18.7.12

Pelarian 1 - Jogja


Jogjakarta
Senin 16 Juli 2012

Seminggu. Rasa-rasanya baru kemarin meninggalkan rumah. Terlalu betah di tanah jawa membuat saya lupa kalau saya ini seorang sunda tulen.  Yang tak habis pikir itu sore kemarin sehabis makan kerapu bakar di Pak Gix Kaliurang. Namanya orang kelaparan, nasi semangkuk itu ibaratnya baru stretching. Saya minta nambah nasi. “Mas e! Tambuah nasee smangku’ laghi mas!”. Yelah orang sunda so so jawa. Mungkin kata si mas dalam hati : Smangku’ smangku’ semangat kakaku!.
Tiket bis sudah di tangan. Keberangkatan pulang sudah di depan mata. Dan siang ini saya masih menatapi bayangan perpustakaan UGM yang terlihat cepat  dikejar masa. Terlalu cepat dan tidak mau diajak kompromi.
Sedari pagi aku berusaha menikmati hari terakhir di Jogja di masa liburan ini. Bermodal nasi+ayam krispi super murah super enak, mulailah perjalanan kaki dari kosan Yodha & Hendry di jalan kaliurang KM 7,5 sampai UGM. Entah seberapa jauh. Ini komputer sedang tidak bisa bertanya pada googlemaps soalnya.

Berangkat jam 8 pagi, sampai ugm jm 9an. Hup hup!
Hal pertama yang terlintas begitu sampai UGM adalah : Sepeda kampus. Okesip. Awalnya saya menuju sebuah parkiran sepeda. Saya pikir itulah sepeda kampusnya. Tapi tak ada label sepeda kampus. Sudah disentuh-sentuh dan pegang-pegang, tapi bukan sepeda kampus. Untung belum dibawa sampai bali.

Lalu ketemu sebuah gedung bagus. Tapi itu sepeda dinas. Lalu di dekat perpustakaan, ada lagi jejeran sepeda. Tanya ke mas-masnya, kasih KTM, isi formulir, voila! Si mas-masnya jadi Hermione Granger.
Lalu saya culik sepeda nomor 345 itu berkeliling. Kampus UGM bagus sekali sodara sodari. Membuat saya iri dan semakin menaikkan motivasi supaya saya bisa dinaturalisasi jadi warga sini. Syarata pertama sudah terpenuhi : Hafal lagu Stasion Balapan solo. Memang bukan Jogja. Tapi tak apa, yang penting lagu jawa.

Keliling kampus sih keliling, lah saya malah bawa tuh sepeda biru ban agak gembos ke hutan-hutan antah berantah, tersesat ke UNY, jalan buntu, komplek perumahan atau apalah itu. Sekali lagi, untung belum dibawa ke bali. Anehnya, satpam situ gak ngomong apa-apa kalau saya keluar ugm pake sepeda kampusnya. Oke lain kali saya bawa pulang ke timbuktu juga tu sepeda.

(Belum) puas keliling UGM, saya taroh lagi sepeda di stasiun deket perpus. Lalu sebelum masuk perpus, saya nyingsring dulu karena lehoan. Widiih perpus ugm kece bener deh. Lobby-nya udah kayak hotel bintang-bintang di garut turun ka saung butut loba awewe gendut. Pokonya itu perpus termewah yang pernah saya sambangi. Naik ke lantai 2, tetep perpustakaan ternyata. Saya kira food court. Yaudah saya beranjak pergi, meninggalkan dirimu mbak-mbak semua, mau mencari masjid dan makan. Lanjut kearah jalan (apalah itu namanya). Pokonya, depan UGM itu jalan Cik DI Tiro (mungkin dulunya eyang kakung Tora Sudiro), trus ke kanan, trus belok kiri. Mampir dulu di tempat jus buah, tidak lupa beli manisan salak. Yaah..duitku cekak.

Jalan-jalan-jalan-jalan terus menyusuri gang-gang sempit seperti guru tong sam chong mencari kitab Negara Kertagama. Terus jalan muter-muter daerah jalan Cik Di Tiro, sampai menemukan Gramedia. Alhamdulillah,, AC!!!

