3.3.13

Jadi Turis Di Negeri Sendiri

Saya mengutip kata-kata teman saya Romi. Ya jadi turis di negeri sendiri cukup pantas melabeli kami para manusia urban yang belasan tahun hidup di ranah pertiwi tapi tak banyak tahu isinya. Kebanyakan gengsi kalau jalan-jalan ke tempat biasa saja. Ya silahkan sih ga ada yang larang.Cuman yang sayah tidak paham teh ngomongnya traveler pecinta tanah air tapi ke Singapur lah, Perancis lah, Puerto Rico lah. #tepokjidat. Sok mana yg pernah ke Singaparna, Parangtritis, atau Purwokerto dan tahu segala isinya? Sayang sih uang puluhan juta pergi ke negeri orang. Mending ke Raja Ampat atau Wakatobi kan. Masih ada beras.Di Puerto Rico belum tentu ada nasi.

Ngemeng apa sih aing meleber kemana-mana. Singkat cerita, hari sabtu kemarin adalah penyebab tumbangnya jiwa raga. Saya diajak romi bersepeda ke kawasan bandung selatan. Ada teman saya lainnya namanya festy, hani, dan google maps. Kami berlima start dari terminal peti kemas Gede Bage pukul 7.12 WIB.

Rute yang kami ambil berdasarkan berita dari koran PR. Hani yang tau. Kata doski lewat bojong soang, sikeruh, rancakasumba, ciparay, munjul, kampung torowongan, lalu sampai di sebuah waduk. Transit pertama di bojong soang gara-gara bingung milih jalan. Padahal tinggal pilih jalan yang diridoi, pasti semua baik-baik saja. Ji-Pi-Es ini sangatlah membantu. Jaringan Penduduk Sekitar. Berkat bapak dan ibu sekalian yang kami temui di jalan, alhamdulillah...kami makin tersasar.haha..



Jam 8.35. Transit di tukang kupat tahu di kawasan ciparay. Sepanjang jalan ciparay, hanya satu tujuan yang selalu ditanyakan pada JiPiEs. Giriharja. 10 km boseh terus akhirnya sampai. Lanjut ke Munjul. Dari perempatan Giriharja yang banyak ojek (kata mamang2), belok kanan. Jalan agak berbatu. Bukan apa-apa sih tapi sepeda tanpa syokbreker itu bikin pantat hilang bentuknya.

Pukul 10.28 sampai di jembatan gantung tanpa nama. Sungai di bawahnya itu adalah Sungai Citarum. Jangan ditanya kondisi sungainya. Airnya cokelat keabuan. Tidak akan ada ikan yang mampu hidup di sana kecuali Ikan Fauzi.

Dari jembatan, luruuuuus terus, sampai nemu warung, belok kiri. Jalannya lumayan berbatu. Lurus terus sampai bertemu tanda ini :

Berdasarkan petunjuk bapak2 baik hati, kami harus belok kiri. Di sebelah kanan jalan mulai terlihat danau kecil. Dipagari. Sampai saya temukan lubang seukuran gini lah kira2. Cukup untuk masuk. Subhanalloh sekali ternyata. Ini danau PDAM. tidak banyak orang yg tahu keberadaannya apalagi keindahannya. Ternyata selama ini saya hidup di Bandung pengetahuan saya masih sebatas tahi kuching. Kebanyakan menghirup udara kota jadi tak tau ada hal menakjubkan semacam ini di kota tercinta.



Sekitar 1 jam kami di sana. Suasana di sini enak buat piknik sih. Lain kali kalau kesini saya mau bawa nasi timbel, tikar,rantang, plus perahu.

Jam 12.12 kami beranjak pulang. Siang-siang hot jeletot atuhlah. Tujuan selanjutnya ke Buah Batu katanya. Mau goyobod kiliningan. Panas panas dihantam saja. Sampai ditulisnya catatan ini, panas mataharinya masih terasa di kepala alias demam.

So, that's what i mean. be a tourist in our hometown. See you in another trip :)

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...