30.5.16

My Masjid My Adventure

Bismillahirrahmaanirrahim.

Yaa seperti biasa baru inget punya blog kalau lagi bengong. Ngecek postingan terakhir juga kayaknya suram banget. Seolah-olah saya begitu desperate. Tapi ya udahlah.

Oya sudah 4 hari ini saya batuk terus kenapa ya? Agak kesulitan tidur. Padahal yang nutup mata, kenapa nyalahin mulut dang tenggorokkan ya? Batuk tidak berdahak tapi kalau lekoh banget baru keluar dahak. What is the meaning of lekoh? Apakah ini pertanda saya bakal jadi Batuk Maringgi? Yang bikin saya dilema adalah ketika ke apotek. Mau beli OBH tapi yang batuknya begitu. Susah dijelaskan, selain dipraktikan ke si bapaknya dengan batuk berdahak ke tangan-in lalu ditunjukkin ke si bapaknya. "Tah pak nu kieu!" Tapi itu opsi terakhir sih.

Tempo hari si Oji bilang ngiri katanya saya jalan-jalan melulu. Banyak duit kata dia. Saya aminin. Tapi sebenernya bukan banyak duit. Hanya banyak do it. Soalnya, tak terhitung kejadian wacana jalan-jalan itu hanya sekedar agenda. Jarang terjadi karena kesibukan masing-masing. Makanya saya senangnya jalan-jalan sendiri atau kalau ada partner senasib se-waktu bisa barengan. 

Okelah naik gunung, pergi ke pantai, atau main-main jerambah ke tempat-tempat aneh itu sensasinya luar biasa. Senangnya beda dengan nonton bioskop, nongkrong kafe-kafe, kencan, pacaran, meskipun saya gak menyalahkan semua itu. Tapi gitu sih, saya kan orangnya aneh, tapi biarkan aneh ah, seru. Kalau dulu ke gunung dan alam-alam liar gitu sudah cukup bikin happy, jalan-jalan saya sekarang bikin happy-nya berkali-kali lipat. Aslina wani diriungkeun jeung Shicibukai dan Angkatan Laut tah!. Dalam hati, saya ingin ngeshare jalan-jalan tipe begini pada kawan-kawan dan siapapun. Share happiness boleh kan? Karena biasanya, manusia bakal lebih bahagia kalau orang lain ikut merasa kebahagiaan yang kita rasakan juga. Entah benar atau salah secara teori Albert Einstein tapi biasanya begitu. Berkali-kali juga saya hendak posting foto-foto lokasinya tapi berkali-kali juga saya cancel ketika sudah berada pada posisi suruh ngisi caption atau comment. Judul jalan-jalan itu adalah "My Masjid My Adventure". Biar terkesan menantang gitu.


Ada untungnya jalan-jalan gini. Lain kali kalau jalan-jalan backpackeran, tau masjid-masjid masa aja yang dibuka 24 jam dan enak buat tidur. hahaha.. Atau kalau masjidnya dikunci, trus kenal marbotnya bisa speak-speak lah. Backpackeran kan modal bacot dan nekat.hahaha. Banyak pengalaman unik dan seru di tiap masjid tapi next time saja saya ceritakan kalau gak ngantuk. Perlu dicoba sendiri sih. Semoga Allah memudahkan langkah-langkah para traveler untuk gak lupa ibadah kalau lagi jalan-jalan, naik gunung, ke pantai, atau lainnya. Libatkan Allah dalam setiap aktivitas biar ngaruhnya pol.

Saya masih awam soal "share happiness" ala dakwah yang tanpa terkesan riya. Maksudnya, saya belum bisa menghilangkan anggapan bahwa ngeshare 'jalan-jalan' ini adalah riya. Nanti pahala saya bablas ketiup angin. Jadi saya masih menikmatinya sendiri. Paling ngajak si babeh, ade, pegawai si babeh. Itu juga kalau lagi kirim-kirim barang ke luar kota. Saya juga gak ada turunan jadi pendakwah, turunan kiyai, ustadz, dan sebagainya. Apalah saya yang baru tau agama kemaren sore, nonton-nonton ta'lim di youtube atau hadist-hadist rowahul google. Jadi saya anggap saya belum pantas untuk share happiness teknik dakwah. Tapi bagi siapapun yang membaca postingan ini, saya bisa jamin kalau jalan-jalan ini amat sangat menyenangkan. Kalau bisa sih kita bareng-bareng.

"Emang ada apaan di masjid?" One of the FAQs yang keluar dari teman-teman yang saya ajak. Kelihatannya sih klise. Ya paling aura masjid itu gitu. Sunyi, tenang, atau kadang-kadang berisik, gak enak, gak seru, gak bebas. Saya juga dulu menganggap masjid itu cuma tempat nginep kalau lagi backpackeran dan gapunya duit buat nginep di penginapan atau hotel. Tapi di sana ada sesuatu yang tiap orang berbeda merasakannya. Wallahua'lam.

