27.7.13

Idiot Parki-Riot

Perampokkan jalan raya. Umumnya, si subjek adalah kriminil kelas teri yang terlilit utang atau mabok harta karena judi melulu. Dan si objek adalah masyarakat penikmat jalan kota yang tidak tahu menahu. Ia hanya sedang ketiban sial. 

Siang tadi saya beserta dua sohib, si festy, wuwu, adalah objek perampokan jalan raya.

Siang tadi wisuda Unpar. Bos Okky baru lulus sebagai sarjana akuntansi. Tapi saya tulis S.E. Saya nebeng mobil si festy bareng wuwu. Jalan ciumbuleuit sudah perlu dipermak karena obesitas kendaraan. Macetnya gila-gilaan. Kami parkir di sebuah jalan sempit. Ada tukang parkir idiot yang menuntun kami. Awalnya ya ikut-ikut saja berhubung sudah pasrah karena tidak tahu lagi harus parkir di mana. Mobil selesai diparkir. Lalu kami jalan memutar menuju kampus unpar. Baru jalan sekitar 152 meter si tukang parkir idiot itu menggonggong-gonggong. 

"A bayar parkrinya sekarang A 30 rebu." /ANJIR!!. itu kalau bukan bulan puasa, gua semprot juga muka dia. Mentang-mentang lagi ramai jadi bertindak oportunis. Cih

"Apaan bang 5rebu biasanya" sambil agak menaikkan intonasi. Saya bilang begitu lalu berlalu.

"NENG! NENG! Bayar parkinya sekarang!" teriak-teriak mangggil si festy wuwu yang sudah jalan di depan.

Si festy yang gak tau apa-apa sih mukanya ramah-ramah saja. Sebelum pertanyaannya yang ini dijawab sama si tukang parkir idiot tadi..
"Oya emang berapa bang?"

*harga disebutkan*

"Hah mahal bener" mukanya tidak seramah tadi.

Lalu mukanya si tukang parkir idiot itu tiba-tiba meradang
"Di yang lain juga sama A standar 30-50 rebu. Tuh yang di depan juga 50 rebu. Kalau gak mau mah mending cari parkir tempat lain aja!" Diliatin mobil-mobil yang lewat.

Kampret jirr parkir 50 rebu buat sejam. Kalau ini tanah nenek lu ya gua beri jir. Jam 2 siang itu saya sudah mau membatalkan puasa tapi belum. Akhirnya saya tawar terus sampai 15 ribu. Mukanya asem tapi saya tetep ngasih dia segitu. 


Di wisuda Okky kami cuma berjumpa memberi karangan bunga dan karikatur alakadarnya lalu pergi pamitan. Satu lagi teman saya telah menyelesaikan studi tertingginya. Saya ikut bahagia dan berdoa untuk kebaikannya.

Kami pamit undur diri dari hadapan unpar. Menuju mobil yg diparkir tadi. Dan tebak di mana si tukang parkir idiot tadi? Tidak ada. Saya baru akan menghargai jasa tukang parkir kalau dia memang berniat untuk menolong pengendara kendaraan. Misalnya kalau hujan, alangkah tergugahnya nurani ini untuk memberi upah pada tukang parkir yang sekedar mengelap jok motor. Bukan seperti ini. Itu sebabnya saya selalu ogah memberi receh pada pemuda yang bertingkah tukang parkir tapi tanpa berbuat apa-apa. Terkadang saya kabur lalu samar-samar terdengar kalimat 'anjing lu' dari belakang. Saya sih lempeng. Atau acungkan jari tengah.

Sorenya ke kampus yang seperti kuburan cina. Sepi. Tidak banyak cina-cina seperti di kampus yang tadi. Ke HME ketemu si Hafid. Edit-edit Desk Evaluation buat lomba di surabaya. Lalu pulang menjelang magrib. Buka sendiri dengan chitato karena sekeluarga lagi pergi ke cibiru.

***

Untuk kejadian hari ini.

Tadi itu kejadian atas nama ketidakadilan. Tukang parkir idiot, tanah bukan milik dia, tarif parkir dari pemerintah kota sudah ada, tapi dia seenaknya sendiri menentukan upah yang tidak sebanding dengan apa yang dikerjakannya. Saya pernah bilang, kalau tukang parkir hanya bermodal hoy hoy,peluit dan waktu luang. Saya bilang tidak adil karena sore tadi, di hari yang sama, saya melihat tukang es dawet berjualan untuk buka puasa hanya dapat untung mungkin 1000 rupiah dari seporsi es dawet yang ia jual. Kerja sudah keras. Tapi bernasib berbeda dengan si idiot parkir tadi.


No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...