9.3.14

Belajar lagi tentang perempuanmu, nak! Kata ibuku

7 Maret.

Sampailah saya pada hari yang paling ditunggu sekaligus paling acak-acakan dalam sebulan ini. Sore nanti hendak ke swing & sync konser amal Mocca. Saking semangatnya dari pagi sudah petantang petenteng ngajak sparing matahari sama cucian kotor dari kampung. Jam 9 baru kelar jemur. Si de alfan minta ditemenin sepedahan di lapang cicabe. Berangkatlah sampai menjelang jumatan.



Ni bocah katanya mau bantu-bantu nyuci tapi malah bikin kagok.

***

Jam 16.16 saya janjikan menjemput pasangan nonton sebagai syarat sahnya konser. Perempuan atuh pastinya da aing bukan homo. Dari dago jam steng5 sampai lokasi jam steng6an lah. Belum siap2 apapun. Ngobrol ngalor ngidul. See? At this moment, my brain still working smoothly. Namun begitu hati mulai campur tangan, rusak segalanya. Selama konser ini kebanyakan saya ngomong yang saya sendiri saja gak sadar pernah mengeluarkan kata-kata canggung macam itu.



Di malam tersebut sejatinya saya mencoba meniti kembali pengetahuan dan pengalaman mengenai hubungan laki-laki dan perempuan ketika muda. Bukan berarti saya secara instan menyukai pasangan dadakan saya ini. Saya hanya menjadikan ini sebagai tolak ukur, seperti apa saya bisa men-treat seorang perempuan sebagaimana mestinya dilakukan seorang pria yang sudah cukup dewasa dan mengerti hal-hal macam ini. Namun kenyataannya, saya masihlah terlihat gagal sebagai seorang pria. Bukan segi romantisnya yang saya maksud, tapi segi kepedulian saya pada orang lain. Ketika pikiran saya hanya disibukkan dengan bagaimana saya bertindak selanjutnya, bagaimana jika dia tidak suka, bagaimana kalau saya terlihat bodoh,, ternyata saya malah menunjukkan keegoisan diri. Padahal, tidak usah terlalu dipikirkan, cukup dilakukan. 

Jam 23.23 WIB. Saya habis mengantar pasangan sehari ini pulang ke kosannya. Dalam hujan, pikiran saya hanya dihantui penghukuman pada diri sendiri mengenai tingkah polah saya padanya. Jam 1.23 saya baru pulang setelah berjam-jam di warung kopi dekat kampus melepas pikiran yang mengganggu. Hujan besar. 

***

Saya kira hari ini akan penuh keceriaan. Setelah mengecewakan 4 teman perempuan sekaligus, hari itu sangat suram. Foto karinov rencananya jam 4 sore. Mendadak disuruh LPJ jam 3 sore yang ngaret baru mulai jam 4.02. Si nana yang nunggu di atm center, dhiya dan dini yang nunggu di jonas, juga si fitri. Saya baru tiba jam 6 sore. Si dini & dhiya sudah cabut duluan, mereka telah di sana dari jam stengah 4 sore. Si fitri pasang muka asem. Makan di sangrai berasa bukan makan juga kalau ternyata ada staf saya yang harusnya ikut makan enak di sini tapi tidak jadi.


Dengan pikiran kalang kabut akumulasi 2 hari berturut-turut gara-gara kesalahan memperlakukan perempuan, saya jadi malas cepat pulang. Karena kalau sudah di kamar, malah bengong. Ke movie room beli 2 dvd. Sampai sekarang belum ditonton.


No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...