7.11.17

Semut Ibrahim vs. Cicak Namrud

Dari Abu Hurairah Ra. ia berkata: 

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, "Akan datang suatu zaman saat itu orang yang beriman tidak akan dapat menyelamatkan imannya, kecuali bila dia lari membawanya dari puncak bukit ke puncak bukit yang lain dan dari suatu gua ke gua yang lain. Maka apabila zaman itu telah tiba, segala mata pencarian (pendapatan kehidupan) tidak dapat diperoleh kecuali dengan melaksanakan sesuatu yang menyebabkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Apabila ini telah terjadi, maka kebinasaan seseorang adalah dari sebab mengikuti kehendak isteri dan anak-anaknya. Kalau ia tidak mempunyai isteri dan anak, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak kedua orang tuanya. Dan jikalau orang tuanya sudah tidak ada lagi, maka kebinasaannya dari sebab mengikuti kehendak familinya atau dari sebab mengikuti kehendak tetangganya". Sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, apakah maksud perkataan engkau itu?" (kebinasaanseseorang karena mengikuti kemauan isterinya, atau anaknya, atau orang tuanya, atau keluarganya, atau tetangganya). Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, "Mereka akan menghinanya dengan kesempitan kehidupannya. Maka ketika itu lalu dia menceburkan dirinya di jurang-jurang kebinasaan yang akan menghancurkan dirinya." (HR. Baihaqi).
Diselidik-selidik, ada sih beberapa orang yang sebenarnya sudah tau dan paham perkara-perkara yang diharamkan dalam agama tapi karena mengikuti kemauan isteri, anak, orangtua, sanak famili atau tetangganya, dia sanggup menceburkan diri ke dalam jurang kemaksiatan demi memuaskan hati mereka..plung! Naudzubillahi Min Dzalik Tsumma Nau'dzubillahi Min Dzalik.

Itu salah satu nubuat Rasulullah soal tanda-tanda akhir zaman. Masih banyak lagi hadist lain menyangkut hal itu. Nanti saja dibahasnya kalau ada masanya. Tadinya saya mau bahas yang lain lagi tapi akhir-akhir ini postingan di media sosial membuat saya banting setir tema tulisan kali ini.

***

Rentetan kejadian demi kejadian belakangan ini membuat saya agak waspada mengemudikan diri dan keluarga. Sudah saatnya benar-benar menunjukkan jati diri, menunjukkan kita di posisi mana, kawan atau lawan. Polarisasi bangsa yang makin kental tanpa ada mediasi dari pemerintah, membuat masyarakat ambil alih berbagai kebijakan, bahkan secara individual, anggapan merasa benar bersumber dari nalarnya sendiri, tidak didasarkan pada aturan perundang-undangan yang berlaku. Chaos? Bisa jadi. Tergantung polarisasi semacam apa yang bakal terjadi nantinya. Suriah dan beberapa negara timur tengah sudah merasakan dampak polarisasi ini. Dari pantauan sampai sekarang, skenarionya bisa dipersingkat seperti ini :
Trigger
Devide et Impera
Demolish
Conquer.
Trigger, atau pemicunya seudah jelas luapan kemarahan rakyat atas kekalutan yang terjadi di dalam negara. Lalu ada pihak-pihak yang memanfaatkan momentum itu untuk mengadu domba bangsa khususnya pribumi. Polarisasi mencapai titik nadirnya tinggal menunggu bom waktu saja. Lalu dengan tindakan represif, pihak-pihak yang awalnya menuntut keadilan, disisihkan secara perlahan, kalau cara halus tidak mempan, baru cara 'berat', let say peperangan. Dalam perang, akan ada pihak yang menang dan kalah. Itu sebuah keniscayaan. Para penyulut yang awalnya ngomporin bangsa buat adu domba ini akan mendompleng pihak pemenang untuk take over kemudian negara ini terutama di lini-lini pemerintahan. Voila, mereka akan menguasai dan mengemudikan sebuah negara kemanapun mereka mau, sesuai hasrat dan nalar mereka. Pernah saya tulis di tulisan sebelumnya tentang metoda Donald Trump. Mirip sekali. Hanya saja untuk saat ini, kubu-kubu ini belum menunjukkan diri seutuhnya, walaupun tabir-tabirnya sudah mulai tersingkap perlahan. Kalaulah kubu pemenang yang ini nantinya masih berlandaskan agama, maka bentuk pemerintahan pastilah berupa khalifah, sedangkan di luar itu, bisa saja menjadi liberalis, komunis, sosialis, dan is is yang lain yang pasti bukan is is dahlia.

