4.9.17

Babi Air (2)

Ah manusia itu susah dimengerti. Pantas malaikat khawatir makhluk ini akan berbuat kerusakan ketika Allah menciptakannya.

Kembali ke perkara babi. Sudah jelas kalau mereka diharamkan supaya jadi pelajaran eh masih saja ada yang bergaul sama beliau.  Sudah kubilang kalau sifat hewan yang dikonsumsi itu bisa menular ke manusianya karena ada sebagian elemen makhluk tersebut yang larut dalam darah.



Menurut hematku, ciri-ciri sifat ini sudah menempel di tubuh manusia itu bisa dilihat dan dirasakan. Babi itu tipikal hewan yang senang mencari tempat kotor, jorok, segala kejorokan di alam mayapada dia hafal. Saling terobsesinya dengam kekotoran, pandangannya selalu melihat keburukan. Di masa era informatika ipa ips ppkn semacam ini, tipikal manusia babi ini bisa amat sanhat jelas terlihat terutama di media sosial. Setelah dari medisa sosial, akan merambah ke kehidupan nyata pribadi orang itu.

Di medsos, berapa banyak dari kita senang mendengar kabar bahagia teman2? Berapa banyak dari kita merespon positif tindakan2 atau nasehat2 kebaikan untuk diambil sebagai pelajaran? Berapa banyak postingan2 ajakan beramal baik direspon dengan kebaikan dari kitta sendiri? Jika ya, itu dirasakan sebagai suatu tindakan yang biasa kita lakukan, selamatlah kita dari ciri kebabian itu.

Biasanya, seseorang menyukai sesuatu di medsos bisa karena 2 sudut pandang : secara objektif, dia memyukai postingan karena memang dia suka hal itu. Bisa karena hobinya, bisa karena terlihat berfaedah, seru, atau cuma sekedar satisfying saja, walaupun dia tidak mengenal siapa orang di balik alun tersebut. Lalu ada si pribadi yang subjektif. Orang-orang ini hanya menyukai postingan hanya jika itu berasal dari status uploadernya. Misalnya teman dekat, tokoh, idola, gebetan, pacar, ortu, daan banyak figur lainnya.  Jadi, sejelek apapun konten yang diupload di sana, orang-orang ini akan menyukainya. Se-gak pentingnya postingan itu, orang-orang yang selalu subjektif ini akan merespon dengan likes, loves, dan segala bentuk apresiasi positif lainnya. Hal ini mengarah ke arah fanatisme. Sip sampai situ dulu paham? Toyiiibbbb.. *niru gaya ustadz Adi Hidayat.

Lalu bagaimana sikap si objektif dan si subjektif ini merespon hal-hal yang tidam disukai? Kalau si objektif, tentu meninggalkan saja apa2 yang tidak ia sukai terlepas siapapun pembuat konten tersebut, sekalipun dari guru yang dia hormati, kalau buruk, ya ditinggalkan. Atau kalau ada rasa iba, ia nasehati secara baik-baik. Itu hanya kekeliruan. Sedangkan si subjektif, hanya melihat superioritas satu kubu yang dianggapnya menguntungkan dia saja dan memandang remeh kubu yang diluar circlenya. This is a real fanatism. Macam Abu Lahab. Dia tau postingan Rasulullah itu keren2 dan bener datangnya dari Allah. Tapi fanatisme yang berlebihan sama kaumnya suku Quraisy yang bikin dia gengsi buat 'ngelikes' Rasulullah.

Kutaktau kalau Abu Lahab pemakan babi atau bukan. Tapi orang-orang tipikal Abu Lahab kekinian mulai bermunculan tandatandanya.

Seringnya ku diam saja memantau perkembangan suriah, palestina, rohingya, sampai kasus buatan yang mengada-ngada menjebak para ulama negeri ini. Sadar tidak sadar, bangsa ini sedang mengalami polarisasi yang begitu cepat dan menurutku, peran media amat krusial.

Umat islam, yang bener2 islam, jelas, ikut pedoman Al Qur’an dan Sunnah sebagai ledoman hidup. Jelas hanya 2 ya. Nalar dan perasaan manusia tidak masuk pedoman. Masalahnya, banyak pula yang masih beragama atas dasar enak gak enak,  feeling, kira2 cocok sama dia atau nggak. Lalu ada pula yang paling kontradiktif, yaitu para pembangkang, kafirun, yang jelas-jelas menolak panduan kebenaran yang sumbernya dari Al Qur'an san Sunnah tersebut. Dalihnya, "jangan sok bener sendiri, jangan sombong ngaku paling bener, islam gak ngajarin sombong" daan macam-macam. Semuanya hanya soal fanatisme dan gengsi. Mereke yang berannggapan seperti itu miriplah seperti babi yang hanya melihat keburukan, mengorek-ngorek kotoran dari seseorang untuk dicecar kesalahannya. Logikanya, kalau Rasulullah gak yakin kalau Islam adalah paling benar, dan ikutin kata orang2 jahiliyah saat itu, Rasulullah tetap jalanin dakwah secara terang-terangan apa berhenti? Buktinya jalan terus kan? Itu bukti yakin!!!

Maka, kukatakan pada kalian yang masih saja menarik-narik, menahan-nahan, apalagi mengjalang-halangi jalan dakwah, dengan berbagai "nasehat bijak kalian, maaf, kami jalan duluan. Kalau gak mau ikut barisan para pejuang yamg ambil jalan Rasulullah, yaa mending gausah ikut campur, sekalipun bentuknya nasehat agar tidak terlalu kebablasan menurut logikamu. Lu selalu ingat orasi membara aksi 411 dari salah seorang orator : Keberanian tidak akan mempercepat ajal. Ketakutan tidak akan memperlambat ajal.

Jadi, kalau mau jalan bersama, mari merapat dan saling mengikat mengingatkan, saling mengajak dalam kebaikan di jalan Allah. Kalaupun tidak, tidak masalah. Kuyakin Allah akan gantikan mereka yang masih ragu, dengan orang2 pilihan yang siap berjuang bersama dalam rangka pemenangan dakwah. Tiada takut pada penilaian manusia.  Hanya takut kepada Allah dan hanya mencari ridho Allah.

Tegasnya, jihad itu bukan takut ditinggalkan manusia, tapi takut ditinggalkan Allah. 

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...