22.3.13

4 hari untuk selamanya


Bebapa hari ini saya skip menulis. Ada memang tidak sempat karena kejar mengejar prata, ada memang hanya sampai draft karena ketiduran.

19 Maret.



Ke jakarta,  awarding night sebuah lomba. porsche decal design contest. Tempatnya di Senayan National Golf. Dimana itu? Saya buta jakarta. Turun travel di Thamrin City. Saya kira acaranya di situ. Di dompet tinggal 32ribu. Ini benar-benar spekulatif, nyegat taksi dari thamrin city sampai senayan city. Pindah kota cuy! Dengan itu saya simpulkan, jakarta adalah sebuah negara.

Jam 09.23 saya duduk-duduk di depan panggung. Berkenalan sana sini dengan Kent si juara 3, Karin si juara favorit, Rois si juara 1. Acara siang hanya media launch. Foto-foto, wawancara, lalu menuju hotel Morrissey di Wahid Hasyim. Cek in jam 2 kemudian tidur sampai lupa dunia. Jam 7 balik lagi ke senayan. Gala dinner atau apa saya tidak tahu. Semua orang berperan jadi ratu dan pangeran. Yang saya tau malam itu hanya nasi goreng dan tahu bacemnya.

Ke hotel lagi, packing, lalu besoknya pagi buta menuju Bandung. Jadwal ngasdos dan bertemu si manis.

***

21 Maret.

Bukan awal yang bagus memulai hari dengan tidak tidur dari jam 11 malam hingga pagi. Apalagi kalau hari itu adalah preview pra TA. Kondisi saat itu presentasi belum selesai, materi alakadarnya, layar laptop yang mati, sudah. Semesta mendukung kekacauan. Tiba saat itu. Urutan saya presentasi ke-4 dari 19 bersaudara. Bu tita bilang dia kira bakal sehebat yang dia bayangkan. Ya bu! maksud saya juga hebat itu! tapi ibu selama ini tidak mengerti yang saya sampaikan, dan saya juga tidak bisa memilih kata untuk menyampaikan kalau materi saya. Makanya gak nyampe-nyampe. Tapi untungnya, semua berjalan lancar. Semesta bersorak. Sampai larut malam saya menjaga kampus. Ngasdos-ngasdosan menunggu hujan reda. Sore main voli sama tpb. Magrib kumpul tim cakrawala di Warpas. Si Ucup lagi kaya dan kita makan seperti buka puasa. Si Hafid bilang malam ini ada syuting dari Berita1TV buat acara mereka. Tim cakrawala mau diliput. Syuting-syyutingan sama mbak cantik berkacamata dan martabaknya yang lezat tiada dua. Setelah itu, kami hubungi emak masing-masing kalau kami masuk tv. Hari ini memang syukurnya harus lebih.


***

22 Maret.

Orang tua dulu bilang kalau ketemu banyak orang, umurnya panjang. Kalau dilihat susunan kata dan diartikan biasa, gak nyambung. Tapi hari ini, ada yang membuat saya percaya hal itu.

Ketemu wina biat bantuin TA-nya. Jelasin ini itu, oke mengerti, senin atau selasa bertemu lagi. Si Yudo anak geodesi angkatan 2008 ngajak proyekan. Janjian di musbun tapi ujung-ujungnya meeting di ruang geodesi. Dia nunjukin file di komputernya. Jadi, TA dia ngerjain tugas tapi pake alat namanya laser scanner. Merk-nya Leica Laser Scanner c10. Jadi tu alat prinsipnya kayak kamera, merekam visual suatu objek. Bedanya, ini alat outputnya 3 dimensi. Gile gue syok tiga dimensi. Kuliah di kampus teknologi, tapi baru melek teknologi. Salah besar. Dia nunjukkin file patung Soemarja 3 dimensi. Bisa di-edit pula, bisa di-puter2, dijilat, pun dicelupin. Harga alatnya 3.5 dia bilang. Ooh 3.5 juta mah murah. Atauh 35 juta mah itb gampang lah. Dia bilang 3.5 milyar giga ultima nyet! Yang jelas bukan enyak babehnya yang beliin. Fakultasnya yang beliin. Dan komputer yang dia pake juga disediakan oelh fakultasnya. Speknya dia bilang Quadro 4000. Apa pula itu. Tapi dia bilang itu spek komputer yang bisa buat render film animasi semulus pantat bayi. Anjer.

Hening.

"Emang di DP gak ada komputer khusus buat render? Bukannya kalian lebih butuh ya?"
Seketika facepalm, tepok jidat, elus dada, dada rosada. Seketika saya pengen ngata-ngatain si DP kenapa hidupnya kaya tapi cuma foya-foya. Dikasih rezeki malah benerin lantai. Padahal cuma diinjek-injek tiap hari, ngapain harus bagus-bagus. Senangnya mempercantik diri, bukan memperindah jati diri. Caranya ya kualitas. KONKRIT! Mendukung kegiatan mahasiswanya, mendukung bakat-bakat mahasiswinya.

Andai saya di posisi tinggi semacam kaprodi DP, saya buka tuh bengkel 24 jam, kasih kartu member, ada pengawas, ada asuransi alat,biaya maintenance, jadwal pemakaian, sediakan komputer super ultimate giga canggih

Andai juga saya jadi dosen DP, saya add mahasiswa-mahasiswa di facebook lalu bercanda lewat sana, mengecek progress TA, tugas studio, dan senda gurau.

Andai saya jadi petugas TU, saya sediakan jasa print berbayar, peminjaman buku, jurnal, TA juga dipermudah, masang muka enak, baju dikancing, pasang stiker "mempermudah anda, tidak mempersulit anda"

Andai saya dosen tua, saya akan memilih antara mengundurkan diri atau mengupdate diri dengan pemikiran anak muda sekarang, belajar pada cucu atau membuat twitter.

Andai saya asisten dosen, saya mau belajar lagi. Supaya saya tidak seperti guru dan mahasiswa tidak seperti kerbau.

DP, kenapa kamu kaya tapi miskin. Kalau dirunut, tidak akan selesai ngomongin prodi ini. Kaprodi yang senang tidur di ruang rapat desainer-desainer kelas atas, TU yang birokrasinya nyabut nyawa, kurikulum belajar yang gak sesuai ekspektasi. Oh takkan pernah selesai mencecar malasah ini.

Sekarang bagaimana? Saya lebih suka hidup di luar DP. Mencari ilmu sana sini, bertemu banyak orang selain di DP, cabut kuliah DP. Ya itu lebih berguna daripada membayar 125ribu untuk mata kuliah tidak jelas, juga dosen tidak jelas (kehadirannya). Kuliah palsu. Palsu.

Sekarang saya ngantuk. Malam.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...