20.6.12

Ujungberung Indonesia no 20

June 16th - 17th

Melaju laju badanku dibawa bis budiman ku duduk di muka duduk di samping pak sopir yang sedang menganga, mengendarai bisnya supaya baik jalannya. Tujuan Bis : Banjarsari. Tujuan kegiatan : Survey KP dan ke sunatan si dek abi. Sunatan ini dipersembahkan oleh Seni Renggong Gunung yang bisa ngibing-ngibing gutak gitek gual geol. Hanya 28 jam saja aku disana dengan menghabiskan 10 jam menontoni bapak-bapak ngibing depan panggung disirep. Aneh, si Pap kesambet setan apa sampe doyan ronggeng gunung. Waktu jemput si adek ke Jakarta, sepanjang jalan memainkan renggong gunnung ini. Tersisa 3 jam yang aku habiskan di rumah Bu Aan, guru SD-ku. Ini rindu bukan sembarang rindu, tapi akumulasi kerinduan 13 tahun tak berjumpa. Bu Aan asih seperti dulu,tak pernah naik kelas sedangkan anak2nya kini sudah berkualiah berkeluarga. Beliau tetap di kelas 1, mengajar ilmu budi pekerti tata krama, mengajar hidup. Kunantikan beliau saat aku wisuda.
Pulang dari sana, kembali menaiki bis budiman. Dikejar waktu karena jam 4 sore harus menghadap LK buat pengumuman PIMNAS. Memang benar adanya. Sampai di Bandung, tanpa sat sit sut langsung menerpa badai kerasnya jalanan meluncur ke kampus. Hari ini diakhiri dengan pecah belah badan ini.

June 19th

Tak punya hasrat sedikitpun menulis, kepentok banyak kegiatan kampus.Tapi ada hal yang hari ini berubah. Aku selalu percaya Rabu tidak selalu Kelabu.
Pagi hari memang berangkat kepagian. Ingin pagi-pagi saja untuk menghindari acara teltevisi yang memuakkan. Ke kampus. Sekre KRI sudah jadi tempat mangkal keseharian di tengah indahnya pengangguran menunggu magang. Sampai jam 4 sore. Jam 5 sore aku meluncur ke Ujungberung. Komplek Ujungberung Indah. Tempat ini tidak asing, tidak pernah asing, dan tidak akan pernah menjadi asing.Inilah kawasan surga memorabilia dari mulai hujan rintik sampai badai. Pribadi saja.
Rumah di pojokan serumpun pohon bambu pinggir selokan ini sudah berubah. Di depannya sudah diberi pagah minimalis namun menjulang, lampu-lampu teras kekuningan, tanda No. 20 yang masih aku ingat betul. Sehabis solat magrib, aku menjumpai pemilik rumah. Apa kabar. Biar kata-kata ini yang berkelakar. Aku juga sadar bahwa waktu bertindak sesuai peran. Membawa kita dalam fase berbeda dalam tahapan hidup.
Dulu aku dicap sebagai pemuda tak tahu sopan santun. Mungkin sekarang masih, Di ruangan itu ada ayahnya, ibunya, kaka laki2nya yang baru pulang. Ekspektasi : mari kita berdua berjalan-jalan saja berdua, berbincang akan hidup kita setahun lalu. Realita : kita hanya di ruang tamu. tersudut. Kita bercerita banyak tentang hal jenaka, aku suka senyum itu.
Sekarang aku terlalu mengantuk untuk menuliskan kebahagiaan, Mungkin saa kita bertemu lagi, terus bertemu sampai aku dianggap sopan.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...