6.8.15

Sebulan Kemarin

August 7

Hampir genap satu bulan setelah postingan terakhir. Kalau bukan karena tidak ada kerjaan sekarang ini, mungkin sudah lupa punya blog. Dalam satu bulan ini waktu saya habis di kereta, di bis, di sawah, di laut, di jalanan, bukan bukan gembel. Beberapa hari yang lalu habis dari Solo, nikahan si Cembomb alias Cempaka alias Ira. Di perjalanan berangkat di kereta, si Romi menyinggung-nyinggung soal personal blog saya dulu (ketika masih punya tumblr) kenapa jarang update lagi. Saya tadinya mau bilang punya yang baru, tapi blog underground. Tapi saya sadar kalau isinya masih prematur dan banyak drama. Akan ada saatnya saya publish kalau isinya sudah 'dewasa'. Ouw yes 18+ contents.

Ada bebereapa momen yang saya lewatkan untuk di-post di sini : Lebaran, mudik, Halal Bihalal, short trip pasca lebaran, freelance-an, mudik ronde 2, Solo, sampai terakhir Purworejo.Merangkum semuanya dalam satu postingan blog memakan banyak waktu dan membosankan untuk dibaca. 

***

Idul Fitri

Lain tahun lalu lain sekarang. Rasanya baru kemarin takbiran di masjid sebelah rumah. Masih ingat saat itu takbiran keliling sore harinya kemudian dilanjut meramaikan masjid sampai subuh. Lebaran tahun ini berubah sangat drastis. Bisa dibilang antiklimaks. Awal-awal bulan ramadhan saya menyempatkan pulang ke Bandung hanya demi Sasauran perdana. Setelah itu, saya jarang mendengar kabar anak-anak Karang Taruna rutin sasauran. Bahkan puasa terakhir sangatlah biasa. Takbiran hanya ada beberapa anak SD, saya, si Dedi, dan Mang Andin yang wawewow takbiran sampai jam 3an. Diajak di BBM susah. Pagi harinya saya baru tahu, malam takbiran di depan sekre ada ribut-ribut, ada yang mabok, plus adu jotos segala. Malu-maluin saja.



Dengan mata masih berkantung karena kurang tidur, habis solat Ied ada halal bihalal keliling Karang Taruna. Alhamdulillah yang ini bukan wacana belaka.



Sore harinya mudik keluarga besar untuk silaturahmi marathon ke Ciawi dan Garut. Bawa mobil tapi cuma jadi co-pilot. Derita supir belum punya SIM.

Ciawi Tasik Clan

Cibatu Garut Rebel
Rencananya dari Garut mau langsung ke Banjarsari. Mengurungkan niat setelah melihat liputan mudik jalur selatan yang macetnya puluhan kilometer. Pulang dulu ke Bandung buat jalan-jalan sama geng.

***

July 24

Kali ini short trip dejavu bersama tono ryan minus abeng. Dulu pernah ke sini dengan kondisi yang masih bagus. Karena sekarang musim kemarau panjang, warna-warna hijau sudah tak nampak lagi. Pantai Puncak Guha. Betul atau salah namanya bukan urusan saya.




Pulangnya nih yang tak terlupakan. 

Jadi ceritanya kami manahan lapar dari Pameungpeuk sampai Leles Garut hanya demi mengejar makan di sebuah tempat yang recommended menurut teman-teman saya. Kebayang kan jauhnya dan lamanya? Demi makan di tempat yang tidak akan pernah saya kunjungi lagi seumur hidup saya. Namanya rumah makan Sambel Hejo. I repeat : Sambel Hejo, di jalan raya Leles, Garut.

Kami berlima, masuk lalu duduk seperti manusia normal pada umumnya. Celingak celinguk nyari menu masakan ternyata hanya ada satu. Dilihat-lihat dulu dong tentunya. Okelah mayan harganya masuk di kantong, saya pikir.

Ternyata kami tidak memilih menu masakan yang kami pesan seperti di rumah makan pada umumnya. tetapi si pelayan yang menyediakan masakannya sejumlah (n) lalu kami makan saja semaunya. Nanti si pelayan tinggal menghitung sisa masakan yang ada di meja kami. Oke sampai sini saya paham. Saya makan saja. Saya pilih lauknya berdasarkan harga di menu, maklum lah gak bawa duit banyak saat itu, dan saya sedang berhemat pula.

Beres makan, kami minta bill. Si mba-mba pelayan lalu ngasih Bill pertama (1). Di sana ditulis bahwa kami menghabiskan 9 ayam, tempe 7, dan lain-lain saya lupa. Pokoknya jumlah yang tidak sesuai dengan yang kami pesan. Mana mungkin kami berlima pesan 9 ayam sedangkan masing-masing mengaku hanya makan 1 potong saja. Kecuali kami kelaparan. Lalu si mba-mba itu kembali lagi ke meja kasir terlihat suram mukanya, pusing mungkin. Bill 2 muncul dan lagi-lagi salah perhitungan. Di sana dituliskan cemplung 4 biji sedangkan jujur saja, di menu yang disajikan TIDAK ADA sama sekali cemplung. Begitu pula perkedel jagung yang kelebihan jumlahnya. Kok begini?

