaga diri.

Oke kasusnya mulai njelimet. Buat yang bertanya-tanya kenapa saya bisa tahu? Pertama info dari teman. Kedua, jadi bahan pembelajaran, studi kasus gimana nanti kalau saya punya anak remaja yang hidup di masa seperti sekarang ini. Gimana nanti kalau saya punya teman, saudara, keluarga remaja yang hidup di masa-masa berat menggenggam erat agama kayak sekarang ini. At least saya bisa mikirin caranya biar anak-anak saya nanti gak kayak gitu.

Sedih sih kadang. Orang-orang begini yang dibilang ‘keren’, ‘gaul’, ‘eksis’, ‘ngehits’, dan dijadiin role model, uswatun hasanah, panutan adek-adek SD, SMP, SMA yang baru mengenal cinta monyet sampai pacaran. Dikit-dikit #couplegoals, #lifegoals, dan segala goals, tujuan, milestone yang harus dicapai menurut mereka. Upload foto kissing sampai dilikes puluhan ribu. Foto mabok, dugem, karaoke esek-esek di-love ratusan ribu. Ada apa sebenarnya dengan peradaban? Kok saya ngerasanya makhluk pra-sejarah lebih civilized, lebih beradab daripada manusia sekarang. Hal-hal tabu dan sifatnya sensual kok makin dianggap biasa dan diumbar-umbar? Menurut saya ini buruk, karena saya pakai kacamata tatakrama, hidup bermasyarakat, kesehatan, dan tentu kacamata agama.

***

Don’t make stupid people famous. Jangan bikin orang bego jadi terkenal. Karena dengan kebegoannya, kebodohannya, (yang menurutnya gak bodoh), itu bakal menular lebih cepat daripada orang bodoh yang gak terkenal. Ini contoh Vicky-nisasi tea gening. Dulunya si Vicky ini terkenal nipu saskia gotik, sekarang jadi host acara lawak gak jelas dengan bayaran tinggi. Yang dilihat masyarakat kan gaji dia tinggi = sukses = terkenal = hidup enak = aku pengen kayak artis-artis seperti mereka, biarin agak gak beradab juga tapi banyak duit, dan diterima masyarakat. Dalih mereka adalah “dengan menghibur masyarakat, dirinya merasa bermanfaat bagi sesama.” Salah kaprah nih. Kalau mudorot yang dikasih dari profesinya sebagai artis lebih besar daripada menebar manfaat, ya gak jadi orang yang bermanfaat bagi sesama dong.

***

Intinya, gak ada #couplegoals sebelum halal, sebelum ijab Kabul. Itu doang apa susahnya toh (kata ustad, lain kata urang). Yang bikin susah kan resepsi dan budaya. Mending ganti goals-goals kita, visi-visi dan apa-apa yang pengen kita capai itu dengan prestasi, kematangan pikiran, kedewasaan sikap, dan hal-hal positif lah.


Ini mah supaya membuka mata teman-teman terdekat, saudara, keluarga, supaya melek juga sama perubahan-perubahan yang gak kerasa macam gini. Fenomena ini bisa saja meluas kalau kita diam saja. Kalau sudah tanggung meluas, dan dianggap lumrah, dianggap bener, dan kita dianggap orang aneh sendiri, orang yang salah, maka lebih baik menjadi orang aneh yang dikucilkan dengan memegang teguh prinsip, agama, dan hidup beradab. Allah gak buta dan gak tuli kok. Pasti tau kalau kejadian-kejadian ini banyak terjadi di antara remaja-remaja di negeri ini. Kalau sudah ditentukan waktunya, sedangkan kita termasuk orang-orang gak kuat pegangan sama agama, barulah kita jadi orang rugi. So please my dearest friends, saling tolong menolonglah dalam berbuat kebaikan, dalam menyebarkan kebaikan. Supaya iman terus di level tinggi. Supaya gak mudah goyah. Love you.

15.9.16

Tentang Impresi

Saya memaknai kata ini dalam hal hubungan antar manusia. Misalnya, ketika saya melihat profil si anu lah gausah disebutin kalau namanya Aurel. Iya misalnya ngeliat doi di instagram, ternyata kesan yang saya dapat berbeda when I met her in person, secara langsung. Ketika di instagram ternyata agak cantik, pas langsung, kalau kata si dadang konelo, agak rumeuk, misalnya ini mah.

Lalu saya pun berkaca, literally ngaca. Kalau orang ngeliat saya di media sosial, dengan bertemu langsung, apa yang mereka pikirkan ya? Well. seperti kaya Sayyidina Ali, aku tidak sebaik yang dikira, namun tidak seburuk yang terlintas di benak kalian.

