2.7.14

Alkisah di Awal Ramadhan...

| Juli 1 |

Tidak banyak yang saya ingat dari datangnya bulan juli selain langit malam yang hampir selalu disesaki bintang-bintang. Cantik.

Masih, hari-hari saya masih dipenuhi kegiatan karang taruna, baik itu formil atau sekedar main-main. Bulan puasa ini lebih banyak main asyik-asyiknya, saya pikir. Main petasan tembak yang entah apa namanya. Kalau dulu, namanya Lodong. Terbuat dari bambu. Mungkin ini juga lodong, tapi jauh lebih moderen. Teknisnya seperti knalpot motor. Didalamnya dipasang semacam busi/pemicu percikan api. Awalnya, lubang depan disemprot cairan spirtus, ditutup dengan tutup yang sudah dipasang pelatuk elektrik. Jadi ketika pelatuk elektrik itu mengalirkan arus listrik, maka akan cairan spirtus tadi akan terbakar, dan memicu busi untuk kemudian meledak. Persis seperti knalpot. Skala ledaknya tidak terlalu besar, tapi cukup membuat gusar satu RT.


Di satu sisi, saya pikir ini kreativitas. Petasan ini banyak aspek engineeringnya. Saya sampai takjub waktu melihat isinya yang ternyata kombinasi komponen elektronik dan mesin. Dan ini dibuat oleh anak Pak RT yang baru lulus SMP. Sisi lainnya, mana ada petasan yang enak didengar. Pasti annoying. Terutama bagi anak bayi dan orang tua yang sedang sakit. Atau memicu serangan jantung.


***

Si Yoga bawa satu set angklung dari rumahnya. Buat sahur calling-ling katanya. Habis teraweh di sekre agak penuh sesak. Entah mau apa makhluk-makhluk ini. Daripada cuma main HP, saya ajak dikit-dikit main paduan angklung. Kebetulan SMA pernah ikut ekstrakurikulernya,.sedikit banyak masih nempel lah ilmu-ilmunya. Menulis partitur lagu memang bukan keahlian, tapi saya coba buat partitur Ibu Kita Kartini dan Manuk Dadali. Mayan lah, chaos dikit rapopo. At least we have some fun, right?


Habis subuh belum mengantuk. Saya coba jalan-jalan bawa sepeda, yang berarti bersepeda. Niatnya mau keliling kelurahan eh malah keluyuran trus kelupaan kalau ini lagi puasa. Jalanan lenggang sekali, jadi leluasa mau se-maceuh apapun sepedaannya.Jam 7 pulang. Tidur.





***

Hampir tiap dini hari saya bangun lebih pagi dari ibu-ibu yang menyiapkan masak sahur, dan terkadang belum tidur sama sekali. Jam 2 pagi sudah siap-siap peralatan buat keliling bangunin sahur. Tradisi ini sudah ada dari tahun lalu, tapi baru ngehip sekarang-sekarang ini, terutama setelah peralatan-peralatannya tambah lengkap dan dinaungi karang taruna. Kalau biasanya cuma teriak "Sahur! Sahur!", ini kita buat lagu sendiri. Liriknya kocak. Enak juga. Lain kali saya rekam.

Sudah 4 hari berlangsung dan alhamdulillah masih ramai. Di akhir keliling suka ada warga yang memberi konsumsi. Walaupun alakadarnya, alhamdulillah itu menghibur cacaing-cacing dalam usus kami dan mencerahkan wajah-wajah kurang tidur penuh belek ini. Sahur Calling-Ling akan berlanjut. Stay with us!


***

Saya tidak tahu apakah ada yang pernah menulis ini sebelumnya atau tidak. Menurut saya, pemimpin itu bukan hanya berpikir tentang sekuat apa dirinya bisa mengubah pada hal yang lebih baik, tapi juga janganlah menjadi lemah ketika banyak pengaruh yang kurang baik dari sekitarnya.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...