3.6.12

Khon thi uan rew mak, khao kamlang wing

"Selalu dan setiap malam berlalu. Waktu enggan menunggu. Acuh tak mau tau."

3rd June 2012

Sedari pagi kerjaanku cuma baca buku sambil menunggu warung yang jika anak-anak datang membeli minuman, aku lupa halaman berapa tadi aku terakhir baca. Hari Minggu. Akhir pekan. Sungguh sia-sia hidup manusia mempersilahkan waktu berlalu tanpa berkutik. Dan sepertinya aku termasuk makhluk penyia-nyia waktu. Di hardisk kepalaku, rencana hari ini hanya membeli spare part sepeda onthel dan olahraga. Sampai ditulisnya postingan ini, 2 rencana itu menguap tanpa realisasi. Pantas saja badan sudah tinggal tulang dan dosa.

Sore hari si Irfan sms. Ngajak nonton JKT48 di jatinangor. Urusan nonton paha aja dia ngajak. Tapi hari ini senewen berat. Bawaannya pusing, malas, mudah-mudahan bukan mati rasa. Jadi aku cancel aja ajakan nonton paha itu. Gantinya, aku yang ajak ibuku makan bakso goyang lidah dekat terminal. Bakso seukuran kepala bayi baru lahir cesar, bahkan lebih besar. Untungnya perut sedang barbar. hitungan menit aku santap kepala orok itu penuh nafsu kanibalisme. Selain memang lapar, karena si ibu bertanya-tanya soal perempuan. Ah aku paling tidak suka ditanya beginian apalagi di tempat makan bakso kepala orok. Aku cuma angguk-angguk geleng-geleng saja. Urusan berbau-bau merah jambu itu cuma aku dan telinga yang bergoyang yang tahu. Dan beberapa sahabat.

'Anakmu ini sudah duda,bu. ditinggalkan anak orang. anak orang itu sudah menemukan monyetnya yang lain. lah anakmu ini masih lapuk. belum lagi ditambah rambut semrawut. doakan anakmu yang banyak bu,sangat banyak biar nanti diurus dan mengurus istri yang mau membelai rambut semrawutku seperti engkau'. Itu aku katakan dalam otak saja. bukan dalam hati. Kalau hati, nanti bisa dusta.

"Down to the wire
I wanted water but
I'll walk through the fire
If this is what it takes
To take me even higher
Then I'll come through
Like I do
When the world keeps
Testing me, testing me, testing me"


Musim magang di fakultasku sudah dimulai seminggu yang lalu. Tinggal aku saja yang belum dapat tempat magang. Seperti yang pernah kubilang sebelumnya, di postingan sebelumnya tentang tes magang yang keterima kerja. Semenjak itu aku jadi ogah-ogahan mengurus ini itunya. Di satu sisi aku masih punya urusan soal Kontes Robot Gedeg, di sisi lain aku merasa inilah seleksi alam ranah kehidupan. Semua yang kita anggap teman bahkan orang-orang terdekat akan meninggalkanmu yang terbelakang. Kita sama-sama dalam roda hamster. Lari terus, terus, jangan pikirkan temanmu, terus ambil kuaci itu!! Tertawalah nanti di akhir saat kamu berada di depan teman-temanmu dan sahabatmu. Mendapati podium pertama peraih kuaci tjap Jengkol. Juara.

Tanpa perlu dijabarkan secara gamblang kondisiku, sejujurnya dari lubuk linggau yang lebih dalam dari palung arafuru, aku (kok) merasa kehilangan,kesepian,butuh kehangatan, tampan. Si Ryan, yang dari kemarin aku sms ajak futsal, tak pernah balas. Mungkin lagi sama ceweknya, atau mungkin dia pundung gara-gara pulsa 25rb yang belum aku bayar. Si Abeng, sama. Sibuk melompat dari pohon satu ke pohon lain mengambil pisang petani lalu garuk2 kepala temannya mencari kutu, mencari kehidupan. Juga sama ceweknya. Si Wuwu, aku jarang sekali menghubunginya. Aku sesekali memantau blognya atau jejaring sosialnya. Dia sibuk dengan lomba katanya. Jadi aku segan mengajak kemanamana. Si Festy idung udah magang pula jadi pemeras susu. Pulang-pulang dia bawa gerobak kpbs mungkin. Lalu dibagikan pada sanak saudaranya sambil kegirangan memencet tombol berbunyi 'tererong tong tong, teretorongtong teng tong..susu kape be'es...' tertawa tiwi. Aku maklum tapi aku ikut senang untuk kesenangan mereka.

Malam ini kuputuskan tidur. Sambil menikmati tulisan sendiri yang sangat sastra odong-odong ini. Ini bukan curahan perasaan. Ini cerita saja. Tak perlu dipikirkan. Dah!

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...