11.11.13

Lovember - Sederhana

Ada yang lucu malam ini. Seorang teman di jejaring sosial memposting sebuah status berupa percakapan pria dan wanita yang bunyinya seperti ini :


Man: Will you marry me?
Women : Do you have a house?
Man : No
Women : Do you have BMW?
Man : No
Women : How much your salary?
Man : I don't get any salary
Women: You guy are nothing for me. Just stay away of me!

Man: Ok I ain't propose you again but let me explain. I haven't house because I have two apartment. I haven't BMW because I like Lamborghini and I don't get any salary because I am a boss in my company, who do you expect to pay me?


Dari percakapan itu, ada2 hal yang menurut saya perlu ditindaklanjuti. Pertama, seorang bos di suatu perusahaan berbeda arti dengan leader. Karena menurut hemat saya, seorang leader itu memimpin di depan, setara dengan yang dipimpin. Sedangkan bos, dilihat dari hierarkinya berada di atas, dan jika diartikan cenderung memerintah, dompleng-dompleng bawahan untuk dimanfaatkan. Jadi pilih bos apa leader? Kedua, apakah pertanyaan-pertanyaan macam itu yang pertama kali muncul di benak mayoritas perempuan ketika ada seorang laki-laki yang tertarik padanya?

Sore tadi kumpul di ruang TA sama si yoga, irfan, sapi, riki. Lalu ada yang bilang "mapan dulu aja, nanti juga cewek mah nyamperin sendiri". Saya jadi teringat ucapan paman. "Bogoh ka awewe mah modal cinta wungkul teu mahi. Rek mere dahar anak istri make cinta?" (Mencintai perempuan tidak cukup hanya bermodal cinta. Memangnya mau beri makan anak istri pake cinta?). Maksudnya, tentu perlu juga materi, aset, tabungan, untuk jaminan hidup. Tapi sepertinya, kemapanan terasa kurang relevan jika harus menjadi pertimbangan. Bagaimana kalau si laki-laki ternyata memiliki semua materi yang membuatnya terlihat mapan tapi si perempuan tidak tahu harta itu berasal dari mana. Bisa juga dibalik. Bagaimana kalau ternyata si laki-laki memang sudah mapan, namun karena kesederhanaannya, segala yang dimiliki sengaja tidak dia perlihatkan. 

Jadi mau lo apa sih mi?


***

Ada sebuah kisah romantis antara dua sejoli yang ribuan kali lebih awesome dibanding romeo juliet. Sayangnya, tidak banyak orang tahu. Ini tentang Ali dan Fatimah. Cinta Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra memang luar biasa indah, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci pernikahan. Konon, karena saking teramat rahasianya, setan saja tidak tahu urusan cinta diantara keduanya. Sudah lama Ali terpesona dan jatuh hati pada Fatimah, ia pernah tertohok dua kali saat Abu Bakar dan Umar melamar Fatimah. Sementara dirinya belum siap untuk melakukannya.


Namun, kesabaran beliau berbuah manis, lamaran kedua orang sahabat yang sudah tidak diragukan lagi keshalihannya tersebut ternyata ditolak oleh Rasulullah. Hingga akhirnya Ali memberanikan diri, dan ternyata lamarannya yang mesti hanya bermodal baju besi diterima oleh Rasulullah.



Di sisi lain, Fatimah ternyata juga sudah lama memendam cintanya kepada Ali. Dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari setelah keduanya menikah, Fatimah berkata kepada Ali,
"Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya",

Ali pun bertanya mengapa ia tak mau menikah dengannya, dan apakah Fatimah menyesal menikah dengannya.

Sambil tersenyum Fatimah Az-Zahra menjawab, "Pemuda itu adalah dirimu".

Diceritakan, Ali Bin Abi Thalib waktu itu ingin melamar Fatimah, putri nabi Muhammad saw. Tapi karena dia tidak mempunyai uang untuk membeli mahar, maka ia membatalkan niat itu. Ali segera berhijrah untuk bekerja dan mengumpulkan uang. Pada saat Ali sedang bekerja keras, ia mendengar kabar kalau Abu Bakar ternyata melamar Fatimah. Wah, bagaimana agaknya perasaan Ali, wanita yang sudah dia inginkan dilamar oleh seseorang yang ilmu agamanya lebih hebat dari dia. Tetapi Ali tetap bekerja dengan giat.