***

Berkaitan dengan hadist di atas, saya sendiri dalam masa gamang. Dengan ilmu dan kesiapan menghadapi dinamika zaman. Kalaulah memang harus ada konfrontasi, tentunya perlu tegas dalam keberpihakan. Janagn-jangan nantinya saya berada di pihak yang Allah murkai. Naudzubillah. Nah ini dia kegelisahan akhir-akhir ini. Menentukan posisi keberpihakan itu pengennya dilihat dari kacamata Allah saja. Kalaulah menurut-Nya, posisi saya bersama orang-orang yang Ia senangi, saya beruntung. Kalau tidak? Rugilah saya. Makanya masih perlu banyak ilmu dan amal supaya saya ditempatkan bersama orang-orang yang Allah senangi meskipun ditinggalkan makhluk. Saya teringat kisah semut dan cicak ketika Nabi Ibrahim Alaihissalam dibakar raja namrud. Kisah ini pernah dijadikan analogi kubu-kubu tertentu dalam sebuah kasus yang ditangani KPK. Lupa kasus yang mana.



Dikisahkan ketika Nabi Ibrahim as dilempar hidup-hidup ke kobaran api yang disiapkan oleh Namrud, ada dua ekor binatang yang turut berpihak dan berkontribusi baik terhadap Nabi Ibrahim as maupun kepada Namrud. Kedua binatang tersebut adalah semut dan cicak.

Singkat cerita, seekor semut berlari-lari dengan susah payah berusaha memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim as dengan membawa butiran air di ujung mulutnya. Perilaku semut tersebut membuat semua binatang heran dan bertanya-tanya, sehingga seekor burung bertanya.

Burung : "Eh semut, lu ngapain di kobaran api?"
Semut :  "Gua mau matiin ni api biar Nabi Ibrahim as gak kebakar!"
Burung : "Gak mungkin laah setetes air yang ada di mulutmu bisa matiin api segede itu."
Semut : "Emang air ini gak bakal bisa matiin api segede itu, emang! Tapi gua gini-ginian seenggaknya semua bakal tau gua di pihak mana."

Di sisi lain, ada si cicak malah ikut meniup api yang dibuat oleh Namrud agar semakin membesar. Memang tiupan cicak tidak akan bisa membesarkan kobaran api itu, tapi dengan apa yang dilakukan cicak itu semua akan tahu bahwa cicak ada di pihak yang mana. Akibat keberpihakannya ini, cicak dianjurkan untuk dibunuh.

"Dari Sa'ad ibn Abi Waqqash bahwasannya Nabi Muhammad saw memerintahkan untuk membunuh cicak. Dan beliau menamakannya (cicak ini) hewan kecil yang fasik" (HR. Muslim)

"Dahulu ia meniup api yang membakar Nabi Ibrahim as." (HR. Bukhari dari Ummu Syarik)
Dari peristiwa itu, sang semut mengajarkan hikmah kepada manusia setidaknya ada 3 hal, yaitu:

1. Berani menunjukkan identitas diri dalam sebuah perjuangan, tidak bersikap munafik di mana perkataan tidak sesuai perbuatan;
2. Komitmen membela yang benar, bukan membela yang bayar di mana kebenaran disembunyikan dan kejujuran tak dihargai; dan
3. Berani berkorban demi tegaknya kebenaran, sebaliknya ketidakbenaran yang terjadi harus segera dikritik karena pembiaran terhadap ketidakbenaran tersebut lama-kelamaan seakan menjadi sebuah kebenaran.

Pertanyaannya, di mana posisi kita saat ini? Di golongan semut atau cicak?
Dalam hal ini, saya tidak mau sendirian join ke Geng Semut. Ingin tentunya bersama orang-orang yang dikasihi disayangi di akhirat. Perlu mengajak dan meyakinkan keluarga, saudara, pasangan, anak, dan kalau bisa teman-teman juga tetangga yang baik selama di dunia. Kendalanya, kita semua berbeda-beda dalam level keimanan dan ilmu agama. Itulah yang bisa memblok masuknya hidayah dan ilmu. Jalan satu-satunya, kita samakan goal akhir, visi akhir hidup saja. Ibarat kita semua sekarang terjebak dalam goa yang sangat gelap lalu menemukan setitik cahaya di celah batu, maka dalam keputusasaan itu pandangan kita akan menuju satu titik cahaya yang sama. Menggali, memperbesar lubang cahaya itu supaya sinar dan hangatnya masuk dan terasa oleh semua yang dilingkupi kegelapan goa. Dan itulah visi yang bisa menyelamatkan saya serta keluarga dan orang-orang yang satu tujuan. 


اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ

(كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (٢٥٧


Allah is the ally of those who believe. He brings them out from darknesses into the light. And those who disbelieve - their allies are Taghut. They take them out of the light into darknesses. Those are the companions of the Fire; they will abide eternally therein. (Q.S. Al Baqarah : 257).

Mampukah kita semua melewati ujian berat ini? Semoga Allah membantu kita melewatinya. Allah pembuat soal ujiannya, dan Allah pemilik jawaban atas ujian-ujian tersebut. 

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...