Bill ke-3 ini yang sudah makin aneh (foto kiri). Perhatikan harga yang ditulis di bill dengan di menu.
Nasi                          : Di bill 4.000/pcs, di menu 4.000/pcs. Sesuai
Sayur Asem               : Di bill 6.500/pcs, di menu 6.000/pcs. Lho?
A. gr (ayam goreng)   : Di bill 8.000/pcs, di menu 7.000/pcs. Ayam Goreng STH. WTF.
Ayam Kampung         : Di bill 22.000/pcs, di menu (Tidak dicantumkan). Kok bisa? Maksudnya apa?
Mendoan                   : Di bill 3.000/pcs, di menu (yang mana ya?)
Jagung (perkedel)       : Di bill 4.500/pcs, di menu 4000/pcs. Again.
Pepes Tahu               : Di bill 5.000/pcs, di menu 3.500/pcs. Combo.
Tahu Goreng             : Di bill 3.000/pcs, di menu 2.00/pcs. WTF!.




Saya makan nasi, sayur asem, ayam (entah ayam kampung atau ayam kampus), perkedel jagung. Waktu pertama kali datang, saya perkirakan makanan saya gak akan nyampe 22 ribuan. Sekarang jadi 36.000. Bukan soal harga yang saya keluhkan, tapi soal profesionalitas dan pelayanan.

Saya ngobrol sama si mba-mbanya, nanya harga segini darimana? Kenapa harga di menu dan di bill berbeda? Kenapa harga ayam kampus tidak dicantumkan? Kenapa tidak ada pemberitahuan sebelumnya? Si mba lalu kelimpungan menanggapi cecaran pertanyaan saya. Dia memanggil seorang laki-laki yang bukan managernya, entah siapa dia enggan menyebut jabatannya (Am I on a prank right now? geez!!).

Si Laki itu lalu menjelaskan bahwa itu adalah 'Harga Baru' pasca lebaran, kami belum meng-update-nya. Dude!! Seriuosly?! Itu jawaban untuk kenaikan harga yang ngaco. Lalu soal menu, dia bilang itu menu yang di JATINANGOR, karena baru buka cabang baru di sana. Kampret dia kira ngobrol sama bocah apa? Apa aing yang lagi ngobrol sama bocah? Sekarang rumah makannya kan di Garut, buat apa masih majang menu rumah makan di Jatinangor? Lagipula kalau di lihat di tanggalnya, grand-opening di Jatinangor udah lama banget gilak. Masih promo emangnya? Lalu urusan ayam kampus yang gak ada di daftar menu, dan tiba-tiba jadi 22 rebab, jawaban si pelayan laki-laki membuat saya ingin terjun payung. 'Ini menu baru, mas'. Gak peduli saya mau menu baru atau lama, kalau setiap pelanggan yang datang ke sana selalu mengalami kejadian seperti saya, ya mana berkah penghasilan kalian hey. Saya tahu harga ayam kampung mahal, dan gak bego-bego amat pake nurut-nurut saja. Saya googling juga harga menu ayam kampung di rumah makan lainnya. Ada yang 18 ribu-20ribu, meskipun saya tidak menemukan yang harganya 22 ribu. 

Sudah hampir 30 menit saya berdebat dengan dua pelayan tadi dan memutuskan mengakhiri ketidakjelasan ini dengan membayar sesuai di bill ke-3.

Sekarang bukan soal promosi yang bagus atau mempunyai tim marketing hebat. The best marketing itself is the customers. Kami berlima, tiap orang punya teman-teman yang cukup banyak. Guess what? Most likely we're not gonna put this restaurant into our list or giving recommendation to our friends and family. Efeknya memang pedas bung. Seperti Sambel Hejo.


***

July 26

Morning cycling mepet sawah
Tidak banyak yang saya lakukan di Banjarsari. Berkunjung ke saudara dan belajar nyetir mobil. Banjarsari - Pangandaran via Cigugur sudah abang jajal apalagi jalan menuju rumah neng. Kegiatan tambahan lain paling nganter adek ke sekolah pesantren di Ciamis dan main-main sama keponakan.





Main maneh pikir aing gambar, atau You Think I Draw.

***

July 28

Saya bahkan lupa kalau ini tanggal penting. Babeh bilang mau syukuran ulangtahun. Alhamdulillah di usia yang makin keren ini masih diberikan nikmat-nikmat dan rezeki yang berkah dari Allah. Can't wait for years ahead. *komat-kamit berdoa*. Hari ini juga pulang ke Bandung karena Lusanya berangkat ke Solo. Lewat Sumedang mampir ke museum Geusan Ulun yang isinya warbiyazaa..



***

August 1

Berangkat ke Solo membawa isi kamar. Laptop, sleeping bag, sepatu gunung, dan macem-macem. Tadinya saya berencana ke si Gun di Purworejo, menggarap project bukunya yang terbaru lalu ke Merapi atau Merbabu. Wacana tinggal wacana.

Ke Solo bareng si Romi, si Festy, si Arie, si Nanda yang nyusul belakangan. Berjalan lancar tanpa kendala.


Si Romi si Arie pulang duluan. Saya ngajak si Festy ke Keraton, lalu pasar Klewer, Kampung Batik Kauman, dan terakhit Pasar Triwindu. Seumur-umur kenal pasar ini selalu ketuker sama Pasar Tirtonadi.





Setelah kejar-kejaran sama waktu keberangkatan kereta pulang, akhirnya kami check-out jam 12 lebih dikit. Di Purwosari masih bareng. Saya tinggalin si Festy di Kutoarjo. Di sana sudah dijemput si Gun. Semalam di sana tidak banyak progres kerjaan. Akhirnya pulang duluan bawa ranginang. 

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...