10.12.18

Semiotika Identitas

Harusnya kegelisahan ini dikeluarkan oleh seseorang pakar desain komunikasi visual yang puluhan tahun menekuni bidang tersebut terutama yang spesifik pada cabang ilmu semiotika yang menelaah makna di balik suatu gambar, icon, karakter, dan segala aspek visual lain. Tapi saya lihat belum ada tulisan yang meluruskan cara berpikir melalui metodologi yang satu ini.

***

Desain komunikasi visual, saya permudah pemahamannya menjadi berkomunikasi, ngobrol, interaksi, melalui media-media yang bersifat visual, dilihat oleh mata, tanpa suara, tanpa media lain. Ngobrol pake gambar. Itu singkatnya. Ada lagi lebih detail bahas ini yakni cabang ilmu semiotika, semiotics. Gak ngerti bagian ini? Skip aja.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda. Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Keberadaannya mampu menggantikan sesuatu yang lain, dapat dipikirkan, atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semula berkembang dalam bidang bahasa, kemudian berkembang pula dalam bidang desain dan seni rupa. 

Semiotika berasal dari kata Yunani semeion, yang berarti tanda. Ada kecenderungan bahwa manusia selalu mencari arti atau berusaha memahami segala sesuatu yang ada di sekelilingnya dan dianggapnya sebagai tanda. Penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke dalam berbagai cabang keilmuan-dalam hal ini desain komunikasi visual dimungkinkan, karena menurut Yasraf A. Piliang ada kecenderungan untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Artinya, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Bertolak dari pandangan semiotika tersebut, jika seluruh praktik sosial dapat dianggap sebagai fenomena bahasa, maka semuanya–termasuk karya-karya desain komunikasi visual - dapat juga dipandang sebagai tanda-tanda. Hal itu dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. 

Ferdinand de Saussure merumuskan tanda sebagai kesatuan dari dua bidang yang tidak bisa dipisahkan - seperti halnya selembar kertas - yaitu bidang penanda (signifier) atau bentuk dan bidang petanda (signified): konsep atau makna. Berkaitan dengan piramida pertandaan ini (tanda-penanda-petanda), Saussure menekankan dalam teori semiotika perlunya konvensi sosial, di antaranya komunitas bahasa tentang makna satu tanda. Jadi kesimpulan Yasraf berdasar rumusan Saussure adalah satu kata mempunyai makna tertentu disebabkan adanya kesepakatan sosial di antara komunitas pengguna bahasa tentang makna tersebut. 

Sementara itu, Charles Sanders Pierce, menandaskan bahwa kita hanya dapat berpikir dengan medium tanda. Manusia hanya dapat berkomunikasi lewat sarana tanda. Tanda dalam kehidupan manusia bisa tanda gerak atau isyarat. Lambaian tangan yang bisa diartikan memanggil atau anggukan kepala dapat diterjemahkan setuju. Tanda bunyi, seperti tiupan peluit, terompet, genderang, suara manusia, dering telpon. Tanda tulisan, di antaranya huruf dan angka. Bisa juga tanda gambar berbentuk rambu lalulintas, dan masih banyak ragamnya. 

Merujuk teori Pierce, maka tanda-tanda dalam gambar dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Di antaranya: ikon, indeks dan simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Misalnya, foto Sri Sultan Hamangkubuwono X sebagai Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat adalah ikon dari Pak Sultan. Peta Yogyakarta adalah ikon dari wilayah Yogyakarta yang digambarkan dalam peta tersebut. Cap jempol Pak Sultan adalah ikon dari ibu jari Pak Sultan. 




***

Sejak awal sejarah terciptanya manusia di alam raya ini, komunikasi antar manusia adalah bagian yang paling penting dalam kehidupan. Selain kata-kata, unsur rupa sangat berperan dalam kegiatan berkomunikasi tersebut. Menurut AD Pirous, komunikasi visual (KV) yang dalam bentuk kehadirannya seringkali perlu ditunjang dengan suara-pada hakikatnya adalah suatu bahasa yang tugasnya membawakan pesan dari seseorang, lembaga, atau kelompok masyarakat tertentu kepada yang lain.

Sebagai bahasa, maka efektivitas penyampaian pesan melalui KV tersebut menjadi pemikiran utama seorang pendesain komunikasi visual. Untuk itu, sang desainer haruslah: pertama, memahami betul seluk beluk pesan yang ingin disampaikannya. Kedua, mengetahui kemampuan menafsir, kecenderungan dan kondisi, baik fisik maupun jiwa dari manusia kelompok masyarakat yang menjadi sasarannya. Ketiga, harus dapat memilih jenis bahasa dan gaya bahasa yang serasi dengan pesan yang dibawakannya, dan tepat untuk dapat dibicarakan secara efektif (jelas, mudah, dan mengesankan) bagi si penerima pesan. Komunikasi visual sebagai suatu sistem pemenuhan kebutuhan manusia di bidang informasi visual melalui lambang-lambang kasat mata, dewasa ini mengalami perkembangan sangat pesat. Hampir di segala sektor kegiatan, lambang-lambang, atau simbol-simbol visual hadir dalam bentuk gambar, sistem tanda, corporate identity, sampai berbagai display produk di pusat pertokoan dengan aneka daya tarik.

