28.5.13

Officially Retired

28 Mei 2013

3 hari lalu saya baca blog si kak laras. Saat itu saya masih di Solo. Pelarian.

Tulisan kak laras sedikit banyak men-trigger saya untuk membuat sebuah tulisan dengan tema serupa dengannya. Tulisan ini saya maksudkan hanya untuk napak tilas tentang apa-apa yang memberi inspirasi belakangan ini atau sebut saja setahun kemarin. Kira-kira sudah satu tahun berselang semenjak saya mendaftar menjadi asisten dosen mata kuliah gambar konstruktif di TPB FSRD ITB. Angkatan 2012. Tulisan ini saya dedikasikan untuk saya pribadi, rekan asdos lain dan mereka.
photoception. sumber dokumentasi pribadi

24 Mei 2013.
Raga saya di dalam bis kelas ekonomi jurusan Jogja-Solo yang penuh sesak dengan keringat. Sementara pikiran tersangkut di Bandung, di koordinat kampus ITB, gedung tpb, ruang dosen, tepatnya di tumpukkan UAS teori gambar konstruktif yang belum saya masukkan nilainya.

Normalnya manusia yang berlibur atau semacamnya pastilah sumringah, pikiran lepas, tau-tau pulang banyak cerita suka-suka. Saya sepertinya bukan yang termasuk golongan itu. Ada beban sendiri ketika mengetahui kalau ada 3 mahasiswa adik kelas yang nilai ujiannya belum dimasukkan ke daftar nilai, padahal itu tanggung jawab asdosnya, padahal itu yang menentukan masa depan mereka, padahal itu keselamatan mereka. Naonsih. Tapi aing serius. Saya berharap saat itu saya tidak di bis ini. Saya harap ada di Bandung. Kagebunshin? Saya mau, tapi sayangnya, kata guru, saya belum boleh melakukannya karena terlalu beresiko bagi jiwanya yang masih rapuh dan belum alil baligunshin. Pun percuma jikalau membelah diri kalau belahan jiwa saja belum ditemukan.

Saya punya rekan. Kiki. Dan mungkin malam sebelumnya dia mimpi ditimpa gajah duduk. Saya mau titipkan tugas ngurus nilai ini ke beliau. Tapi si kiki belum tidur dari kemarin karena bantuin si puri nyiapin pameran yifi. Lagipula dia gak terlalu tahu detailnya. Tapi dia ngurusin juga pagi-paginya. Siang hari dia kebingungan dan saya dicecar sms minta tolong. Hari itu saya bantu sebisanya dari jarak 523 km. Saya hubungi satu persatu tiap anak yg nilainya belum saya masukan. Batas masukin nilai itu jam 2 siang. Beberapa sudah ada nilainya. Sampai jam 4 sore, tinggal 2 orang lagi. Untungnya mereka ngasih balasan sms yg kami harapkan. Nilainya. Dan alhamdulilah kelar. Sisanya, tinggal berdoa itu nilai masuk ke pusat nilai ITB tepat waktu, dan mereka-mereka anak ayam masuk prodi dan surga yang diinginkan.

Belum selesai di situ. Saya masih punya dosa hari itu. Tepatnya hari jum'at, sabtu, dan minggu. Saya melewatkan pameran anak-anak ayam ini. Event terbesar mereka di akhir tingkat satu. Saya tidak sempat ke pameran mereka karena baru tiba di bandung J+10 penutupan pameran. Bagi saya pribadi melewatkan acara penting di akhir adalah tidak sopan. Karena saya mengawali perjumpaan dengan mereka dengan kurang baik dan sekarang diakhiri dengan kurang sopan. Saya memulai tugas sebagai asdos dengan keji. Saya pernah beberapa kali mencoret absen, menutup pintu masuk padahal hanya lewat 2 menit, saya pernah (istilahnya : ngestalk) media sosial lalu mencari2 bocah yang ngeluh2 soal matkul konstruk, lalu saya panggil di kelas, lalu saya sepet-sepet bareng si dika, akibatnya anak itu tak pernah muncul lagi. Belum lagi high pitch yelling waktu pembagian tugas. Keributan mereka mau nyaingin suara saya rupanya.Jadi saja saya kesal sampai tumpeh-tumpeh barking2 begitu.

Stop it before it's getting too attached. Harusnya semester 2 saya berhenti ngasdos saja. Harusnya. Ngapain juga ngurusin anak orang kalo keluarga sendiri kagak diurus. Kasarnya begitu. Tapi ternyata harus lanjut, maka dilanjut saja pake L. Lagian, niat awal saya terjun jadi asdos juga gak ada tujuan pasti misalnya : ngeceng, nyari nilai, nyari temen, nyari babu. Ini lebih karena saya males di rumah gak ngapa-ngapain ya mending ngapa-ngapain asal gak nganggur. Hanya saja terlalu sering berinteraksi di ruangan 40x40 meter persegi itu banyak akibatnya.

