6.4.14

Acuravovo #2

Jarang-jarang saya menulis jurnal bersekuel. Biasanya hari ini tidak ada hubungannya dengan hari kemarin atau besoknya.


Benang merah postingan ini dengan sebelumnya adalah soal-soal pelarian dari pikiran-pikiran yang mengganggu belakangan. Juga karena jadwal kencan-kencanan malam itu batal. Jadi saya putuskan ikut rombongan kabinet naik Gunung Manglayang (1.818 mdpl). Masih tergolong gunung dengan ketinggian rendah. Jujur saja ini pendakian pertama saya yang benar-benar serius. Tahun lalu pernah ke merapi tapi hanya sampai beberapa ratus meter saja akibat cuaca.


Acara ini digagas oleh mas sos. Tadinya mengajak puluhan orang dari kabinet tapi mendadak tidak jadi. Untungnya dipaksa-paksa supaya jadi. Maka didapatlah 6 orang saja, saya, mifta, akira, sos, topan, ridwan. Ditambah 2 orang temannya si sos yang selama perjalanan ngobrolnya mledak mleduk berbahasa jawa.





Berangkat dari kampus pukul 11.05. Sampai di kaki gunung sekitar jam 12 lewat. Persiapan 15 menit lalu berangkat. Targetnya sih jam 3 atau 4 sudah sampai puncak.

Akses jalan sebenarnya mudah dihafal tapi elevasinya cukup curam. Saya dan akira adalah sama-sama pencaki newbie. Dia bahkan lebih kaget dengan jalur yang harus dilewati itu. Belum lagi serangga-serangga liar yang gigitannya tidak berpendidikan. Tangan kiri saya diserang gerombolan semut liar yang ketika digigit, tangan seperti terkena knalpot motor. Lampu senter habis batere. Jalan baru separo. Kaki banyak keseleo.


Sekitar jam 3 pagi akhirnya sampai di puncak. Kamera hp saya tidak cukup bagus untuk memotret pemandangan langit malam itu. Cantik sekali. Sesekali melihat bintang jatuh. Kami gelar tikar di puncak sambil ngorol-ngobrol ngemil-ngemil. 

Jam 5.23 WIB. Genangan awan di ufuk timur cukup tebal. Saya hanya duduk-duduk sampai mengamatinya berubah warna. Mungkin ini yang dikejar para penakluk gunung. Momen spiritual yang menenangkan. Yang menyenangkan. Saya semakin cinta negeri ini.








Dan akhirnya matahari yang benar-benar terbit itu jam 6.10. Setelah keluar dari balik awan. Masih dingin.





Malam tadi agak ramai. Ada banyak rombongan yang mendirikan tenda di beberapa spot di puncak. Dan ketika sunrise, mereka menuju spot tempat kami singgah. Saya agak gusar dengan attitude beberapa dari mereka, yang sembarangan buang puntung rokok, bekas makanan ringan, dan sampah lain. Dasar kalian pieces of shit, sepotong tai.


Pukul 8.19 mulai turun. Menghindari hujan gunung yang datangnya tak tentu.





Sekitar jam 9 sudah sampai di pos bawah. Lebih cepat tapi lebih menyiksa lutut dan engkel. Simpan tas, nyemal nyemil gorengan lalu istirahat menunggu rombongan yang di tertinggal sambil berkata : mantap kali broo...




 

 ***

Terima kasih hutan, gunung, matahari. Berkat kalian, saya bisa sedikit lega dari hal-hal yang mengganggu. Berkat kalian, acuravovo. Mumpung masih muda, saya menantikan gunung-gunung lain yang bisa ditaklukan. 



No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...