30.6.13

Dokter bedah mesin

Etika. Dalam pengertian sehari-hari, itu adalah nama senior saya di interior. Tapi untuk edisi hari ini, etika berarti 'jangan norak'. Ini tentang bagaimana rasanya berlagak ngota padahal defaultnya ndesho.

Siang tadi ada meeting di hotel G.H. Universal di Setiabudi sana. Berangkat jam 12 siang. Macet edan eling di gasibu dan ledeng. Jadi saya sampai di tkp jam 1 kurang. Agak tersendat di pintu masuk gara-gara satpam banyak tanya keperluan saya apa. Iya saya nda marah sama itu satpam wong emang saya gak keliatan sebagai penghuni hotel. Padahal sebetulnya bisa saja nyelonong masuk dengan bilang saya tukang kuras kolam renang. Ngeliat tampang juga si satpam tidak akan sangsi.

Saya masuk lobby hotel. Nanya satpam lalu dia bilang suruh ke informasi saja sambil nunjuk ke suatu arah mata angin. Saya meja yang ditunjuk si satpam itu ternyata sedang ada 2 perempuan. Mungkin mahmud alias mamah muda. Percaya diri tinggi karena sepatu baru dicuci, badan mandi, baju semprot winyak mangi.

"Mbak, ada mas William?"
"Wah kurang tau ya mas. Dari mana ya?"
"Dari bogor gor gor"
"Sebentar saya cek"

Lihat ke arah meja. Ada buku daftar tamu. Lihat ke luar ada janur kuning. Oyees bravo. Saya harap bungee jumping sesegera mungkin.

"Wah mas maaf mungkin salah acara"
"Oh iya mba maaf. makasih"

Simbaknya cuma mesem-mesem. Saya berlalu bersama malu. Karena tidak ada ceritanya orang bertanya kamar hotel seseorang pada meja penerima tamu kondangan.

***
Meeting sama William di rooftop. Dia anak kuliahan juga. Dari UPH. Tau kan UPH? Uang Papah Habis. Itu kata si Willliamnya. Dia lulusan singapore, lanjut kuliah kedokteran di indonesia. Dia maunya sih spesialis bedah. Saya gak ngerti jalan pikiran orang pinter itu ruwet. Dokter? Tapi mau bikin sportcar. Katanya, karena bapaknya doyan otomotif.

Tiga jam kami bicara peroyek sportcars. Rencananya mau digarap secara independen di bengkelnya di Tangerang. Saya masih setengah tidak percaya dan seperempat percaya kalau ada orang indonesia yang berani investasi modalnya buat bikin mobil sekelas lamborghini, pagani, dan bugatti veyron. Saya bingung antara harus exited, tegang, atau takut. Rencananya mulai digarap tahun ini, sedangkan Tugas Akhir juga digarap semester depan. Lalu terpikir tentang masalah membagi waktu, fokus ke mana, kuliah atau karir, atau mungkin keduanya bisa bersamaan. Masih ada beberapa minggu untuk memikirkan ini. Yang jelas untuk sekarang, penyusunan jadwal kembali dimulai. Kali ini lebih panjang. Mungkin 5 tahun. Karena saya akan ikut proyek ini hingga selesai prototype untuk dipasarkan di eropa juga amerika (katanya). It's all about pushing myself to the limit. Dengan begini, urusan percintaan adalah nomor 8. Setelah rukun islam, tugas akhir, dan proyek sportcar ini.

Man jadda wa jada.







*biasanya, foto itu bisa mengubah yang alay jadi tampak menawan. Ini mana ada menawan-menawannya. Aslinya indah. Asli.*

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...