23.8.14

Singgah Sejenak

Sudah kodratnya, manusia itu penjelajah, pengembara, petualang, dan apapun itu disebutnya. Tujuannya untuk hidup, atau mencari tahu arti hidup itu sendiri.

Dikisahkan 3000 tahun lalu bangsa Hun dari Siberia yang beku. Terkenal kuat karena kemampuannya bertahan hidup di wilayah dingin sekalipun. Sampai pada satu era, mereka bermigrasi melewati Eurasia hingga sampai ke Hungaria. Tujuan mereka untuk mencari padang rumput yang luas untuk makanan ternak-ternak mereka. Lalu mereka sendiri menikmati anggur-anggur dari pohonnya. Dimabuk kenikmatan dunia lalu menjadi bangsa lemah tak berdaya. Mati begitu saja.

Saya kurang begitu jelas dengan kisah itu karena hanya menukil dari buku-buku yang pernah saya baca. Mau googling pun malas kali rasanya. Namun yang ingin saya tekankan adalah pada arti pengembaraan itu sendiri. Perjalanan. Rasa ingin tahu yang bermuara pada tindakan untuk mencari tahu.

***

Pare, Kediri.
Agustus 2014

Baru beberapa hari saya di kota kecil ini tapi sudah banyak 'dosa' yang saya perbuat. Kemarin misalnya, air minum di kosan hampir habis. Selesai makan di RM terdekat, saya memaksa Dewa Galon mencucurkan air minumnya pada botol minum pribadi. Tentu saja tanpa seizin si ibu rumah makan. Atau 'membobol' listrik ibu kosan karena water kettle yang saya nyalakan pagi-pagi demi segelas milo hangat menyedot daya listrik se-kosan. Dua kali kepergok hampir gak bayar : di warung bakso dan swalayan. Itu karena saya yang lupa tapi penjaganya yang ingat. Rencananya, saya akan tinggal di sini 1-2 bulan. Tapi akhir-akhir ini saya merasa malas merencakan hidup. Dan itu ada sebabnya.

Saya adalah seorang sarjana standar. Lulus lebih lama 1 semester dari kawan seangkatan. Sehingga, ketika saya di wisuda, kawan lain mungkin sudah mapan with their settled job. Tadinya, saya pikir itu adalah suatu nilai plus. Lebih lama di kampus untuk menghasilkan karya atau prestasi yang bagus dengan memegang paham "mundur untuk ancang-ancang agar lompatan lebih jauh". Tadinya. Hingga pada satu waktu saya berpikir, apa artinya semua itu jika apa yang direncanakan belum membuahkan hasil. I tought I had my life mapped out.

Ketakutan terbesar dalam perjalanan adalah tersesat. Hilang arah. Seburuk-buruknya kehilangan arah, adalah kehilangan arah pada tujuan hidup. Mau menjalani hidup seperti apa dan ketika mati mau dikenang sebagai siapa. Yang namanya tersesat, pastilah tidak direncanakan, bukan?

***

Dari sini, saya panjatkan do'a-do'a pada Yang Maha Pemberi Petunjuk, semoga perjalanan berikutnya memang membuahkan hasil bagi kebaikan pribadi, ibu, ayah, keluarga. Dan saya harap semua itu adalah buah dari rencana yang memang direncanakan. Iringilah rencana-rencana hidupku dengan rencana-rencana terbaik-Mu.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...