Sekarang ini banyak terjadi shifting pemahaman penerimaan pesan, atau salah tafsir pesan yang disampaikan karena itu tadi, Komunikasi berbentuk visual masih harus ditunjang dengan suara-suara, intonasi, pitch, dan lain sebagainya agar maksud pesan tersebut sampai dengan menafsiran yang sama.

***

Masuk ke identifikasi masalah utama, kenapa sekarang ini sangat berisik soal Bendera HTI? Apakah bisa menjudge sebuah kelompok dari semiotik yang tercantum dalam logonya saja? Saya gusar karena saya merasa pihak-pihak yang bodoh dan konyol menyudutkan orang-orang yang tidak terlibat dalam ormas tersebut dan dipandang sebelah mata di masyarakat. Seolah-olah ada sanksi sosial yang diterapkan. 




Bendera, menurut Wikipedia, adalah sepotong kain atau kertas segi empat atau segitiga (diikatkan pada ujung tongkat, tiang, dan sebagainya) dipergunakan sebagai lambang negara, perkumpulan, badan, dan sebagainya atau sebagai tanda; panji-panji; tunggul:sering dikibarkan di tiang, umumnya digunakan secara simbolis untuk memberikan sinyal atau identifikasi. Hal ini sering juga digunakan untuk melambangkan suatu negara untuk menunjukkan kedaulatannya. Nah mempelajari makna dan arti bendera juga ada studi khusus yang dikenal sebagai Vexillology.

Tapi saya bukan mau menjelaskan apa itu velove vexia itu. Ini buah keresahan saya melihat orang-orang netizen banyak omong soal bendera hti, pki, arab saudi, opm, dan lain-lain dan langsung mendakwa orang lain merupakan bagian dari ormas-ormas atau kelompok-kelompok tertentu. Dangkal.

Step 1. 
Ini contoh mudah dan bisa dipahami bahkan anak SD sekalipun. Ada bendera Australia, yang merupakan identitas bangsa. Sebelah kanan bendera Panda Tours Australia. Kenapa disebut bendera? Karena sudah dicetak pada kain berbentuk persegi atau persegi panjang dan dipasang pada tiang. Apakah Panda Tours = Australia dan Australia = Panda Tours? Jelas beda. Karena identitas yang diwakili itu berbeda. Jelas, bong?




Step 2.
Ini pun sama. Selandia Baru bukanlah Inggris Raya dan Inggris Raya bukan Selandia Baru. Yang menjadi irisan keduanya adalah karena Selandia Baru merupakan koloni Inggris. Namun secara kedaulatan, itu berbeda.


Step 3.
Yang ini yang banyak gagal paham. Kalau disebutkan logo HTI, maka yang dimaksudkan adalah yang kanan. Kalau disebutkan bendera HTI, itu juga yang kanan, yang sudah dibingkai persegi panjang. Kasusnya sama dengan Panda Tours. Jika HTI menempel icon/gambar bendera tauhid dalam logonya, bukan berarti HTI mewakili keseluruhan umat Islam. Pun dengan Bendera Ar Rayah di sebelah kiri. Bendera tersebut jadi identitas umat muslim karena di dalamnya ada makna iman yang hanya dipahami umat muslim. Kalian Panda Tours ngapain sewot bakar identitas yang kiri kalau yang kalian maksud mau bakar yang kanan. Kan cacat mikir kalau gitu mah.
Saya hanya mencoba memberikan pemahaman sebagian kalangan yang menjudge sesuatu tidak berdasar ilmu. Atau ketika mencari tau, bukan mencari kebenaran, tapi malah mencari-cari kesalahan untuk kemudian kesalahan itu malah dibesar-besarkan. Kalaulah yang menjadi masalah adalah ideologi HTI (yang kanan), kenapa harus membakar bendera yang kiri? 

Mengenai kasus seorang oknum anggota Banser NU Garut membakar bendera di Lapangan Limbangan, Garut, terlepas dari keberpihakan saya pada kubu manapun, saya berani bertanggung jawab dengan uraian di atas bahwa yang dibakar itu adaah bendera tauhid, bukanlah bendera HTI. Saya yakin yang dibakar itu merupakan bendera Rasullah SAW, yang disebut Ar-Rayah. Mau  berkelit dengan cara apapun, ditinjau dari semiotika komunikasi visual, peristiwa itu menunjukkan cacat logika dari para pelaku karena tidak mampu membedakan identitas lewat simbol/atribut.


HTI sudah selesai. Ormas ini sudah dicabut ijinnya oleh kemenkumham. Sudah tak ada lagi. Jika kemudian hari ada yang bawa atribut HTI, yang jelas ada tulisan HTI, boleh jadi pertama, itu oknum HTI yang tidak mengerti hukum. Kasih tahu, sadarkan dan jika merisaukan, laporkan polisi. No main hakim sendiri. Kedua, bedakan atribut HTI dengan atribut umat islam secara keseluruhan.

Yang pasti, dari sekarang, masyarakat mesti belajar untuk bersikap cerdas. Kebodohan hanya akan memberi peluang bagi orang-orang tak bertanggung jawab untuk menjadikannya sebagai korban dan komoditas politik. 

1 comment:

  1. omega titanium 3 recipe, Recipe for hot sauce
    · Translated with a new recipe for cholula. The recipe titanium armor for fiery sunscreen with zinc oxide and titanium dioxide chili is titanium lighter than aluminum pepper. Calories from titanium muzzle brake Fat, Sodium, Potassium, Thiamin, Sodium, titanium knee replacement

    ReplyDelete

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...