Ini pengakuai jujur, bahwa saya, yang nampak di berbagai media sosial yang saya miliki, adalah tidak sepenuhnya asli. Namanya media sosial, apapun yang di-upload, di-post, di-share di sana adalah hasil memamahbiak dari pikiran. Ada jeda waktu cukup lama bagi otak untuk mencerna apakah postingan yang hendak dipost di sana itu akan menghasilkan likes yang banyak atau tidak, akan membuat pribadinya terlihat keren atau tidak, akan terlihat seru atau tidak, akan terlihat baik atau tidak. Kalau dipandang buruk, aneh, dan segala impresi negatif, saya sih terima saja. Biar jadi kifarat dosa. Namun yang jadi masalah adalah kalau saya dipandang baik karena definisi baik dan benar itu luas dan saya bukanlah orang baik. Percaya saja lah ini langsung dari orangnya. Adapun kalau saya terkesan baik dari media sosial dan interaksi langsung, mungkin bisa jadi niat saya bukan untuk berbuat baik tapi terlihat baik. Sama seperti orang yang menulis angka 9, tapi orang lain melihatnya angka 6. Orang rampok ibu-ibu di ATM juga awalnya kan karena first impression yang ia tunjukkan di awal ketemu. Pura-pura membantu, tapi kan kecolongan. Atau yang pacaran, yang tadinya sayang-sayangan, eh es cendol dikalapaan, Gundal gendol euweuh bapaan. :(. Masih mau ngeliat yang baik-baiknya saja dari luarnya? Cobalah kenali seseorang lebih dalam. Sekalipun menemukan keburukan, setidaknya kita ada opsi untuk menerima keburukan itu atau tidak. Itu lebih bijak.

Saya pikir, akan lebih baik jika first impression (kesan pertama) orang lain pada saya memandang bahwa saya adalah orang jahat, jutek, nakal, bodoh, atau segala bentuk impresi negatif lainnya. Supaya mereka tidak kecewa. Lain halnya jika saya dipandang orang sebagai orang baik, keren, pintar, dan impresi-impresi manusia sempurna lainnya. Karena begitu mereka tahu bahwa saya tidak sebaik yang mereka sangka pada first impression, saya takut mengecewakan angan-angan yang mereka harapkan dari saya. Jika saya dipandang baik, mungkin karena Allah juga yang menutup-nutupi aib saya yang amat banyak.

***



Lalu masuk ke level-level berikutnya setelah first impression. Tentang awal mula kisah cinta yang umumnya diawali dari impresi / kesan satu sama lain. Jika kisah cinta dua sejoli pada umumnya diawali karena saling terpukau HANYA pada sisi baik satu sama lain, maka bersiaplah terkaget-kaget atau meneguk pil kekecewaan jika sisi-sisi buruknya mulai bermunculan. Contoh paling mudah itu kalau kisah cinta sepasang kekasih yang dimulai atas impresi fisik, cantik-tampan, misalnya. Memang faktor fisik juga disunnahkan Nabi Muhammad dalam menentukan pasangan, hanya saja.. bukan yang utama. Kalau pasangan cantik-tampan tadi belum siap dengan konsekuensi sisi-sisi buruk yang belum nampak pada pasangannya, ya tadi itu, bisa jadi saling mencekoki pil pahit, saling menyakiti perasaan dengan banyaknya kekecewaan yang diperoleh dari sisi-sisi lain pasangannya. Beda dengan sepasang sejoli yang cantik-tampan, namun mereka mengedepankan akidah, agama, kematangan pikiran dan perasaan. Mereka akan lebih siap menghadapi sisi-sisi buruk yang akan bermunculan dari pasangannya. Bahkan bukan dihadapi, tapi ditutupi, dilengkapi, dimengerti dengan sisi-sisi baik yang dimiliki satu sama lain. Hanya saja, yang seperti ini, dimanaaa barangnaaa??? :((

Oh ardhyaska amy, terus maneh maunya apa?

Saya ingin punya kemampuan peka lebih banyak euy, kemampuan bisa mengerti keadaan orang lain yang lebih super, bukanlah orang yang selalu dan terlalu cuek. Bukan juga orang yang selalu ingin dimengerti orang lain. (Pengen sih dimengerti, tapi saya juga ingin bisa mengerti orang lain lebih dari orang tersebut mengerti saya). Bukan kemauan saya juga untuk ingin selalu dilayani, dihargai, dihormati orang lain. Ini sih prasangka pribadi terhadap diri sendiri. Mungkin kalau saya ada keturunan daun putri malu, dan kepekaan saya cukup tinggi, saya bisa menekan sikap dingin atau gak pedulian ini. Jadi bisa membuat orang lain lebih nyaman ketika berinteraksi dengan saya. Kata "nyaman" inilah yang lebih cocok dijadikan impresi ketika berinteraksi dengan orang lain. Saya merasa saya belum bisa mengeluarkan impresi nyaman ini pada orang-orang di sekitar saya. Seolah-olah bagi saya, terlalu sulit memahami makna nyaman menurut definisi orang lain. Lalu ketika orang lain lebih mampu membangkitkan impresi nyaman ini, saya merasa kalah dan..

cemburu.

***

Sudah jam pulang. Sampai bertemu lain waktu.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...