27.5.14

Pair


pair /pɛː 
noun, plural pairs, pair.

1.two identical, similar, or corresponding things that are matched for use together: a pair of gloves; apair of earrings.
2.something consisting of or regarded as having two parts or pieces joined together: a pair of scissors;a pair of slacks.
3.two individuals who are similar or in some way associated: a pair of liars; a pair of seal pups.
4.a married, engaged, or dating couple.
5.two mated animals.

***

| Mei 26 |

Senin pagi kembali ke jakarta untuk tujuan lain. Kali ini ada main-main ke sebuah studio desain produk di kawasan jakarta pusat. Di xtrans cuma tiga penumpang. Ada seorang bapak pongah gayanya yang 'merengek' sama petugas xtrans-nya buat duduk di tempat saya. Iya sih dia sudah booking duluan dan di sini nomor kursinya. Tapi, ini shuttle bus kan banyak tempat duduk kosong. Lagi pula cuma ada 3 penumpang. Tapi si bapak itu mukanya persis ketiak bison afrika. Item, asem. Kagak senyum-senyum atau punten-mangga. Di perjalanan juga kerjaannya bertapa. Posenya seperti budha, dengan 2 handphone sebesar batu bata di tangan kanan dan kirinya. Kakinya selonjoran dan dinaikkan ke atas batas antara kabin penumpang dan supir. Lagaknya kayak konglomerat. Kelakuannya juga sok pejabat. Koran dia jatuh ke lantai waktu tidur. Saya ogah juga ngambilinnya. Toh dia juga masih bangun dan masa iya gak nyadar koran jatuh? Mau diambilin banget, Pak? Baru-baru saya tahu kalau dia itu pertama kali ke jakarta pusat ini. Karena dia banyak nanya supir dan temannya di ujung telepon. Turun daerah sudirman katanya. Kenapa si bapak gak nanya saya aja ya, orang sebelahnya, kan saya juga gak tahu.

Dari blora naik ojek ke halimun. Kalau sama tukang ojek JKT, musti sok-sok jual mahal dan jangan lupa, acting.

"Bang, ojek!"
"Bentar.." buru-buru ngambil jaket+helm.
"Kemana mas?"
"Itu biasa..halimun". muka sok asik sambil nunjuk-nunjuk arah sono padahal nginjek kaki daerah situ aja belum pernah. 
"Okey"

GPS gak bisa diakses gara-gara layar hp modar.

"Di halimunnya di mana mas?"
"Ini udah halimun bang? Oyaudah sini aja" Bayar 10rb. 
*tips: jangan nunjukkin muka bingung, sekalipun memang lagi bingung. Tukang ojek itu bisa baca garis muka orang bingung. Dari situlah charge tambahan mereka. Ongkos itu bisa berkali-kali lipat dari harga sebenarnya. Mending inner bingung, daripada ongkos melambung. 

Untungnya, alamat design house ini gampang ditemukan. Ketemu bang yopi dan idhat. Kenalan singkat lalu ngobrol-ngobrol soal project-peroject, education background, kesibukan masing-masing, etcetera. Orang-orang di sini kalau boleh saya bilang adalah orang-orang hyper-monster soal industrial design. Founder-foundernya dulu kuliah S1 di malaysia, australia. Freelancenya kebanyanyakan project dari luar indo. Co-foundernya malah lebih monster. Dia kuliah di US dan sampai sekarang masih belum mau balik ke indo. Keasyikan kerja di sana katanya. Itu dari orang-orangya. Soal skill, waduuh..minder guee. Saya dan si mas yopi dan rendy duduk melingkar. Ngeliatin project-peroject yang pernah dibuat namun belum bisa dipublish. Kacauu.. Tidak bisa saya tunjukkan karena kalau gambar-gambar dan 3d model itu saya pajang di sini, blog ini bisa error 404, tak kuasa menahan kedahsyatannya. Serius aing gak lebay.

Lalu saya diminta buka porto behance. Cerita soal tiap project yang ada di situ + project2 draft yang tersembunyi. Ada satu bahasan menarik soal project tugas akhir si alga. Ternyata si owner yang lulusan ausi itu pernah mengerjakan project yang exactly the same dengan punya saya. Klien dia dari US. Dia cerita, kata kliennya dari US, orang-orang sana lagi gencar-gencarnya ngembangin biodiesel mikroalga juga. Si klien sengaja minta orang indo yang garap karena memang indonesia adalah satu-satunya tempat paling strategis dan berpeluang besar buat teknologi ini. Saya sampai merinding. Lalu si mas rendi memberikan opininya terkait hal ini. Katanya memang sudah waktunya ambil langkah. Pemerintah juga orang-orang yang memang ahli di bidangnya. Jangan sampai terlambat dan kita hanya jadi upah pengeruk bahan mentah saja, sedangkan hasilnya dinikmati orang sana.

Time flies dari jam 12 siang sampai jam 6 sore. Ditambah koleksi buku yang emang kebanyakan field industrial design, buat saya makin betah. Tapi berhubung rumah kejauhan, saya musti balik bandung dengan segera. Jam 6 diantar ke pool sama si mas haris yang juga desainer muda di tempat itu.

Gara-gara belum buking, harus waiting list. Sejam kemudian baru dapatlah tiket pulang. Sampai bandung jam 11 malam. Mampir dulu ke sekitar kampus, makan nasi uduk ayam lalau pulang.

***

Line, email, facebook, twitter dan segala media sosial tidak ada notif apa-apa meskipun ditinggal seharian.  Memang semua orang sudah mengungsi ke media lain dan perangkat selular lain. Kalau dibilang kesepian, ya perlu diakui. Tapi mungkin pada saat-saat tertentu saja. Kalau disibukkan hal lain, pikiran akan teralihkan. Kesibukan tanda kehidupan. Sekalipun kesibukan itu bukan sesuatu yang produktif/menghasilkan materi, pasti ada pelajaran yang bisa diambil dan improvement untuk diri pribadi ke arah yang lebih baik.

| Mei 27 |

Si Romi mau ke rumah. Katanya mau buat lagu. Jam 10 belum mandi tapi sudah berani menerima tamu. Tapi masih wangi kok, bekas kemarin. 2 jam buat lagu. Kelar sih tapi masih belum rapi vetul. Katanya si romi mau ngajarin cewek belajar motor dulu. Aduh jadi itu alasannya cepat-cepat pulang. Ya sudah lanjut lain kali. Kalau temen lagi usaha sama cewek harus mengikuti hadist nabi. "Permudah, jangan persulit". Tadinya mau saya usir dia. ha ha..

Badan merah-merah seperti bentol tapi bukan gatal. Salah pake sabun sepertinya. Soalnya mandi sore tadi itu pakai sabun asal caplok. Ada yang bau sereh. Nah saya kira gara-gara tadi mandi pakai sabun sereh jadi begini. Bukannya resik, malah alergi. 

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...