21.4.13

Review CFD dan Konser ISO

"Pemirsa pemirsi, minggu pagi ada baiknya dihabiskan dengan senam remix di depan minimarket terdekat. Selagi belek masih melekat dan nafas bau babi laknat, mari berangkat."

Si om ngajak CFD-an sama anaknya. Berangkat pukul 7 pagi, dari rumah cuma pake sendal keybboard. Kali-kali kalo abis pulsa bisa dipake chating ke si om. Soalnya kita janjian di sana. Si om dari cibiru, saya sama puput, dari pagi.

Di jalan dago kebanyakan anak muda banyak cowok muda bersama cewek mudanya. Sebuah pemandangan yang tidak baik bagi perkembangan anak kecil yang sedang saya ajak berjalan-jalan. Saya sih pria. Sudah akil balig juga. Maka dari itu, kami berjalan-jalan saja di kampus.

Saya ajak si puput ke kolam intel. Ada pelangi. Katanya kepingin diambil. Tapi ini masih pagi. Belum banyak. Kapan-kapan lagi diambilnya.


Foto ini adalah do'a. Untuk adikku, Putri Rahmi Nur Kamilah.
Bisa saja 10 tahun lagi blog ini tidak lagi ada. Atau pelangi di kolam intel itu berubah menjadi beton bangunan.
Bisa saja 10 tahun lagi masuk sekolah ini bukan lagi lewat gerbang depan yang tadi dilalui.

Coba kejar.

***

Konser ISO 2013.

Waktu hari kamis ketemu si arina di CC barat. ISO mau ada konser di DTH. Awalnya saya pikir itu Darut TauHid. Ternyata Dago Tea House. Dipikir punya pikir, ini kesempatan terakhir saya nonton konser ISO selagi menjabat sebagai mahasiswa. Waktu itu, dia bilang tiketnya habis. Tapi untungnya diusahain ada oleh arina. Terima kasih sekali untuk 2 tiketnya.

Dua tiket. Buka kontak hp, scroll-scroll nama, gak ada yang memungkinkan buat diajak. Apalagi kontak yang namanya Perkakasku(dot)kom. Saya ingin punya pembantu seperti Mas Anca yang di Malam minggu Miko. Orangnya fleksibel dan mau diajak susah.

Jam 6 sore, saat tiada orang mau menonton berdua, ada nia nyari 1 tiket lagi. Saya jual 1. Sisanya buat nonton sendiri. Tak apa sendiri asal memberi apresiasi.

Jam 7 antrean panjang di depan teater tertutup. Tepat di depan saya sejoli lagi hangat-hangatnya tai kotok romantika. Membicarakan geologi, toksin, dan sejarah pulau Sumatera. Ini hari libur loh. Haram bicara begitu.

Saya duduk di tribun kanan bawah serong kanan baris 3 paling ujung. Ya di situ lah saya nyampah kripik kentang. Di samping saya ada bocah gendut bawa kamera yang tidak dipakai. Dilihat dari tingkah polahnya selama kurang lebih 1 jam, hipotesa saya adalah : anak ini dari kecil dikasih junk food, gak demen musik klasik, pantatnya bisulan. Karena dia gak bisa diam kecuali tertidur. Dan yak dia tertidur ketika konser baru setengah jam. Kelihatannya dia korban pemaksaan kakaknya - yang juga punya 2 tiket tapi ceweknya ngebatalin, dan kakaknya tetep pengen nonton tapi gamau sendiri.

Padahal udah nyiapin settingan kamera 1 tas. Saya hargai panitia, katanya gaboleh foto2 selama acara berlangsung. Jadi pulang-pulang tak bawa dokumentasi. Untungnya ada oleh-oleh : Plink Plank Plunk dari Leroy Anderson. Saya suka punch-lime-nya. 

Akhir kata, biarlah tahun depan menonton konser ini kembali. Terlalu bagus untuk dilewatkan begitu saja. Mau satu ada dua tiket, biar Allah yang memberi jalan. Malam.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...