5.2.15

Obrolan Ini akan Menjadi Cerita Masa Depan

 Februari 1

Seharian ini Bandung tak henti diguyur hujan kemarin fine-fine saja. Niatan ngambil gitar pagi hari hanya wacana rumput yang bergoyang. Gravitasi adalah hukum alam yang hanya terasa pada tiap kasur para pemalas. Karena badan bukanlah hp Oppo yg bisa fast charging.    

Baru agak sorean saya beranjak ke kitharra, guitar shop punyanya mbak dodo cinnamons itu. Pulang agak telat karena harus berurusan dulu sama rantai motor yang tiba-tiba putus.

***

Febtuari 2

"Widiih keren bener, Bang!" ketika seorang bocah tetangga berpapasan di jalan sewaktu berangkat kerja. Lucu juga sih. Selama ini yang membuat saya mudah berbaur dengan lingkungan sekitar adalah hobi-hobi yang saya gemari. Sepeda onthel jadi sirotab utama. Karena hampir 60%an orang sini minimal melirik saya. Bukan orangnya sih lebih tepatnya sepedanya. Hik. Keuntungan lainnya, ongkos transport 0%.

***

Januari 26.

Saya pulang larut. Memang sudah biasa pulang larut tapi kali ini tidak biasa, ada yang menemani nun jauh di sana. Seorang kawan lama, bahkan bisa dibilang kecengan dari SMP hingga tahun pertama kuliah, yang tak pernah bisa kesampean. Malam ini kami bercerita lagi, dia bercerita lagi, saya tidak. Tentangnya yang didekati seorang pria yang hendak serius dengannya.

***

Februari 4

Kalau bukan karena perbincangan sore tadi bersama duo ustad kantor, mungkin tidak akan bercermin kembali soal pribadi saya selama kurang lebih 24 tahun ini. Mungkin saya tidak akan kembali mengingat siapa saya dan dari mana saya berasal. Kalau bukan karena obrolan sore tadi, saya tidak akan bela-belain memaksa mata tetap melek dalam kondisi kantuk luar biasa begini.

Akhir-akhir ini suasana kantor terasa begitu muram. Entahlah. Mungkin karena terlihat mendung, atau karena focus pekerjaan yang ngalor ngidul. Buat saya mungkin seperti itu karena yang saya kerjakan di kantor masih belum jelas kepastian ke depannya alias proyeknya masih belum deal. Ya gitu deh. Pusing. Hampir tiap istirahat makan siang saya selalu pulang ke kontrakan. Entah itu Cuma ngecek cucian atau tiduran. Si Bang Rohman sakit meriang katanya, sudah 4 hari gak masuk. Saya jenguk ke kosannya masih selimutan. Di sampingnya ada sebuah buku. Judulnya “Menjadi Laki-laki”. Isinya bukan kisah-kisah seorang bencong yang ikutan acara Be A Man kok bukan. Itu sih beda lagi. Di buku itu banyak sharing ilmu dari penulisnya untuk para pembacanya terutama laki-laki. Kenapa saya bilang ‘sharing’ karena buku ini bukan buku yang mendikte. Tau sendiri lah laki-laki memang enggan didikte. Banyak ilmu soal kehidupan di masa sekarang dan masa mendatang ketika sudah berkeluarga. Karena menjadi suami bukanlah menjadi seseorang yang mencari uang untuk kebutuhan keluarga saja tapi yaa gitu deh. Cukup banyak tertera di buku ini dan Insya Allah akan saya tulis reviewnya kalau sudah beres.

Balik lagi ke perkara sore tadi. Awalnya saya hanya iseng bertanya ke Pak Zaenal sepulang kerja. Doi seorang ustad yang juga anak ketua RT. Gak ada hubungannya sih. Kebetulan dia lagi main-main hp doang. Pertanyaan saya soal ta’aruf sepertinya mengalihkan perhatiannya dari smartphone canggihnya ke topic saya. Saya ceritakan kronologisnya kemudian beliau menanggapi dengan lugas. Tak seberapa lama kemudian muncul Pak Ginting.  Beliau juga pakar dalam bidang ini karena dulunya pernah menjadi mentor Hitmansys.

Kami ngobrol banyak. Tepatnya Pak Ginting yang lebih banyak, karena saya cuman iya-iya saja. Seandainya kapasitas memori saya masih banyak dan fresh, saya sangat ingin merekam semua isi pembicaraan itu sepenuhnya tanpa interupsi. Sayangnya hanya beberapa yang saya tangkap:

 -  Ikhtiar itu sebetulnya bukan berarti mengusahakan. Ikhtiar itu memilih, karena segala yang kita inginkan sudah Allah beri dan tinggal kita memilih.
- Seorang laki-laki akan memilih pasangan yang karakternya identic dengan ibunya karena ia melihat bagaimana ibunya memperlakukan ayahnya dan anak-anaknya. Seorang perempuan akan memilih pasangan yang karakternya identic dengan ayahnya karena ia melihat bagaiman ayahnya memperlakukan ibunya dan anak-anaknya.
- Shalat Istikharah adalah jawaban atas segala keraguan, pilihan. Jawaban yang didapat tidak selalu dari mimpi, tapi ada juga kecenderungan, bahkan kecenderungan adalah jawaban yang hampir paling obvious. Mungkin saja suatu kejadian yang tak terduga yang tak pernah disangka-sangka.
- Shalat Dhuha adalah shalat untuk rezeki, jodoh, karena ada doa-doa yang ‘memaksa’,’ngotot’ tapi Allah senang jika seseorang banyak berdo’a padanya. Jangan sombong. Selalu minta pertolongan pada-Nya. Emang situ bisa ngurusin sendiri?


Saya lupa yang lainnya. Kalau saya ingat akan ditambahkan nanti. Sekarang sudah  amat sangat teramat sikat kawat si mamat cepat kilat ngantuk. Gawat kalau kerja kelewat. Sampai jumpa.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...