Hanya 2 jam saja di gramedia. Tidak mencari buku, malah mencari hotwheels. Dasar bocah. Habis itu lanjut lagi berjalan ke arah jembatan. Sebenarnya tak tentu arah. Terus berjalan sampai akhirnya nemu Tugu Jogja. Oh ya ampun. Sepatu robek, badan juga pegel. Ada tulisan “Gudeg B. Rumijan”. Ini... gudeg ter enak yang pernah saya coba. Bukan karena lapar, tapi memang enak. Totally recommended! Murah pula. Sambil makan, sambil santai. Ada sms. Edos. Doi dan Rara lagi di Artjog belakang benteng Vredeburg. Lanjut lagi jalan mencari tukang becak. Sialan ini jalannya nyasar ampe mau keserempet mikrolet. Lalu di sebuah jalan bernama nganu, saya naik becak menuju Vredeburg. 20rb. Tak apalah memberi 20rb buat pekerja keras seperti bapak e, daripada ngasih 1000 perak buat tukang parir yang gak ngelakuin apa-apa, Cuma nongkring.
Sore itu, Malioboro dan sekitarnya disiram matahari sore. Kalau mengingat-ingat lagi, saya rindu. Andong laksana kereta kencana, turis asing, kotoran kuda, semua berbaur tanpa semrawut. Saya memang sendirian saat itu. Tapi dengan sendiri itu, saya bisa memadu cinta bersama Jogja tanpa campur tangan orang ketiga. Indah.

Di Vredeburg, masuk bayar karcis. Bayar karcis Cuma buat numpang lewat, karena Artjog-nya di seberang sana pinggir Taman Pintar. Di meja tamu, ada Rara, Edos, Gya, Ari, Yosi. Tapi semenjak itu, kami berpencar. Sibuk dengan urusan hidup masing-masing. Di Artjog banyak karya-karya anak muda. Baik dari Jogja maupun luar Jogja. Keren paraaaaah!!!! Yang tak habis pikir, gimana caranya masukin pesawat terbang ke ruangan itu? Ini persoalan yang sama seperti gimana daranya masukin oncom ke dalam combro. *peras otak.

PUAS!! Sore itu langsung naik taksi menuju kosan yodha dan panges. Siap-siap karena jam 7 malem harus take off dari Jogja menuju Bandung.
Kuliner terakhir di malam itu : Pecel Lele sambel terasi matang. Sebetulnya pesen Pete juga, tapi waktu dibuka malah sayuran yang entah apa namanya. Makan di pool Kramat Jati yang sebelumnya dianter si yodha. Bis datang. Duduk di tempat. Salah pula. Dasar katrok. Gak liat nomor kursi. Harusnya nomor 9 malah duduk di nomor 25. Bikin rempong seperguruan aje.

Bis melaju perlahan. Menysuri tiap liku jalanan Jogja di malam itu. Posisi di Jalan Godean, saya sudah rindu lagi kota ini. 1 pekan 1 hari 19 jam 28 menit. Mulai pimnas hingga sambal terasi. Baru kucicipi sebagian citarasa kota Jogja. Saya pasti kembali. Akan dibawa kembali oleh rindu.

Pulang ke kotamu
Ada setangkup haru dalam rindu
Masih seperti dulu
Tiap sudut menyapaku bersahabat, penuh selaksa makna
Terhanyut aku akan nostalgi
Saat kita sering luangkan waktu
Nikmati bersama
Suasana Jogja
Di persimpangan langkahku terhenti
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
[From: http://www.elyrics.net/read/k/kla-project-lyrics/yogyakarta-lyrics.html ]
Orang duduk bersila
Musisi jalanan mulai beraksi
Seiring laraku kehilanganmu
Merintih sendiri
Ditelan deru kotamu ...
Reff:
Walau kini kau t'lah tiada tak kembali
Namun kotamu hadirkan senyummu abadi
Ijinkanlah aku untuk s'lalu pulang lagi
Bila hati mulai sepi tanpa terobati

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...