Sebut saja dalam satu tahun pertama, mereka punya banyak acara. wisuda 1, kulap, darma wisata, wisuda 2, pameran, dan acara-acara bumbu lainnya. Mungkin karena saya koordinator asdos matkul ini, saya jadi sering kena getah disuruh bantu-bantu acara mereka juga. Dari dosen, dari tatibnya, dari ketuanya, dari siapanya. Awalnya saya malas sejadi-jadinya. Lagi-lagi karena saya banyak memikirkan apa gunanya membantu anak orang kalo merugikan waktu, tenaga, pikiran, dan materi sendiri. Iya saya egois.

Jika dilihat di akhir semester ini, siapa yang betul-betul belajar dan siapa yang mengajar, saya orang yang belajar, dan mereka yang mengajarkan saya. Saya belajar bagaimana cara berkorban, bagaimana cara menolong dengan ikhlas, bagaimana cara tidak egois. Itu mungkin penyebab kenapa saya sering ke gedung tpb. Entah jadi asdos 3D gadungan yang ikut2an nebeng, atau ngobrol-ngobrol ini itu, atau pesan-pesan singkat, atau asistensi karya, atau apapun itu bentuknya. Orang lain boleh menilai selain itu, misalnya ah si ami mah nyekil doang, atau ah si eta mah cari muka. Saya anggap itu kentut kerbau. Berlalu tanpa jejak.

Saya pernah di posisi sebagai mahasiswa baru. Maka saya tahu apa yang pasti dibutuhkan mahasiswa baru, bagaimana masuk ke dunia mereka tanpa ada gap label senior-junior, dan bagaimana belajar menghilangkan gengsi. Di masa saya atau kami 09 sebagai mahasiswa baru, asdos-asdos kami seru, tapi tidak banyak yang berbekas, khususnya matkul konstruk. Tidak pernah ada yang namanya dresscode kuliah, atmosfer lebih seperti wajib militer, mayoritas mahasiswa segan bertanya, akibatnya interaksi obrolan hanya sebatas "kak, asistensi" atau "kak, boleh pake penggaris?". Yang saya rasakan saat itu, kami budak, dan asdos itu julius cesar. Tidak ada suasana kuliah santai seperti pantai. Dresscode pantai lebih tidak terbayang saat itu.

Dari situ, saya tidak ingin kewajiban saya sebagai senior yang membimbing junior itu malah jadi bumerang. Marah-marah pada mahasiswa baru tanpa alasan yang jelas dan tanpa saling mengenal itu durhaka. Marah lah kalau ada yang terlihat salah. Sejatinya seperti itu.

***
Boleh dibilang itu tadi prolog. Panjang. Memang. Karena sangat sulit mempersingkat tulisan yang harusnya ditulis puluhan hari yang ada-ada saja tiap harinya.
Tapi saya rasa ini harus disimpulkan. Kalau saja kemarin saya datang ke pameran mereka, saya ingin berpesan satu hal : Life without passion is unforgivable. Saya lupa itu tulisan siapa dan malas mencari di google. Saya berpesan seperti itu karena memilih jurusan kuliah bukan semata-mata prospek kerja ke depan yang terlihat menyilaukan dengan iming-iming gaji besar atau luasnya lowongan kerja. Bukan itu. Sungguh rugi kalau mencari ilmu karena materi. Aktif di berbagai kegiatan kampus tapi money oriented. Orang seni butuh banyak main. Butuh banyak jahil. Kalau sampai pada satu titik dimana kita bertanya pada diri sendiri "Apa hidup mau begini-begini saja?" maka ubahlah hidup sesuai apa yang diinginkan. Sesuai dengan apa yang kita senangi ketika melakukannya. Bukan karena tuntutan orang tua, bukan materi, bukan asmara remeh temeh, atau pengaruh orang lain. Passion. Menulis itu gampang. Menjalaninya yang susah.

Dengan demikian berakhir sudah acara asdos-asdosan gambar konstruktif ini. Seluruh rekan yang bertugas ingin mengucapkan terima kasih kepada sodari kiki zakiyah partner in crime yang setia pada pacarnya, kepada kalimat-kalimat bullying Dika yang akan sangat dirindu, pada kegarangan mifta saat absen pertama dan kegaringan pada pengumpulan tugas, azhar dengan libidonya yang tinggi akibat perbuatan dika, massur si bule nippon yang sangat banyak membantu di saat genting, alifan sembalap yang ditaksir banyak tpb tapi mereka belum tau aja dalemnya.ha ha. masgun yang menjadi penertib anak-anakseperti tramtib dan berdisiplin tinggi, kak laras si manis berbulu serigala yang hemat memberi nilai, mas kukuh si bapak-bapak berselera muda kadang gila juga :p, mas aji yang so so cool tapi teledor. Trio pak : pak Didi, pak Dani dan pak (yaAlloh aing lupa namanya ini tinggal nyebut susah amat padahal tau). Dan seluruh mahasiswa tpb 2012. Tidak ada khususnya kelas berapa. Semuanya. Sampai kita bersua kamargasatwa di lain hari. 


Dengan ini saya menyatakan pensiun.







No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...