27.7.14

Bukan Benar Bukan Salah

Ketika seseorang beranggapan bahwa dirinya sudah merasa paling benar, sedangkan orang lain--yang berseberangan paham dengannya--dianggap salah, maka ada yang salah dengannya. Ada yang salah dengan pemahaman bahasa kita. Sejak SD, selalu belajar "lawan kata". Benar, lawan katanya : salah. Baik, lawan katanya : buruk. Jujur, lawan katanya : bohong, dst. Dari kecil sudah belajar me-'lawan'. Padahal, inti dari 'lawan' itu adalah perbedaan yang varibelnya amat banyak.

Orang kita, mendengar kata 'lawan' itu dianggapnya tantangan, ngajak ribut, berantem, dihajar. Kalaupun tidak sampai dihabisi, yaa minimal membuat orang yang berseberangan paham dengan dirinya itu menjadi followersnya, yang mengikuti visinya. Takluk kepadanya. Itulah ego kekuasaan.

Jadi jelas, ini soal perbedaan. Dalam hal apa? Jelas banyak. Menghadapi perbedaan itu tidak hanya butuh Intellectual saja, namun juga Emotional, nilai-nilai kemanusiaan, religi, dan rasa. Ada perbedaan antara 'ini benar, dan itu salah' dengan 'ini benar, dan itu belum tentu salah'.

Kedua statement itu hanya bisa terjadi jika subjek pelakunya berimbang dalam kuantiti. 50 orang dibandingkan 40 orang misalnya. Itu masih sebanding. Akan berbeda kejadiannya jika 1 : 23, misalnya. Di sinilah munculnya peribahasa 'karena nila setitik rusak susu sebelanga'. Karena 1 orang yang 'beda' sendiri, dampak pada mayoritas bisa besar. Namanya parasit, walaupun 1 di tengah ribuan inang, dia bisa menyebar cepat dan banyak. Parasit lebih dikenal dengan sifat merusak, buruk, merugikan, dan kalau pada manusia, maka disebut 'orang salah'.

Berbeda dengan orang baik di tengah kumpulan orang-orang yang salah. Di kumpulan itu, banyak yang melakukan perilaku buruk/salah, namun merasa benar dan tenang-tenang saja karena banyak kawan (mayoritas) yang sama-sama salah. Di saat itulah, orang yang melakukan hal benar malah terlihat salah. Berani dan teguh pendirian untuk tetap benar meskipun sendirian dalah hal yang sulit jika belum terbiasa lepas dari ketergantungan pada orang lain. Di sinilah peran kepemimpinan pada diri sendiri.

Jiwa kepemimpinan itu ada pada setiap orang. Memimpin dirinya sendiri. Nilai-nilai seorang pemimpin itu dilihat dari cara dia menghargai orang lain, yang notabene punya juga sifat kepemimpinan akan dirinya sendiri. 

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...