20.7.14

Halte Bis

Seorang pemuda baru pulang larut malam. Merantau di kota besar tidak semudah dia kira. Terkadang ia harus pulang lebih hari esoknya, saat jam menunjukkan pukul 1 dini hari. Yang ia pikirkan hanya pulang. Lelah.

Di sebuah halte ia menunggu bis yang biasa membawanya pulang. Bis yang baru 2 bulan sering ia tumpangi pulang pergi. Begitu akrabnya sampai ia mengenali supir, kondektur, bahkan penumpang yang terlihat sering menumpang bis itu. Seisi bis sudah ia anggap keluarga. Begitu lekat sampai ia enggan berpaling pada bis lain walaupun rutenya sama, atau bahkan patas AC. Terkadang, si pemuda merasa cemburu jika ada penumpang lain yang terlalu akrab dengan supir atau kondektur.

Sampai suatu ketika, ia harus bergegas meninggalkan pusat karena dipindahkan oleh perusahaannya. Pindah ke pinggiran kota dengan fasilitas yang jauh lebih wah. Itu artinya, ia sudah tidak akan lagi menumpang bis yang sama sehari-hari.

Di suatu malam, hari terakhir ia bekerja di pusat kota, ketika bis hanya tersisa satu penumpang saja -- dan itu adalah pemuda itu sendiri -- ia meminta supir bis langganannya mengantarnya ke rumahnya yang baru di dekat kantornya yang baru. Sang supir dan kondektur yang sudah akrab terlihat kebingunan. Satu sisi mereka ingin mengantar karena sudah merasa saudara, satu sisi, ia trauma karena dulu pernah tertipu oleh penumpang yang juga meminta diantar ke tujuan yang bukan rutenya. Meskipun sang pemuda meminta dengan tulus, bis tetap melaju tak tergoyahkan. Si pemuda turun di persimpangan. Berjalan kaki.

Bulan demi bulan berlalu. Meskipun dari kantornya yang baru menuju rumahnya banyak sekali bis, tinggal memilih mau yang mana, karena sama-sama saja tujuannya, ia tetap tidak betah. Supir, kondektur, penumpang, nuansa sekitar sudah berbeda jauh. Sehari-harinya kini hanya berjalan kaki atau bersepeda jika ada keperluan ke mana-mana, meskipun jaraknya cukup jauh.

Sesekali, si pemuda bersepeda melewati rute bis langganannya itu. Ia ingin sekali ikut menumpang, ke mana pun bis itu pergi, ia mau saja. Namun, ia pikir bis itu sudah berbeda lagi nuansanya. Supir dan kondektur yang mungkin lupa. Jadi, belum-belum ia sudah banyak takutnya. Tapi memang begitulah si pemuda. Ia menganalisa kemungkinan. Ia pernah diturunkan di tengah jalan sendirian.

***

Di halte bis lama, si pemuda memarkirkan sepeda. Sambil membawa ranselnya, ia berniat melaju lebih cepat dan lebih jauh ke tujuannya. Yang ada di benaknya hanya pergi lebih jauh dan jauh lagi. Melihat dunia lebih luas lagi. Lantas bis mana yang hendak ia tumpangi? Bis dengan bodi mulus mentereng, interior kelas executive atau bermesin tangguh juga irit? Andaikan ada bis yang memiliki keduanya, akan ia kejar meskipun berlari-lari terseret bis.

***

Sambil menunggu bis semacam itu, ia tentu harus mandi dahulu. Bersihkan diri supaya penumpang lain merasa nyaman duduk berdampingan.Jika agen bis itu menyediakan akses untuk reservasi tiket, si pemuda bisa memesan tiket itu terlebih dahulu. Untuk memastikan agar kursi kosong di bis itu tidak diduduki orang lain. Membawa bekal yang cukup untuk berjaga-jaga jika di jalan nanti sulit menemukan tempat makan. Sukur-sukur lebih. Jadi ia bisa berbagi dengan seisi bis, tidak hanya supir kondektur, namun juga seluruh penumpang. Si pemuda haruslah memantaskan diri terlebih dahulu untuk menjadi penumpang yang layak untuk masuk dalam bis executive itu. Ketika sudah pantas dan persiapan penuh, maka ia tidak ragu untuk menunggu selama apapun di halte bis itu untuk menanti bis termegah yang pernah ia lihat. Sampai waktunya tiba, ia akan naik bis yang memang sudah dipastikan.


***


Waiting...waiting for you tonight
I’m dreaming you are here with me tonight

Someday...I will be by your side
Together we climb mountain across the sea

Believe in me that you want it too
You never let somebody closed to you
Just promise me that you never let me down
none of this gone forever

Believe in me that you want it tooY
ou never let somebody closed to you
Just promise me that you never let me down
Love me till the end of time

Waiting... I gonna closed to you
Every time I see you, what you gonna do
I’m waiting... you gonna closed to me
no matter how the people want to say

Believe in me that you want it too
You never let somebody closed to you
Just promise me that you never let me down
none of this gone forever

Believe in me that you want it too
You never let somebody closed to you
Just promise me that you never let me down
Love me till the end of time
end of time
its time

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...