21.5.15

Sakit Mata Ada Obat Mata

Sakit mata ada obat mata. Sakit hati dibawa mati. Begitu kata pepatah. Saya mengalami keduanya bersamaan kemarin.

***

Kisah setiap manusia di muka bumi tidak ada yang sama betul. Tidak ada. Hanya terkadang kita saja yang mencoba memirip-miripkan kisah kita sendiri dengan kisah orang lain agar drama. Berhentilah membandingkan kehidupan sendiri dengan orang lain. Happiness is a state of mind. Find your own.

Tidak akan ada kegembiraan jika terus larut dalam pedih peri. Memang pedih peri itu masih terasa sampai saat ini, maka dari itu saya menulisnya. Biasanya setelah ini, risau dan kegelisahan ini tuntas tas tas taaas.

***

Ini tentang saya yang mencoba kembali pada cinta lama yang pernah 'nyoco' (Sansekereta sama Juwita Bahar). Kalau dalam bahasa Indonesia artinya 'menggigit'. Saya tegaskan cinta, karena kalau sekedar suka saja tidak akan se-abadi ini. Cinta yang tidak pernah dicoba untuk diperjuangkan menuju tahap selebihnya. Adapun usaha untuk memperjuangkannya hanya satu pihak saja yaitu saya sendiri. 

Mungkin ini karena saya terlalu arogan sebagai manusia. Arogan karena merasa terlalu yakin dengan kemampuan sendiri. Arogan karena merasa serba tahu tentang kehidupan orang lain. Arogan dari Middle Earth Lord of Dering. Padahal seharusnya, saya menyerahkan segalanya pada Yang Maha Kuasa akan segala hal. Padahal seharusnya, saya tidak sombong karena ada Yang Maha Mengetahui segala hal.



***

Let’s just straight to the point. Semalam saya berusaha menyatakan kembali apa yang saya rasakan pada seorang perempuan cantik menurut 4 orang : ayahnya, bundanya, dirinya, aku. Seorang teman lama. Yang sudah saya kenal sejak SMP. Sudah hampir 2 bulan ini kami kembali berkomunikasi. Kalau bukan cara komunikasi yang seperti ini, saya mungkin tidak akan menyatakan perasaan se-vulgar itu. Ini bukan cara komunikasi antar teman biasa. Bukan pula sahabat. Ini, menurut saya, yang mungkin menurut kaum pria kebanyakan, adalah sebuah tanda, atau jaman sekarang lebih dikenal dengan istilah KODE, bahwa perempuan tersebut sedang membuka hatinya.

Tidak wajar jika seorang perempuan yang dulu pernah dekat, menjauh , lalu dekat kembali, jauh lagi, mundur lagi, maju mundur cantiiik, cantiik.. menceritakan kisah asmaranya pada pria yang dulu terang-terangan menyukainya : aing. Tidak wajar. Bercerita tentang seorang pria yang melamarnya yang kemudian ia tolak, bercerita tentang keinginannya untuk menjalin hubungan serius dalam waktu dekat, dan semua hal berbau hubungan kecuali arus pendek. Semua itu rasanya tidak masuk akal jika hanya menganggap lawan bicaranya sebagai teman biasa. Bagi saya tidak masuk akal, karena percakaan seserius ini bukan konsumsi saya yang jelas mengharap dirinya. Tapi memang begitu adanya. Dia anggap itu sekedar curhatan teman biasa. No less no more. Ai kamu Duo Maya gituh? Teman tapi nyeri-nyeri teuing.

Lain halnya saya. Sebagai laki-laki normal, saya tentu merasa terpancing dengan situasi yang ia ciptakan. Berusaha menjalin kembali komunikasi dan memungut remah-remah perasaan masa lalu. Tidakkah itu wajar?

Benar saya terlalu arogan, mengatakan bahwa saya tahu banyak soal dirinya sedangkan ia belum tentu tahu banyak soal saya. Baru-baru saya sadar kalau perkataan saya adalah level kesombongan tertinggi. Allah Maha Tahu. Dan saya menyesali perkataan itu.

Perhaps we do really want something  that it’s bad for us. And perhaps we do really hate something that it’s good for us. Allah Maha Tahu sedangkan kita tidak.

Menyusun puzzle itu ada 2 cara. Pertama dilihat dulu potongannya. Jika kelihatannya tidak cocok ya berarti tidak akan masuk. Kedua, dicoba. Ini adalah tahap berikutnya setelah melihat. Saya yang selama ini ternyata hanyalah potongan yang dilihat olehnya saja sudah ketahuan tidak cocok. Mau sekeras apapun saya memperbaiki bentuk puzzle saya, ketika saya rasa sudah cocok, kalau si perempuan sudah merasa tidak pas, itu pertanda sudah saatnya ditinggalkan. 

Sore tadi menonton youtube hikmah.co.uk Syaikh Ali Hasan. Alhamdulillah cukup menginspirasi dan membuka pikiran.

Kalau kita, para lelaki menginginkan seorang perempuan yang skalanya 9/10, berkacalah dan perbaiki diri untuk menuju pria 9/10. Yang baik untuk yang baik pula. Dan begitu pula sebaliknya. Dan satu lagi, doa sholat istikharah. Jika sesuatu/seseorang itu baik bagiku, dekatkanlah Ya Allah. Dan jika sesuatu/seseorang itu buruk bagiku, jauhkanlah, buat aku lupa perasaan-perasaan padanya dengan keajaiban-Mu. 

***

Dan seperti biasa, penolakan seperti ini saya ambil hikmahnya. Menelan obat itu pahit memang, tapi menyembuhkan. Cukup banyak penolakan membuat saya bersyukur. karena saya sadar, sekeras apapun saya berusaha memperbaiki diri dan mengusahakan, hanya Allah yang memberi keputusan. Ada baiknya sering-sering patah hati begini jadi dekat dengan Tuhan. Tapi jangan kebanyakan juga sih.

Life keeps on turning. Anjir pidato weh jug lah di Lapang adu bagong.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...