Lalu setelah beberapa lama Ali mendengar kabar kalau lamaran Abu Bakar kepada Fatimah ditolak. Ali tertegun dan sedikit bergembira tentunya, kata Ali “waah, saya masih punya kesempatan ”. Setelah mendengar kabar itu, Ali bekerja lebih giat lagi agar cepat mengumpulkan uang dan segera melamar Fatimah. Tapi tak lama setelah itu, Ali mendengar kabar kalau Umar Bin Khatab melamar Fatimah. Wah, sekali lagi Ali mendahulukan orang lain, bagaimana perasaannya? Tapi tak berapa lama Ali mendengar kalau lamaran Umar bin Khatab ditolak. betapa senangnya Ali, mendengar kabar itu.

Tapi tak lama, kesenangan itu kembali pudar karena terdengar kabar lagi, ternyata Utsman bin Affan melamar Fatimah. ini sudah yang ketiga kalinya, kata Ali “mungkin kali ini diterima. Kalaulah Usman tidak melamar Fatimah secepat ini, InsyaAllah tidak lama lagi saya akan melamar Fatimah, tapi , apa hendak dikata , adakah mau mengalah?".

Dan sekali lagi, tidak berapa lama dari itu, kabar ditolaknya lamaran Utsman bin Affan pun terdengar lagi, betapa bahagianya Ali. Semangat Ali untuk melamar Fatimah pun berkobar lagi, dan semangat itu didukung oleh sahabat-sahabat Ali. Kata sahabatnya “ pergilah Ali, lamar Fatimah sekarang, tunggu apa lagi? kamu kan sudah bekerja keras selama ini, kamu juga sudah mengumpulkan harta dan cukup untuk membeli mahar. tunggu apa lagi? Tunggu yang ke4 kalinya? baik cepat!”

Dengan segera Ali memeberanikan diri untuk menghadap ke Nabi Muhammad saw. dengan tujuan melamar Fatimah, dan sahabat-sahabat tahu? lamarannya diterima!

Ternyata memang dari dulu Fatimah az-Zahra sudah mempunyai perasaan dengan Ali dan menunggu Ali untuk melamarnya. Begitu juga dengan Ali, dari dulu dia juga sudah mempunyai perasaan dengan Fatimah az-Zahra. Tapi mereka berdua sabar menyembunyikan perasaan itu sampai saatnya tiba, sampai saatnya Ijab Kabul disahkan. Walaupun Ali sudah merasakan kekecewaan 3 kali mendahulukan orang lain, akhirnya kekecewaan itu terbayar juga.

***

Jaman dulu taraf keromantisannya udah kayak gitu aja. Sekarang pemuda pemudi sok tau yang dimabok nafsu udah mamih papihan berasa paling bahagia. Bicara masa depan, punya mobil, punya rumah, punya ipad, makan di cafe-cafe, junkfood, dst. Kalau saya sendiri  sebagai mantan pemuda sok tau itu merasa berat. Lah bukan waktunya membelanjakan hasil kerja keras untuk seseorang yang belum tentu jadi pendamping seumur hidup. Mending nabung. Investasi.

Andaikata ini mah. Andaikata bertemu jodoh, semoga saja bertemu ketika saya pakai celana jeans yang 3/4 dengan noda resin dimana-mana itu, atau ketika saya makan pecel lele saja, atau ketika mengendarai ontel butut jadul. Karena memang itu adanya. Bukan levi's, bukan Hanamasa, bukan BMW. Tapi sekarang saya sedang mencoba mencapai itu. Kerja keras. Yang hasilnya tentu hanya diperuntukkan untuk The Chosen One. Bismillah!

***

Tapi kamu jangan lihat dulu. Biar aku tahu, kalau kamu menerimaku bukan karena hartaku.

2 comments:

  1. Setuju, berpasangan apa adanya bukan ada apanya.

    http://alfiansulthoni.files.wordpress.com/2013/03/625663_444864432255697_1078750277_n.jpg

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah saya baru liat komen2 ternyata ada yg komen.hahaha...

      Delete

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...