Februari 1
Seharian ini Bandung tak henti diguyur hujan kemarin fine-fine saja. Niatan ngambil gitar pagi hari hanya wacana rumput yang bergoyang. Gravitasi adalah hukum alam yang hanya terasa pada tiap kasur para pemalas. Karena badan bukanlah hp Oppo yg bisa fast charging.
Baru agak sorean saya beranjak ke kitharra, guitar shop punyanya mbak dodo cinnamons itu. Pulang agak telat karena harus berurusan dulu sama rantai motor yang tiba-tiba putus.
***
Febtuari 2
"Widiih keren bener, Bang!" ketika seorang bocah tetangga berpapasan di jalan sewaktu berangkat kerja. Lucu juga sih. Selama ini yang membuat saya mudah berbaur dengan lingkungan sekitar adalah hobi-hobi yang saya gemari. Sepeda onthel jadi sirotab utama. Karena hampir 60%an orang sini minimal melirik saya. Bukan orangnya sih lebih tepatnya sepedanya. Hik. Keuntungan lainnya, ongkos transport 0%.
***
Januari 26.
Saya pulang larut. Memang sudah biasa pulang larut tapi kali ini tidak biasa, ada yang menemani nun jauh di sana. Seorang kawan lama, bahkan bisa dibilang kecengan dari SMP hingga tahun pertama kuliah, yang tak pernah bisa kesampean. Malam ini kami bercerita lagi, dia bercerita lagi, saya tidak. Tentangnya yang didekati seorang pria yang hendak serius dengannya.
***
Februari 4
Kalau bukan karena perbincangan sore tadi bersama duo ustad
kantor, mungkin tidak akan bercermin kembali soal pribadi saya selama kurang
lebih 24 tahun ini. Mungkin saya tidak akan kembali mengingat siapa saya dan
dari mana saya berasal. Kalau bukan karena obrolan sore tadi, saya tidak akan
bela-belain memaksa mata tetap melek dalam kondisi kantuk luar biasa begini.
Akhir-akhir ini suasana kantor terasa begitu muram.
Entahlah. Mungkin karena terlihat mendung, atau karena focus pekerjaan yang ngalor
ngidul. Buat saya mungkin seperti itu karena yang saya kerjakan di kantor masih
belum jelas kepastian ke depannya alias proyeknya masih belum deal. Ya gitu
deh. Pusing. Hampir tiap istirahat makan siang saya selalu pulang ke kontrakan.
Entah itu Cuma ngecek cucian atau tiduran. Si Bang Rohman sakit meriang
katanya, sudah 4 hari gak masuk. Saya jenguk ke kosannya masih selimutan. Di
sampingnya ada sebuah buku. Judulnya “Menjadi Laki-laki”. Isinya bukan
kisah-kisah seorang bencong yang ikutan acara Be A Man kok bukan. Itu sih beda
lagi. Di buku itu banyak sharing ilmu dari penulisnya untuk para pembacanya
terutama laki-laki. Kenapa saya bilang ‘sharing’ karena buku ini bukan buku
yang mendikte. Tau sendiri lah laki-laki memang enggan didikte.
Banyak ilmu soal kehidupan di masa sekarang dan masa mendatang ketika sudah
berkeluarga. Karena menjadi suami bukanlah menjadi seseorang yang mencari uang
untuk kebutuhan keluarga saja tapi yaa gitu deh. Cukup banyak tertera di buku
ini dan Insya Allah akan saya tulis reviewnya kalau sudah beres.
Balik lagi ke perkara sore tadi. Awalnya saya hanya iseng
bertanya ke Pak Zaenal sepulang kerja. Doi seorang ustad yang juga anak ketua
RT. Gak ada hubungannya sih. Kebetulan dia lagi main-main hp doang. Pertanyaan
saya soal ta’aruf sepertinya mengalihkan perhatiannya dari smartphone
canggihnya ke topic saya. Saya ceritakan kronologisnya kemudian beliau
menanggapi dengan lugas. Tak seberapa lama kemudian muncul Pak Ginting. Beliau juga pakar dalam bidang ini karena
dulunya pernah menjadi mentor Hitmansys.
Kami ngobrol banyak. Tepatnya Pak Ginting yang lebih banyak,
karena saya cuman iya-iya saja. Seandainya kapasitas memori saya masih banyak
dan fresh, saya sangat ingin merekam semua isi pembicaraan itu sepenuhnya tanpa
interupsi. Sayangnya hanya beberapa yang saya tangkap:
- Ikhtiar itu sebetulnya bukan berarti
mengusahakan. Ikhtiar itu memilih, karena segala yang kita inginkan sudah
Allah beri dan tinggal kita memilih.
- Seorang laki-laki akan memilih pasangan yang
karakternya identic dengan ibunya karena ia melihat bagaimana ibunya
memperlakukan ayahnya dan anak-anaknya. Seorang perempuan akan memilih pasangan
yang karakternya identic dengan ayahnya karena ia melihat bagaiman ayahnya
memperlakukan ibunya dan anak-anaknya.
- Shalat Istikharah adalah jawaban atas segala
keraguan, pilihan. Jawaban yang didapat tidak selalu dari mimpi, tapi ada juga
kecenderungan, bahkan kecenderungan adalah jawaban yang hampir paling obvious.
Mungkin saja suatu kejadian yang tak terduga yang tak pernah disangka-sangka.
- Shalat Dhuha adalah shalat untuk rezeki, jodoh,
karena ada doa-doa yang ‘memaksa’,’ngotot’ tapi Allah senang jika seseorang
banyak berdo’a padanya. Jangan sombong. Selalu minta pertolongan pada-Nya.
Emang situ bisa ngurusin sendiri?
Saya lupa yang lainnya. Kalau saya ingat akan ditambahkan
nanti. Sekarang sudah amat sangat
teramat sikat kawat si mamat cepat kilat ngantuk. Gawat kalau kerja kelewat. Sampai jumpa.
No comments:
Post a Comment