26.2.14

Those Writing Things

Menguak misteri di balik murkanya seseorang kalau buku catatan pribadinya dibaca-baca orang. Namanya catatan pribadi mungkin hanya untuk pribadi. Kalaupun ditunjukkan ke orang lain, pastilah hanya segelintitr saja dan orang itu tentu sudah dianggap perusahaan asuransinya. 

Mengapa ada yang begitu murka? Mengapa ada yang biasa saja? Karena kejujuran itu mahal harganya. Saya bisa jamin 95% - 99,1 % isi buku catatan pribadi, diary, jurnal, dan apapun itu disebutnya, pastilah isinya bukan untuk direkayasa. Dan apa yang terjadi kalau isinya dibuka-buka macam koran ibukota. Semena-mena jadi makanan publik. Ibaratnya sebuah rumah, fondasinya dibangun dari runutan kata-kata tertentu yang mungkin maksudnya hanya bisa dipahami sendiri. Temboknya terbuat dari pengalaman-pengalaman yang hanya diri sendiri yang mengalami. Dan terakhir dicat dengan cat warna sederhana saja, tidak banyak pulas-pulas sehingga membuatnya menor, norak. Sehingga tulisan itu menjadikannya rumah pelarian yang nyaman. Menyepi dari hingar bingar tulisan-tulisan/cerita/roman yang berlalu lalang di luar sana.

Hidup ini dibuat mudah saja. Tempatkan apa yang seharusnya ditempatkan sesuai pada tempatnya. Begitu kata dunia dan peraturan kota tentang sampah. Saya menyederhanakan jenis tulisan itu menjadi 2 saja. Yang mau di-share dengan tujuan berbagi ilmu, dan yang sifatnya pribadi. Tentu 2 tipe tulisan itu punya tempat masing-masing. Tumblr/medium misalnya. Itu yang saya biasa pakai kalau mau share. Saya bilang share karena ideas worth to shared. Bukan ajang pamer. Dan untuk pamer-pamer gitu saya juga punya tempat lain macam behance/deviantart/facebook. Dan di sini, blog jurnal-jurnalan ini semata-mata ruang kedap suara tempat saya berdiam diri, daydreaming, menyalahkan diri sendiri, dan terkadang mengeluh.

Sekarang kondisinya, di luar sana berkeliaran tulisan-tulisan yang bagus, aneh, lucu, sedih, menye-menye, namun pamornya sebatas di klik "share" saja lalu tenggelam. Ada yang bagus, ada yang dibagus-bagusin, ada yang emang gak bagus tapi pengen bagus jadinya isinya rancu. Narasumber asal-asalan, mengesampingkan fakta, menunjukkan sisi baik seseorang/suatu golongan saja, menjelek-jelekkan pihak tertentu. dan banyak lagi sampah lainnya. Sayangnya, orang kita sudah bisa menulis dan membaca saja sudah dirasa cukup. Apa-apa yang ditulis di situ ditelan bulat-bulat tanpa mau mencari informasi yang benarnya seperti apa. Kalau itu fitnah gimana? Komentar-komentarnya bukannya kritik membangun tapi malah menyudutkan dan berprasangka buruk. Padahal, tau apa.

***

Akhir-akhir ini, banyak tulisan yang memojokkan Islam. Dan tidak sedikit pula orang Islam yang ikut-ikutan memojokkan. Hope things will be alright. 

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...