4.5.15

Mayday Made My Day

April 23

A : Karoke yuk!
B : Ah males. Kayak yang suara lu bagus aja.
A : Karena suara gue toa mesjid makanya korekan. Kalo bagus, suara gue saingan ama sheila majid.

Malam itu, sepulang kerja.
Harusnya saya tak percaya omongan si Rohman. Musyrik. Di meja reservasi, dia cuap-cuap sama mbak-mbak petugasnya. Saya sih tau jadi saja karena tidak tahu juga SOP bernyanyi di tempat ini. Selesai cuap-cuap, si Rohman bilang "jadi ini karokenya gratis. kita cuma bayar makan seharga 200 rebu, ntar kita dapet jatah karoke 2 jam gratis. Pokoknya makan aja seharga 200 rb". Sampai situ, saya masih mengerti.

2 jam kegilaan berlalu. Bill yang saya terima diluar dugaan para dewa karaoke. Harganya jadi 2 kali lipat. Ternyata, harga karoke dan makan adalah kutub utara dan selatan. Tidak ada istilahnya bayar makan dapet karoke 2 jam gratis. Gratis my ass.

But at least we've had so much fun all over the night.





***

April 26.

Kabar-kabar si Hasbi dan Nydia mau keluar mulai terdengar gaungnya. Ada wacana mereka mau traktir  either nonton or makan-makan. Saya harap sih keduanya berjalan simultan. ekekek. Senin malam bersama rombongan haji menuju mall ternama di Cibinong. Nonton Apenjer.


Sudah hampir sebulan - si Bonthel - Harley Davidson kebanggaan saya ngejungkruk di kontrakan. Saya kira karena gear depan yang bengkok. Mumpung hari itu ada pemadaman listrik dari jam 10 - 3 sore, saya kerahkan segenap kemampuan dan niat untuk menggiring si bonthel ke bengkel terdekat.

Jam 11 siang. Banyak rumor bilang bahwa di sekitar Pasar Pucung terdapat seorang kiyai sepeda yang sakti mandraguna yang mampu mengobati berbagai macam penyakit sepeda dari yang muda sampai yang tua. Saya bertemu dengannya. Dengan membacakan ayat-ayat permohonan, saya utarakan maksud kedatangan. Tampang cina logat betawi. Sekali lirik, dia tau masalahnya. Tapi sayangnya, dia enggan ambil resiko memperbaikinya. Karena ada kemungkinan rusak berkelanjutan. Paling diganti dengan yang baru. Dia tak punya. Saya pasrah. Di akhir pertemuan singkat itu, pak tua memberi wejangan. Sekitar 400 meter dari tempatnya ada seorang anak muda yang juga sakti mandragade. Saya disarankan ke sana. Baiklah.



Berjalan ke arah timur sejauh setengah kilo di siang bolong demi bertemu si pemuda sakti. Sedikit lagi saya hampir menjadi biksu tong. Untunglah bertemu si pemuda ini sebelum saya jadi biksu gosong. 

Ajaib!! Dalam waktu kurang dari 10 menit itu gear sepeda bisa lurus kembali. Lurus ke jalan yang benar. Dengan senyum bangga, saya bayar ceban lalu maju jalan. Ternyata oh ternyata itu hanya bertahan sejenak saja. Setelah itu, musibah rantai copot kembali terulang tepat di tanjakan setan. Kudoronglah itu si Bonthel dengan sepenuh hati, niatnya sampai tukang las, biar saya las saja gearnya biar tak copot-copot lagi bang.

Tetot. Saya lupa kalau sedang ada pemadamam listrik se-kampung sawah. Saya bawa saja ke kantor. siapa tahu ada bantuan.

Alhamdulillah ada Pak Irwan, Bang Ndil sama si Robi. Ternyata itu sepeda harus ganti bearingnya sepasang. Jam 2 siang, sepeda pulih kembali. Belum total sih, tapi sudah bisa mengantar jemput pemiliknya kemana pun ia mau. Rencananya, longweekend terdekat saya hendak ke Bandung. Beli-beli parts yang akan merestorasi kemampuan si Bonthel ini.

