19.5.15

Pendakian Ganda

Awal Mei.

Jarak Kontrakan - Sentul dengan Kontrakan - UI itu jauh mana? Malam-malam saya berdebat dengan orang-orang belakang soal ini. Besoknya saya berencana mengayuh sepeda agak jauh dalam rangka persiapan fisik sebelum naik gunung long weekend mendatang.

Keputusan akhirnya, saya menuju Universitas Indonesia Depok. Jaraknya sekitar belasan kilometer.



Jalanan UI cukup seru untuk bersepeda atau sekedar jogging-jogging imut. Tempatnya masih banyak pepohonan rindang nan asri. Pagi itu, saya tidak menemukan goweser yang mengendarai sepeda sejenis. Mungkin lain kali bertemu.

Mei, 12.

Sore-sore sepulang kerja saya bergegas menuju Bandung. Panjang ceritanya kenapa saya tiba-tiba ke Bandung setelah jauh-jauh hari merencanakan pendakian ke Gunung Gede. Semua ini karena 2 hal : pertama saya kurang gesit mengurus simaksi. kedua, karena mengurus simaksi harus datang langsung ke Cibodas which is puluhan kilometer dari sini. Agak repot. Mungkin sudah ada yang pernah menanyakan hal ini : Kenapa tidak di scan saja lalu kirim via email sih? Tapi entahlah. itu kebijakan sana.

Sampai di Bandung jam 10 malam. Jam 11 pamitan ibu, saya hendak ke Garut, berdua sama si Iik Citro karena 2 orang lagi membatalkan keberangkatan di injury time. Bagi saya, itu pelecehan hakiki. Tidak ada obat untuk me-restore kepercayaan saya pada orang-orang macam itu selain alasan yang make sense.

Mei 13

Sekitar jam 1 dini hari sampai di Terminal Guntur. Di sana bertemu sekelompok anak muda lain yang berencana naik ke Cikuray. Tak lama, ada pula rombongan lain hendak ke Papandayan. Saat itu pula, saya dan si Iik memutuskan untuk ke Papandayan saja.

Sok kuat. Dari pintu Cisurupan, kami bersama rombongan anak muda Bekasi memutuskan untuk mencoba jalan dari sana, dengan alasan menikmati udara pagi dan bintang-bintang. Eek. Baru beberapa kilometer sudah ambruk. Ha ha. Di sebuah pertigaan kami memutuskan untuk naik angkutan saja sampai atas.

Jam 4 subuh sampai pos awal. Saya mencoba tidur terlebih dahulu di warung kopi sebelum memulai pendakian. Jam 6 pagi bangun. Mencicipi api unggun sebentar lalu berganti pakaian. Dari jauh saya lihat ada sebuah menara tua. Semacam menara pemantau. Sudah tidak beroperasi dan banyak karat sana sini. Saya coba naik. Hampir terperosok karena menginjak salah satu anak tangga yang rapuh. Mengambil beberapa foto dan berjemur sebentar lalu turun. Sudah ditunggu kawanan.





View dari tower

Cerita pendakian
Kurang lebih seperti cerita di blog-blog yang bertebaran di sana lah. Yang diisi dengan kata-kata indah mutiara memuja indahnya alam ini.









Malam hari agak sulit tidur karena siagnya cukup puas. Jam 10 masih membuka tenda dan mencoba mengambil foto bintang-bintang dan Milky Way-nya tapi apa daya kameranya sudah rabun jauh. Batere HP masih agak penuh. Buka-buka gallery ada foto orang-orang. Saya ambil salah satu untuk coba digambar mengisi waktu sampai kantuk datang. 

Pagi-pagi di puncak. Saya agak anti melakukan ritual ini : menulis ucapan-ucapan manis di kertas lalu berfoto dengan latar balakang pemandangan. Saya foto seperlunya saja dan semoga bermanfaat untuk memotivasi orang lain.



Mei, 14.

Turun gunung lalu pulang ke Bandung bawa senang.

Mei 15.

Meluncur ke Bogor untuk besoknya rekreasi bersama tetangga-tetangga ke Curug Cilember Bogor. Keesokan harinya, saya dan rombongan tetangga konvoi motor dari kontrakan ke Cisarua. Jauh sekali. Sampai di sana pun hampir tak kebagain tempat saking penuhnya sama pengunjung.

Jadi, di sana ada beberapa Curug (Air Terjun). Kalau tidak salah ada 7. Kami buka matras di curug paling bawah. Setelah makan siang, saya sama si Mirfa naik ke atas lagi. Katanya di atas masih banyak curug. Saya sampai duluan ke Curug  6. Si Mirfa nyusul sepuluh menit kemudian. Dari situ, saya naik lagi ke atas mencari curug-curug selanjutnya. Dan ini seperti mendaki gunung lagi. Treknya agak terjal ditambah jalanan licin. Untung saya pakai sepatu yang sama ketika dipakai kemarin ke Papandayan. Saya heran melihat anak-anak muda yang juga naik ke atas pakai sneakers, sendal jepit, nyeker, bahkan wedges. Ya itu urusan pribadi lah kalau ada cedera-cedera. Saya sih ngasih tau saja dan memberi contoh.

Makin atas jalanan makin tidak keruan. Niatnya mau sampai curug 1. Saya hanya bawa kamera dan HP tanpa air minum. Menyadari saya satu-satunya orang yang mendaki sampai atas, dan tidak ada orang lagi, saya putusnya untuk turun saja ke curug 2. Baru-baru saya tahu dari orang situ kalau curug 1 itu tidak ada. Terakhir curug 2. Facepalm. Tapi saya puas mendaki sampai atas. 

And that's a wrap. Long weekend berkualitas ala Ardhyaska Amy.




No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...