27.5.12

Hungarian Rosewood

May 15th


Kalau di tengah tulisan ini keputus, berarti batere abis. Just in case.
Bangun subuh buta tidak menjamin masuk kuliah tepat waktu. Buktinya pagi tadi,semua berjalan santai. Tik tok tik tok. waktu melambat. Begitu menemukan jalanan, set set set kuda besi lalu lalang secepat perawan 70 tahun kebelet kawin.
Siang tadi juga berlalu lunglai. Aku iseng pergi ke secco. Mengunjungi si Pak Mul yang selalu memainkan Cavatina. Tiada keraguan. Dari mulai aku menyerut kayu pertama bulan September 2011, hari-hariku hanya berkutat antara segitiga setan ini : tugas, hidup, cavatina.

Aku bukan penghafal, hanya paham. Cocobolo, kayu hitam agak kemerahan. Menyala. Seolah dia berbicara bahwa ia perkasa. Hungarian Rosewood. Tadi itu pertama kalinya aku melihat kayu secantik itu. tekstur lembut, warna kecoklatan, serat yang patuh akan satu perintah saja. Sejajar. Patuh. Indah bukan buatan. Ada Brazillian wood, Cedar, Simper (lupa. entah bagaimana menyebutnya), Ebony, Mahogany, Spruce, berbaris di dinding. Masih berupa gelonggongan. Kayu itu gelonggongan. Ayam itu gelondongan. Pengetahuanku akan kayu selama 8 bulan ini masih ecek-ecek. Tapi setidaknya aku tahu bahwa kayu itu banyak jenisnya. Bukan kusen pintu saja.

Malam tadi SR Cup. Ajang mengembalikan kebugaran seniman, desainer atau apapun itu. Kamis final kata si Oji. Mau pake bandana biar kegonderongan ini tidak mengganggu. Tapi jangan bilang si babeh. Nanti dia bakal bawa gunting rumput demi menghabisi mahkota kepala anaknya. Sadis.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...