Ada hikmahnya saya gak keterima kerja di karawang, jakarta, tangerang, atau kota-kota besar lainnya yang telah saya kungjungi untuk interview tapi tak kunjung disambut. Saya punya waktu banyak untuk ngaca kalau selama ini saya belum mengenali diri sendiri yang banyak cacat luar dalam. Waktu itu coba-coba 'apply' ke Al-Lathiif, tanpa ada yang ngajak, tanpa ada motivasi tinggi atau tujuan ketemu siapa. Asal datang lalu dengerin ta'lim sampai beres. Waktu itu yang saya ingat di akhir soal orang tua. Ah kalau sudah bahas itu saya enggan mengalihkan suasana tulisan ini jadi melankolis. Singkat cerita saya jadi kepincut datang lagi biarpun tiap kali ke sana sendiri. Ngajak teman, tetangga, cuma di-read atau di-iyain, atau di-Insya Allah-in. Itu mah saya anggap woles karena syok meureun tiba-tiba saya ngajak ke masjid karena biasanya ngajak maen kartu.

Branding masjid itu yang kuat, menurut saya sih. Lingkungannya asri, tenang, karena jauh dari jalan raya. Interiornya diliengkapi dengan lampu-lampu yang cahayanya bisa di-adjust ke sauasana sendu, semangat, ngantuk, bahagia dan sedih. Wangi, jelas. Toilet bersih. Ada air minum segalon yang biasanya saya sedot kalau ke sana hahehoh karena pake onthel. Itu main stagenya. Artisnya juga keren-keren. Ustadz Hanan, ahlinya perasaan. Ustadz EE (Evie Efendi), dengan nama FB bernama Ujang Leho, Ustadz Rahmat, pakar Konspirasi, Zionis, Akhir zaman. Artis-artis beken lainnya yang biasanya ngisi jadi pengganti juga gak kalah seru. Oya awal-awal di sana saya kepincut sama bacaan Surat Ar-Rahman ustadz hanan pas solat Isya. Jero! Kan kuingat selalu maqam kurdi itu.  Nah itu beberapa branding-nya masjid Al Lathiif. Karena saya udah kepincut sama tempatnya, saya jadi pengen ngerasain juga tempat serupa lainnya. Makanya jalan-jalannya sekarang pake embel-embel My-Masijd My Adventure. Sekalian traveling sekalian eling.

Yang banyak terjadi sekarang, masjid-masjid sepi itu karena ilmu branding ini belum diaplikasikan. Adzan subuh harusnya anak muda yang suaranya bagus, semangat, yang masih banyak powernya. Bukan (maaf) aki-aki yang suaranya sudah seumuran kaset yang pitanya paburisut. What is the meaning of paburisut? Ya tahu sendiri lah. Meskipun satu jam sebalumnya sudah ada himbauan dari aki-aki tersebut untuk pada solat berjamaah di masjid, tetap saja subuh cuma 2-5 orang. Pernah denger kan "Robbanaaa ya robbanaa....dolamna anfuusana...dst". Atau "Eling eling umat muslimin muslimat hayu urang solat subuh berjaaaaamaah.." Perlu diacungi jempol loh ikhtiar aki-aki subuh itu. Tapi aki-aki mana paham branding. 

***

Saya yakin, ada teman-teman saya yang tidak pernah saya sangka-sangka, jauh lebih soleh dari saya. Yang subuhnya tidak pernah terlewatkan di shaf depan tanpa terlewat takbiratul ihram. Saya juga yakin, orang-orang di sekitar saya yang kelihatannya gak jelas, ternyata di mata Allah lebih jelas hidupnya karena amat sering memakmurkan masjid. Saya mah cuma newbie yang energinya masih tinggi. Yang masih jos dan itu selalu terjadi ketika iman sedang tinggi. Kata ustadz hanan, memang ini dampak dari tolabul 'ilmi tahap awal (dari 3 tahapan. saya lupa namanya yang jelas tahap ke-2 adalah rabbaniyah). Dampaknya adalah semangat yang meluap-luap untuk mencari ilmu. Ada sensasi berpikir yang didapatkan. Efek lebih lanjut, kita akan terdorong untuk mengajak orang dan menyebarkan ilmu-ilmu tersebut. Tapi berbahaya jika belum paham teknik dakwah dan tarbiyah dan lainnya. Saya masih termasuk ke golongan itu. Karena hari ini bisa ngejos, tapi belum tentu di kemudian hari. Alasan saya ngajak dan nge-share happiness ini karena saya butuh teman. Ingin punya banyak teman yang selalu ada dan mengigatkan kalau nanti saya lembek lagi, kalau iman saya bungee jumping lagi. Mereka yang tidak kenal lelah mengingatkan saya meskipun saya bungee jumping berkali-kali. Allah Maha Romantis. Caranya menunjukkan keromantisannya itu dengan mengabulkan doa saya secara diam-diam seperti yang sudah-sudah.

Entah ini adalah doa-doa yag terkabul atau bukan, hanya dari Allah lah hidayah itu ada. Jika benar ini hidayah, amat beruntung saya dan ucap syukur alhamdulillah. Jika belum saya diberi hidayah, semoga Allah berkenan membiarkan saya mendapatkannya lalu memegangnya erat-erat.  Gimana Allah baiknya buat saya, toh saya ge diurusnya ku Allah.

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...