2.6.12

Di sini. Mimpi bermula dari mana saja. Nanti akan nyata. Pasti

June 2nd
01.24

Apa namanya ini? Habitual activity? Kultur? Yang aku tahu soal kultur hanya kultur jaringan yang pernah aku pelajari saat biologi SMA. Tahu istilah, tak tahu arti. Aku putuskan aku sebut saja ini kebiasaan. Ya. Sudah 2 tahun mungkin semenjak piala dunia 2010 jam tidurku carut marut, sekali tidur kondisi kamar seperti kapal pecah, kompor mleduk, whatever. Bukan itu inti dari intro panjang ini.

Bosan. aku buka arsip-arsip foto di laptop yang seadanya ini. Tugas-tugas perkuliahan yang kuantitasnya tak sama dengan nilai tan 90. aku buka arsip tentang kuliah DP 4 semester lalu. Dalam kantuk, mataku terpojok pada 3 kata pada judul folder : Rumah Belajar Sahaja

Rumbel Sahaja : Rumah Belajar Sahabat Anak Jalanan.
Lokasi : Masjid atap Pasar Ciroyom


Dulu waktu bala-bala masih selawe, aku sering diajak bersepeda ke daerah stasiun ciroyom ini oleh ayahku. Yang pulang dari sini aku berak di celana. 12 km ayahku mencium bau tengik selama bersepeda menuju rumah. Dulu bandung rindang. 15 tahun aku melupakan kawasan ini, sekarang walikota seperti tidak menganggap ada kawasan ini. Pertama kali masuk kawasan pasar, jangan ditanya keadaannya. Aku bisa lihat penjual tahu yang membuat tahu dalam kuali dilewati kecoa, aku bisa melihat pedagang sayur dengan dagangannya terkena kubangan air, aku bisa melihat pemandangan ini itu seperti bukan kota. Ironis.

Lagipula aku malas berbicara banyak tentang kota penuh pelacur di gedung pemerintahan. Taek-taek semua pada. Jadi aku akan bersemangat bercerita saja mengenai manusia2 ini. Disanalah aku melihat manusia, melihat cita-cita. Cita-cita luhur yang tumbuh berkembang biak beranak cucu. Di sini, 10 Maret 2012.
 Sekilas mengenai tugas DP 4 ini mengenai komunitas. Dari awal mendengar komunitas, yang aku tuju pertama kali adalah komunitas skate board atau semacamnya. Tapi si bang yodia membawa kelompokku ke Sahaja ini. Sampai aku menemukan oase kekeringan di sini. Oase ilmu tak terjamah tangan-tangan kotor teknokrat.

10 Maret 2012.
Ini pertama kalinya aku datang, melihat mereka, lalu tiba2 si Kak Ainun ini memberiku kesempatan mengajar langsung. Dengan dalih 'Kedatangan kakak-kakak seni rupa, mari belajar menggambar", aku terima spidol hitam dari teh Ntul. Berikan nilai 3 untuk hal mengajar ini. Aku paling payah soal mengajar sambil bermain. Orang-orang yang pernah berurusan denganku akan mengiyakan. Aku paling tidak mahir macam begini, kalaupun berusaha, memutar otak dengan memutar kepala dan kaki, hasilnya akan awkward (kalau kata bekennya sih begitu). Aku menggambar mobil dan rumah. Tolol. 10 menit setelah aku menggambar itu, aku pikir aku salah gambar. tidak. Itu salah spidol. Tidak. Itu salah pengajarnya. Gambar rumah dan mobil merupakan hal tabu dan belum pantas bahkan tidak pantas aku ajarkan. Aku menggambarkan keserakahan, harta, skala kesuksesan dan kebahagiaan yang diukur dari materi. Aku tidak berpikir bahwa mereka bahagia bukan karena materi. Aku sadari itu setelah 23,6 menit.

Maksudku, inilah kebahagiaan. Dalam balutan baju kucel, walaupun setiap malam kedinginan, tidur di basement dengan bau kencing di tiap penjuru, kehangatan ini yang mereka punya untuk membahagiakan satu sama lain. Sahabat. Ridwan, Omes, Ari, Boim, Rudi, semuanya. Memang tidak ada yang bersaudara. Tapi indahnya dunia kalian. Aku bahkan cemburu.

Yang berbaju hijau itu bahkan lebih membuatku malu. Ari namanya. umurnya masih 9 tahun. Dia tahu John Lennon, dia tahu Led Zeppelin, dia tahu Gibson, Beatles Depp Purple, dan in dan itu semua tentang musik. Dia terobsesi pada Beatles, apalagi John Lennon. Dia tanya banyak hal tentang gitar. Aku cerita saja soal gitar buatanku. Air mukanya seketika membuncah. Aku lihat letupan semangat itu. Dia bilang dia ingin juga membuat gitar sepertiku. Aku janji aku akan mengajak dia kapan-kapan membuat gitar. Aku juga pernah menjanjikan padanya untuk ke ITB memainkan sebuah lagu band legendaris itu. Mungkin ini bisa terrealisasi dalam waktu dekat ini. Mudah-mudah2an. Jabatanku kini sebagai ketua tim kreatif suatu acara akan kumanfaatkan untuk mengajak dia bermain musik di acara ini. Kalaupun tidak, aku akan mengajaknya sebagai tamu kehormatan setelah orang tuaku di wisuda-ku nanti. Takkan cukup menceritakan pribadi anak ini dengan timing seperti ini. akan kubahas nanti.

