15.9.13

Lombok Runaway

Jum’at, 18 September 2013.
Lombok Praya International Airport.
12.08 WITA

Ini hanya pengalaman seekor manusia goa yang sudah lama tinggal di suatu pulau lalu sekarang untuk pertama kalinya dia keluar pulau tersebut. Jawa-Lombok. Ditempuh dengan menaiki pesawat di ketinggian 11.000 kaki, manusia goa ini mual-mual, grogi, dan telinganya sakit. Di dalam pesawat dia hanya melihat langit biru, awan putih, laut biru, daratan hijau. Manusia goa itu tau dia hidup di negeri yang indah permai gemah ripah lohjinawi, tapi kali ini dia baru merasakan dengan hatinya, bahwa inilah Indonesia. Yang kata orang zamrud khatulistiwa dengan segala keindahannya. Tidak salah jika sebuah brand consultant membuat logo maskapai penerbangan Garuda Indonesia berdasarkan pengalaman terbang ini. Kala itu, si orang-orang dari konsultan ini menaruh warna biru dan hijau di logo Garuda Indonesia. Kenapa harus dua warna itu? Karena, ketika seseorang terbang naik pesawat itu, melewati Indonesia, yang dia lihat hanya dua warna itu. Hijau untuk daratannya yang subur, dan biru lautan yang luas. Harga logo itu adalah 6 Milyar Rupiah. Nama brand konsultan itu adalah : Dentsu Strat. Ironisnya, itu adalah konsultan asing.






***

Saya beserta tim panitia PIMNAS ITB 2013 ke Mataram dalam rangka mendampingi para kontingen dari ITB. Hanya 3 tim yang lolos. Merosot jauh dari tahun lalu yang meloloskan 17 tim. Tapi kuantitas bukanlah jadi tolak ukur keberhasilan. Kami tetap optimis dan percaya bahwa 3 tim ini memberikan hasil yang maksimal.
Hari pertama keberangkatan dari Bandung menuju Denpasar. Musti transit dulu lalu lanjut ke Mataram. Sampai di Bandara Mataram sekitar jam 8 malam. Dan dari sini, tugas kami semua dimulai.



Tadinya peserta mau langsung ke penginapan. Namun karena keperluan administrasi, mereka meluncur ke Universitas Mataram (Unram). Tim Panitia (saya, mifta, , vidya, cindy, nico, faisal) di mobil satunya. SEmenjak dari bandara, saya harus berkutat sama si photoshop untuk bikin ulang posternya si tyok. Kondisi saat ini pusing, selain karena poster yang dadakan parah (karena harus tempetl besok), juga si nico yang bawa mobil ala sopir angkot Kalapa - Caheum via Binong. Gas rem gas rem kagak santai. Sampai di tempat cetak poster jam 9. Si masnya udah mau tutup, poster baru jadi. Print, hasil memuakkan. Kepaksa print di kertas foto. Rp 210rb/lembar. Tanpa pikir panjang, itu si poster yang masih anget-anget tai ayam itu dibawa ke auditorium unram buat dipasang. Singkatnya poster sudah dipasang nih. Tapi ada yang kurang. METODOLOGI! ah kampret!!. Pulang dulu ke penginapan lalu niatnya benerin poster. Kenyataannya baru benerin keesokan paginya. Jebrad jebred desain, print, tempel. Sisanya serahkan pada Allah semata. Jam 9 pagi pasang. Hari itu hari pertama presentasi para peserta PIMNAS. Tim Bhinneka + Tim Sukun tampil hari itu. Tinggal 1 tim lagi si Tim Paperkru yang ditunda esok hari. Malamnya evaluasi sama penggemblengan teknik presentasi Paperkru. Sampai dini hari.




Hari berikutnya tidak se-hectic hari sebelumnya. Tinggal mengecek kondisi tim Paperkru. Saya, Ka Ubay, Nyoman kebagian di Fakultas Teknik tempat presentasi mereka. Tapi ndak boleh masuk. Jadi kami streaming saja di ruang transit. Siang hari sudah agak bosan. Cabut dari Unram, nyari makan. Ternyata jam 2 siang sudah kelar semua. Rencana berikutnya ke Senggigi. Pusing ngatur transport, akhirnya si Nico yang bulak balik antar jemput panitia + tim. Saya sama Topan naek motor.



Sorenya agak mendung. Sampai di Pasar Seni Senggigi masih mendung. Tapi di pantai masih bisa lihat sunset. Main kano sampe magrib lalu pulang basah-basah. Mampir dulu ke Seafood 55 di jalan Sriwijaya. Murah meriah juga nikmat sob. Makan seru dan diakhiri evaluasi seluruh panitia + tim untuk hari itu. Sampai di hotel malam langsung tepar.



Hari terakhir. Pagi-pagi sudah persiapan dekorasi stand punya tim Sukun. Pasang erlenmeyer, sukun, bolu kadaluarsa, dan dedaunan yang lebih tampak seperti hutan rimba ketimbang dekorasi. Penilaian jam 10 pagi. Seluruh penonton dan peserta naik ke tribun Auditorium. Yang saya lihat dan rasakan di sana seperti malam pengumuman PIMNAS tahun lalu. Bergemuruh. Yel-yel dari tiap universitas, jargon-jargon, atribut, bendera dan sebagainya untuk mendukung almamaternya. Gemuruh Lagu Indonesia Raya juga berkumandang seisi auditorium. Sayangnya ITB kalah jumlah untuk melakukan yel-yel. Kami pulang meninggalkan tyok sendiri. Belanja oleh-oleh ceritanya. Keliling kota Mataram dari mulai pasar Sayang-sayang, Pasar Cakranegara, sampai akhirnya nemu di depan hotel Lombok Raya. Belanja di sana sampai lupa waktu dan lupa isi dompet. Jam 3an pulang. Mampir ke hotel terlebih dahulu lalu ke auditorium. Di sana tinggal etalase tim si tyok yang belum diberesin. Ujung-ujungnya kami juga yang beresin. Pulang lagi ke hotel. Saya Mifta Topan ke Senggigi lagi balikin motor sewaan. Pulang agak sore lalu siap-siap malam pengumuman pemenang.







Jam 8.32 saya masih keliling-keliling sama Nyoman. Bosan duduk denger sambutan. Nyari-nyari makanan semacam bandrek bajigur ternyata tidak berjumpa. Jam 9an mulai pengumuman. Dimulai dengan pengumuman poster. Dan tak dinyana ternyata si poster dadakan 3 hari lalu mujarab. Alhamdulillah dapat medali perak. Memangtak sia-sia habisin materi sebesar Rp 500rb untuk sebuah poster yang satu ini.




Pengumuman lainnya menyusul. Tim Paperkru dapat Medali Emas Poster dan medali perunggu presentasi. Good job bro! Tim Bhinneka tidak membawa medali. Tapi Ini bukan tentang tim mendapat medali apa. Ketiga medali ini adalah milik bersama yang kami dedikasikan untuk ITB. Untuk Tuhan, Ibu, dan Si Dia kalau kata si Wahyu. Pulang dari sana evaluasi besar-besaran bahas dari hari pertama sampai saat itu.

Esok harinya persiapan pulang ke Bandung. Ke Bandara jam 11an baru take off jam 13an lah. Bablas Jumatan sih. Transit di Denpasar sebentar dan langsung naik pesawat berikutnya menuju Bandung.


Arrivederci Lombok! Suatu hari nanti aku kembali berkunjung ke Rinjani-mu dan Gili Trawangan-mu. Pasti, Tentu setelah saya selesaikan tugas akhir ini.



No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...