27.5.12

Waiting in Vain

May 18th


Dua hari lalu sudah mau ditulis, tapi karena liat iklan On Clinic dengan ikang fauzi, mendadak aku ingin sekip saja hari itu. Berharap lupa. Namun tetap saja bayangannya berdansa-dansi sepanjang malam. Langsung saja aku nyatakan, enyahlah kamu pelayan toko Olahraga Barcelona Kosambi. Karena dia aku membuang 21,56 menit sisa hidup dengan percuma. Dua orang tidak becus melayani pembeli. Aku hanya mencari baju. Bukan istrinya. Hanya tawa-tawa tolol mereka berlalu tanpa memerdulikanku yang hanya meminta satu kaos olahraga. Kalau beli sepatu bola, sudah kutendang tuh selangkangannya. 20 menit berlalu. Aku tak sudi lagi membeli disana. Berlalu. Tadinya mau aku acungkan jari terlarang. Semoga makin banyak pembeli (yang kamu kecewakan). Sore terang benderang. Duduk di furnitur dosen DP di satu penjuru kampus. Pantes saja dia jadi dosen, bukan desainer. Public Furniture ini seperti palang komplek. Kesepian. Termarjinalkan. Menunggu mati. Muncul si Sesar. Dari jauh aku tau dia bakal lewat di depanku, pura-pura saja membaca buku. Begitu, dia melewati, aku lihat dia. Dia lihat aku. Apa ya itu namanya? sombong? Lupa? pura-pura lupa?. Aku sapa, kau berpaling. Aneh kau. Aku hanya terkekeh-kekeh. Kembali menikmati sore. Anggap itu kentut. SR Cup. Menang. Kasian si Zen. Dia kalap di babak kedua. Kondisi saat itu tidak ada air. ironis. padahal hari itu hujan turun di sabuga. Bandung sudah dipadati alien-alien. Mereka bergerombol, meyusup melalui truk-truk dan mobil bak terbuka, turun di jalan-jalan, dan pasti : HITAM. Esok harinya adalah Bandung Berisik. Pak Kiki mungkin ada disana nanti. Mengajar HaKI pada Burgerkill. Alien lainnya : si Pamartinus. Dia kenapa sih? Tak pernah muda? Ujian mengetik ribuan kata untuk hari Sabtu. Kalau hidupku hanya mata kuliah dia, tanpa makan,boker, melamun, dan kuliah lain _ aku siap melaksanakan. Tapi sayang, seribu sayang, hidupku bukan hanya paper. Ada perut yang harus diisi, ada jiwa yang perlu disenangi. Toh dia pernah muda kan? kecuali kalau dia terlahir langsung berkumis. Lain pula si Mister dud. kalau diumpamakan, pertemuan dia dengan mahasiswa saat mata kuliahnya itu seperti waktu hidup lebah. Singkat dan tidak jelas. Hanya sekali klimaks saat lebah jantan mengorbankan jiwanya demi kawin. Klimaks. Dan Mister Dud ini meng-klimaks-kan semester ini dengan tugas aneh, tidak jelas: Paper Artifak. God Bless You, Sir. Semrawut awut-awutan. jeda waktu sehari saja untuk mencari angin segar. Habis itu, aku janji, aku, akan, santai.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...