 Ini puisi-nya Sarah si cantik. kalau umurku seumuran mereka, aku bakal naksir dia.

 Si Ridwan ini yang agak susah diatur. Gak sopan nih anak. Aku lagi ngobrol dia enak-enak udel aja ngelem. bikin fly katanya. Hari itu aku putuskan menghadiahinya sketsa sederhana 5 menitan karena berhasil menahan ngelemnya selama 10 menit.


MALAM PURNAMA - Performance Art
17 Maret 2012

Ini adalah malam minggu terbaik selama aku menjabat sebagai pemuda. Kalau memang wajarnya anak muda seusiaku berpacaran, aku ogah. Malam ini jarang sekali. Aku ingin melihat. Begitu datang ke atap, si Ridwan dan Ari langsung melompati punggungku dari belakang. Yang lainnya memelukku walaupun aku belum tahu namanya. Walaupun lem di tangan mereka mengenai jaket, semoga lem itu merekatkan persahabatan kita semua.

Opening Session dimulai oleh Emen si perantau. Dia berkisah soal pengalamannya ke Tangerang naik kereta dipalak preman, lalu ke garut bertemu yang pujaan. Dan kisah ini akan selalu dia ulang tiap perform malam purnama. tentu dengan sedikit gubahan agar terlihat melankolis terutama di bagian pencarian cintanya pada mojang garut. Tak banyak yang aku tahu soal Emen karena mungkin dia jarang ikut belajar, atau aku yang memang jarang datang lagi.
 Lalu ini Ewin. Dia berpuisi. Judulnya : "Tidak Adil!". Ia cemburu pada kakaknya yang lebih besar darinya. Tidak adil, kakaknya selalu dapat uang jajan yang lebih banyak dari dia. Agak lupa aku isi detailnya. aku mencari di web pun tak ada.
 Ini adalah kolaborasi semua anak menyanyikan mars anak jalanan. Lagunya enak. Sialnya lagi aku buruk dalam menghafal lirik, tapi aku ingat senandungnya.
 Lalu dilanjutkan anak-anak perempuan yang menari tari Saman dari Aceh. Diajarkan oleh kakak2 pengasuhnya kak fajar sama kak Ainun. Cantik sekali. apalagi Sarah.

 Lalu ini dia anak kecil pentolan tokcer se ciroyom. Ari n The Gank menyanyikan lagu D Massiv Jangan Menyerah. Berbeda kalau aku menonton band aslinya menyanyikan lagu ini. Kalau D nasib yang nyanyi, bawaannya ingin menyerah. Tapi tidak untuk artis2 cilik ini. Aku makin semangat.



 Lain lagi ulahnya si Yadi. Dia yang paling tua. umurnya hampir sama denganku. Bedanya, dia berbadan besar dan jago masak. Atraksi ini pula yang membedakanku dengan dia. Kalau sudah bicara sembur api, aku paling anti.
 Inilah kakak-kakak penonton yang antusias dari jam 7 malam hingga jam 9 diselimuti udara dingin dan kabut kota Bandung. Candle Light ini yang seharusnya mahal nilainya. Dengan kesederhanaan, disana kebahagiaan terjamah. Begini-begini aku pernah mengalami apa yang namanya candle light dinner. Dengan cost yang dikeluarkan sangat menguras kantong. Dan apa yang aku dapat setelahnya cuma rasa kenyang dan sengsara uang bulanan cepat habis.Lain di sini. Perlu diulangi lagi bahwa ini malam minggu terindah yang pernah aku alami sebagai remaja mature.


Pukul 9.34. Ada Buluk yang ingin buang air. Sekalian pulang katanya. Sebenarnya aku masih ingin disini. Sampai pagi sampai nanti. Apa mau dikata. Aku dan kawan pamit lebih dulu. Melewatkan seremoni kembang api. Tapi tak apa. Semoga kita betemu lagi. Sudah semaput aku ingin bercerita pada kalian semua. Apa ini namanya? Rindu.

Untuk :

Bunda
Pak Agus
Pak Gamesh
Kak Ainun
Kak Fajar
Kak Burhan
Kak Rida

Sarah
Ridwan
Yadi
Emen
Ari
Noer
Dani
Rina
Caca
Riska
Deni
dan semua teman-teman
dan semua senyum
dan semua mimpi.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...