8.1.13

Reflexi itu panti pijet (kan?)


Nikmatnya menjadi anak kecil. Mau ingusan, gak ada yang larang paling diomelin. Mau telanjang pake kacamata hitam lari-lari ngikutin omprengan, kagak dicekal bang haji. Mau tidur juga gak perlu ijin update dulu. Tapi sepertinya anak esde sekarang sudah mulai sih. Jaman tai kotok dilebuan dulu mana ada update status selain di ktp enyak babehnya.
Bicara soal status, bicara juga tentang duas, tigas, empats, limas, dan terus sampai tigamilyarduapuluhstatus. Dinding kamar dipajang future plan. Dulu dibuat iseng karena menyibukkan diri saking pusingnya eek gak keluar-keluar pasca makan salak. Tapi sekarang serius. Orang bilang resolusi 2013. katanya. Impian lulus Insya Allah tercapai setaun lagi. Impian wirausaha masih realistis lah. Bikin workshop. Workshop apanya? belum jelas. Mungkin nanti dibicarakan kembali entah itu workshop kaki kambing atau workshop DKI mamayukeromama. Lagi pula bacotan ini bukan mau membahas itu. Tapi membahas ini. “Nikah” 2015. Katanya. kata siapa? kata future plan cenah mah.
Heh serius amat bang bicara nikah? Ngapa? dapet wejangan felixiauw? Engga juga sih da ini mah kodrat. Nikah mah pilihan. Iya, milih jodohnya. Bukan waktunya. Teman SD saya sudah nikah 5 tahun lalu, sekarang anak-anaknya iiihh meni pika pika pikachu pikaresepeun setum. Teman SD saya itu emang pengen nikah cepet. Katanya, biar segala sesuatunya dikerjain bareng, susah senang bareng, kerjaan suaminya didukung istri, doa suaminya diaminin istri, cucian suaminya dicuciin istri, anaknya pun dilahirin istri. Sampai sekarang, saya dan teman SD saya ini suka bertukar cerita kalau Lebaran tiba. Karena teman SD saya ini kecengan saya selama 6 tahun. Apa hubungannya sih? Ada beul. Soalnya, doi nikah seminggu sebelum abang ini menemuinya di kampuan halaman nan jauh dimato sana. nahas memang dunia persilatan. Itu kisah si uni.
Maap ya ini jalan ceritanya banyak shortcut menuju jalan buntu dan tiba-tiba menemui pintu ke cerita mana saja.

2 hari sebelum tahun baru kemarin, saya berbincang bersama seorang sobat nigga karib dari timbuktu namanya beng. Panjangnya beng. Seperti seorang kacang yang sudah lama pergi dari kulitnya lalu ingin berbagi cerita, maka saya kacangnya yang banyak omong. Saya banyak omong tentang masalah sendiri yang terus dari tahun ke tahun tak pernah selesai. Tau sendiri lah masalah apa. Ya betul masalah ngebagi 22/7 belum nemu ujungnya. mau tau banget atau mau tahu anget? Kalau masalah asmara tak pernah ada kelarnya. Saya berbincang pada si beng ini cuma buat mencak-mencak doang sih. Walaupun ujung-ujungnya saya dapat nasehat bijak.
“Maneh teh kudu Peduli”

berasal dari kata “dul” dengan awalan pe- dan akhiran -i. Kembali bercermin pada pribadi yang selama ini memang lupa akan hal itu. Baik pada diri sendiri maupun orang lain. Selama ini saya ngapain sih? Iya egois. Segala sesuatu ingin dinikmati sendiri. Lidah gak dijaga sampai nyakitin orang, jari gak dikontrol sampai ngetik apapun menancap di hati orang. Orang lain bahagia kadang males ikut bahagia. Musti ke panti pijet kali ini mah buat refleksi diri. introspeksi. Apa yang diberi adalah apa-apa yang didapat di kemudian hari. 
Merasa ter-sepet dengan kritikan itu, merembet hampir ke seluruh aspek kehidupan.  9gag bilang “i like being single. I always here when i need me.” iya untuk momen tertentu. Eek. beda rasanya dengan share cerita sehari, berbagi cilok goreng yang dibeli depan kampus, atau gaji bulanan dihabiskan di suatu tempat makan misalnya. Yep no one to share and no one who truly care, kata mareyah kari mah. Ini sih imbas dari orang yang gak pedulian. Idupnya diliputi kesendirian.

Kemarin  habis ke tukang pijet refleksi. Dari sana saya mau mencoba introspeksi diri. Lebih peduli sekitar. Peduli diri sendiri dulu atuh. Semog bukan pencitraan da niatnya Insya Alloh Lillahita’ala. 
Pe-dul-i. Layaknya si Dul anak selokan yang menjadi pribadi sederhana, apa adanya, peduli lingkungannya, tapi Sarah dan Zaenab tergila-gila padanya. Ah da itu mah sinetron.

Sampai berjumpa dilain waktu. Esok lusa kalau kita bertemu, coba sapa aku kalau aku tidak melihat. Atau tau rasa sendiri nanti kena sapaanku. Seperti anak kecil saja. Hal kecil bahkan jadi tertawaan dan perbincangan. Selamat malam

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...