29.1.17

Pendirian

And here we go. 

Menikah. Di luar ilmu saya yang masih dangkal tentang ini, di tulisan ini saya hanya ingin ‘menulis’. Terlepas benar atau salah, kalau ada pembaca yang diam-diam membaca ini dan menemukan saya salah, tegur saya.

Saya pemegang madzhab menikah tanpa pacaran yang totalitas. Maksudnya totalitas, sekedar ngechat-ngechat yang basa basi saja saya usahakan jauhi kalau tidak penting-penting amat. Apalagi ngedate-ngedate. Iya saya pernah seperti itu dulu. Du-lu. Walaupun ada saja yang melihat seseorang dari masa lalunya, itu hak mereka. But anyway, thanks for caring. I have my own life. Mau dikata orang saya terlalu idealis dan kolot, saya pegang itu. Kalau ditanya bagaimana caranya, f yeah.. saya juga tidak tahu. Haha. Kenapa bisa yakin? Saya serahkan sama Yang Maha Tahu. Mungkin kebanyakan pemegang jalur ini ‘menderita’ kengiluan yang sama. How to get close to my ‘target’? I feel you, bro.

Saya berani jamin, orang-orang tipe ini agak nekad, kepedean dengan menaruh keyakinan penuh pada Sang Pemilik hati manusia-manusia sejagad perjodohan. Yakin bahwa dirinya akan digiring melalui tahapan-tahapan ajaib dan hasil yang tiba-tiba muncul min haisu laa yahtasib, tidak pernah diduga-duga.

Ada malam-malam yang kamu rasakan begitu sendiri. Perfectly lonely. Bukankah ada teman-temanmu? Ke mana mereka? Atau kamu tidak memiliki lingkaran pertemanan? Oh ternyata bukan itu. Kamu berusaha menghargai teman-temanmu yang juga merasakan sendiri itu tapi mereka memilih untuk menebus kesendirian mereka bersama ‘target’ mereka masing-masing. Pacarnya, cemewewnya, atau yang sudah khitbah, ya sama tunangannya, dan lain-lain sebutannya. Tetapi maksud Allah memberikan malam-malam sepi itu padamu adalah agar kamu lebih dekat dengan keluargamu, ayah ibumu. Karena setelah malam-malam sepi itu dicabut dengan kehadiran pasanganmu, belum tentulah perhatianmu akan banyak pada orangtuamu.

Ada menit-menit yang kamu habiskan dalam kebingungan dan kegelisahan. Meracau dengan pertanyaan-pertanyaan retorikal tentang bagaimana kamu bisa mengenalnya, bagaimana bisa menumbuhkan rasa nyaman dan cinta pada perempuan yang memikat hatimu. Tetapi maksud Allah memberikan kebingunan itu padamu adalah supaya kamu mencari ilmu lebih banyak, mencari tahu cara mengenal dia dengan cara yang diridhoi oleh-Nya.

Ada detik-detik yang kamu rasa bahwa itu adalah titik keputus-asaan untuk menggadaikan pendirianmu selama ini untuk tidak mencoba basa-basi bersama lawan jenis yang memikat hati. Bukan hilang keberanian, tapi ini ujian kehebatan menghadang gejolak-gejolak nafsu sebelum saatnya. Kamu tidak bisa memaksakan pendirianmu pada orang lain yang kamu anggap dekat, tetapi kamu bisa merengek dalam sujudmu untuk menanamkan keyakinan yang sama pada seseorang yang entah di mana adanya yang telah dipastikan berjodoh denganmu. Pasti.
Ada masa-masa keyakinan ini goyah.
Ada desir-desir penggoyah iman.
Kapan bisa mencintai jika tidak memulai?
Sampai kemudian keyakinan ini kembali kuat dengan sebuah pertanyaan.
Sejak kapan kemuliaan cinta dapat diraih dengan bermaksiat kepada Allah?

Biarkanlah Allah yang menumbuhkan rasa dalam dada masing-masing.

Dan kalaulah pernah ada rasa sebelumnya dan berat untuk mengikhlaskannya, itu karena kamu mencintai sebelum saatnya. 

***

Dan jika mengikhlaskan itu amatlah berat, wallahi, jangan pernah berhenti meminta padaNya satu hal. Ya Allah, cabutlah rasa cinta, rindu, kasih, dan segala bentuk rasa yang tertanam padanya. Cabutlah sampai ke akar-akarnya. 

Namun, jika ini adalah salah satu nikmat cinta karena-Mu, yang Engkau tanamkan terus, yang Engkau rawat terus meskipun pemiliknya mencoba melupakannya, maka berilah kami kesabaran menghadapi waktu-waktu sendiri kami. Berilah kami kenikmatan menderita semata-mata menggugurkan dosa-dosa kami sebelumnya. Berilah kami kabar gembira di ujung sana.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...