***

Pesta bujang. Si Hasbi officially accepted di Honda Jepang. Kampret emang tu anak. Di hari-hari terakhirnya di perusahaan ini, dia mamu memberi kenang-kenangan manis semanis semangka dan duren yang dia bawa malam itu. Hasilnya, malam itu ada pesta duren kecil-kecilan dan makan ayam juga. Arigatou Hasbi san!


***


 Mei 1.

Dari jauh-jauh hari, jauh sekali bahkan, sudah saya rencanakan kado yang hendak saya berikan ke ibu atau nenek di Bandung : Mesin cuci.

Jumat sore saya bicarakan pada mereka. Tinggal berangkat sih, tapi satu hal yang membuat saya bangga punya ibu dan nenek seperti mereka adalah : mereka minta Al-Qur'an ukuran besar yang ada terjemahnya saja. ((cirambay)).

Sore hari jelang malam, saya ajak ngedate si ibu. Awalnya cuma mau nyari Al Quran dan liat-.liat mesin cuci. Eh pulangnya alhamdulillah bisa bawa jaket, HP android buat ibu, dan HD eksternal si Abeng. Mesin cuci masih saya cari yang harganya mendingan tapi kualitas mentereng. Semoga saja ada rejekinya.


Mei 2.

Sabtu pagi. Tadinya, saya hendak lari pagi di Saraga. TADINYA. Untung saya hanya berencana pada diri sendiri. Coba kalau ke orang-orang. Sudah dimaki-maki mungkin karena saya batalkan mendadak. Sebagai gantinya, saya mau ajak jalan jalan si Dek Alfan ke kosambi sambil nyari sepeda. Ada beberapa yang menarik hati dan hampir saya jadi membelinya. Tapi memikirkan cara membawanya membuat saya pikir ulang. Dan saya merasa bersyukur tidak jadi membeli sepeda saat itu juga. Karena terkadang keinginan itu hanya terasa saat itu saja. Setelahnya terasa biasa saja. Lain halnya jika sepeda itu suatu kebutuhan.

Pulang menjelang Dzuhur. Beli ice cream lalu pulang. Tertidur di Angkot sampai pulang minta digendong karena masih ngantuk. Tapi anak laki-laki tidak boleh manja. Saya suruh jalan, dia mau juga.



Malam harinya, si Abeng ke rumah. Sekalian ambil Hardisk sekalian cerita-cerita. Jam 7an menuju warung roti bakar, sekedar cari angin dan melanjutkan obrolan. Dia cerita soal kisah cinte-cintenya baik yang offline maupun online. Cerita onlinenya, dia koar-koar soal pengalamannya pake aplikasi matchmaker. Guess what? It's Tinder. Aplikasi yang dulu pernah saya kutuk keberadaannya. Ha ha. Lucu sekali. Saya tidak tertarik.

Cerita offlinenya, dia sedang dibuai asmara sama kawan SMA. Seorang Dokter. Saya tahu orangnya tapi enggan saya sebut di sini. Tunggu saja sampai dia mengkongkritkan statusnya. Pesan Keju campur roti susu dan kopi lalu pulang sejam kemudian. Saya ada agenda rapat Karangtaruna.


Datang terlambat. Rapat seudah berakhir. Isinya tentang ersiapan Isra Mi'raj yang rencananya akan diadakan akhir bulan Mei ini. Sedikit drama sesama ustad yang juga adik kakak membuat segalanya tersendat-sendat. Kita lihat saja kelanjutannya. Untuk sementara, persiapan ini saya pantau jarak jauh. Mohon maaf.


Pulangnya melaksanakan ritual malam minggu : main kartu dan nasi goreng.



***

Mei 3.

Pulang ke Bogor membawa seperangkat alat mendaki dan parts Onthel hasil hunting tempo hari. Totalnya muat dalam keril 70 liter. Hasilnya cukup memuaskan. Si Bonthel gagah kembali. Malam itu, motor Vixion si Robi tidak masuk kontrakan. Mungkin dia minder bersanding denganmu, Bon. Bahkan Ninja sekalipun minder.


No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...