10.3.13

Lagu lama

Ada hari dimana orang-orang berlalu lalang dengan rutinitas tanpa batas. Ada hari dimana orang-orang bersuka ria dengan apa yang dia punya. Bahagia dan apa adanya.
Umurku saat itu belum genap satu dekade.Saat itu di Banjarsari,minggu pagi biasa aku habiskan dengan kehidupan sebagaimana mestinya anak kecil hidup. Berlari menuju jalan kereta usang, memanjat jembatan, dan biarkan matahari pagi membasuh badan yang belum mandi setetes pun. Membersihkan surau karena ada jadwal piket adalah awal yang bagus kala itu. Dan ketika kita pulang, rumah-rumah yang memiliki televisi selalu menjadi tempat transit. Menonton serial kartun sepanjang hari sampai ibu menyusul menyuruh mandi atau sekedar membersihkan badan. 
Itu dulu. Kebahagiaan kecil yang aku lupa cara memulai mendapatkannya. Menyadari diri kian dijejali ilmu kehidupan dan tersiksa sendiri menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya. 

Memiliki tujuan hidup bukan berarti berspekulasi. Lima tahun lagi, sepuluh tahun lagi, duapuluh tiga tahun lagi. Aku hanya tidak ingin aku menyerahkan nasib begitu saja pada takdir. Bukankah agama yang menuntun umatnya agar tidak mudah berputus asa. Menyerah begitu saja seperti semut memelas berharap tak dilahap tapir. 

Aku punya tujuan. Baik itu apa perlunya aku hidup, juga apa tidak perlunya aku hidup. Di dunia. 

Sekarang, biarkan kamu yang aku jadikan tujuan hidup beberapa saat ke depan. Jangan marah kalau aku mencoba memulai pembicaraan. Aku ini perindu. Kalau aku tahu cara untuk lupa, aku pasti diam dan kemudian memaki-maki keadaan. Aku ini perindu. Perindu kamu, manisku.



Manisku, acuhmu malah membuatku rindu menderu. Jika satu dekade mampu membuatmu lupa masa lalu, aku tunggu. Biar nanti aku datang kembali membawa cerita masa datang dan semua berawal dari sana. Jika satu dekade yang memang diperlukan.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...