30.3.13

Intermezzo Tingkat Akhir

Selamat malam para tuna asmara di luaran sana.

Ini benar-benar momen saya ingin bersuara sekencang-kencangnya. Untuk kepala negara yang selingkuh, untuk kampus yang riuh oleh gaung pemilu raya-nya.
Tapi saya terlalu malas untuk membicarakan keduanya. Selain nanti dianggap sok tahu politik, saya malas berurusan hal remeh temeh tahi kucing beginian. Biarpun saya termasuk di dalamnya, saya hanya berusaha jadi auctor intellectua saja. It's not about a man with the gun. It's all about a man behind the gun.

Malam minggu. Mari bicara asmara. Karena asmara laku dijual dimana saja.
Saya masih kurang percaya kalau perempuan cantik lebih berlipat derajatnya dibanding perempuan manis. Menurutku selama ini, manis itu terdefinisikan sendiri saat kau melihatnya. Tiada bosan. Ya manis itu tak bosan jika dilihat. Berbeda dengan cantik. Memang benar kalau parasnya sesuai kaidah Fibonacci. Tapi buatku malah membosankan jika dipandang terus.

Agak out of the box. Pernah tau cerita Zeus yang memperkosa seorang putri? Yang buat saya penasaran, seperti apa rupa si putri ini? Sampai-sampai membuat dewa berdosa karenanya.

Sepertinya ini zamannya reinkarnasi manusia-manusia sebelum peradaban. Ketika Tuhan sudah kehabisan akal mencipta manusia berbeda satu sama lainnya, maka cetakan lama dikeluarkan. Dekat di sini. Saat ini.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...