21.6.14

Haroeskoeat

| Juni 20- sore |

Jum'at sore mendampingi Tim futsal Jatimandiri (JM) under 12 buat persiapan Kinanti Cup 2014. Anak-anak orang kok diurusin? Yaa ibaratnya, kalau orangtuanya lagi sibuk kerja, daripada si anak-anak ini kerjaannya cuma main PS atau HP, kita support aktivitasnya. Dari Tarka berinisiatif buat daftarin 2 tim dari RW 06. Dana dari tarka Insya Allah cukup, yaa 50-50 sama sumbangan ortu-ortu mereka yang menyetujui. Latihan di lapang tenis atput. Bukan lapang 'literally' tenis, tapi dulunya tempat tenis. Dibimbing si undih sama ajeng, baru selesai sebelum magrib. Orang dewasa sekali-kali harus mau belajar dari yang lebih muda. Belajar melihat semangat anak-anak ini, contohnya.






***

Tahlilan 7 harian tetangga. Sidah diundang, jadi agak gak enak kalau mangkir dengan alasan apapun. Jam 9 baru ke sekre.


Papan mading-madingan yang baru ditempel sehari sudah dipenuhi 'karya-karya' sastra para pujangga haus cinta. Artinya, isinya lebih banyak soal-soal keresahan perasaan. Saya jadi terbawa-bawa, dikit. Tapi tak apalah. Setidaknya keberanian berkarya sudah muncul sedikit-sedikit. Perlu dipertahankan atmosfernya, perlu diarahkan kontennya. Supaya karya-karya yang dibuat bukan hanya sebatas isi perasaan. Duh saya jadi terlihat antipati soal hal-hal berbau perasaan ya? Tidak kok. Hanya fokusnya sedang bukan di sana.


Kedatangan member baru. Sudah 2 hari ini nongkrong di sekre. Belum dikasih nama.



| Juni 21 |

Pagi sepedaan bareng ijan dian natan keliling jalan-jalan rindang kota bandung. Baru pulang tengah hari.

Anak-anak tarka sudah janji hari ini ada latihan lagi buat anak-anak di lapangan yang manusiawi. Jam 2 ke san siro RW 8. Bayar 40ribu buat sewa 1 jam cukup lah buat anak-anak ini senang. Lucu saja melihatnya.





Selesai jam 3an. Pulang. Pembagian tim bagus dan kurang bagus dipimpin omen. Latihan lagi rencananya senin sore setelah kami mencukur rumput-rumput di lapang domba atput.

Malam ada pengajian di masjid sidro. Bahas soal persiapan ramadhan. Yang saya tangkap dari ceramah itu, pertama, ustadnya berpakaian seperti cepot. Hanya muka belum merah. Kedua, silaturahmi itu bukan sekedar menyambung tangan, tetapi menyambung hati. Ketiga, cerita soal si Amsol orang Leuwigoong Garut. Ceritanya ada seorang penjajah bernama Pasmod, punya anak Harben, Anis dan Amso. Harben anak kesayangan, Anis anak kesayangan kedua, dan si Amsol itu selalu dianaktirikan sama bapaknya. Satu ketika bapaknya dipanggil ke kampung halamannya di belanda. Dia minta ditemani si harben, tapi gak mau. Si Anis mau, tapi gak bisa. Si Amsol ini mau banget, meskipun selama hidupnya, dia jarang disayang seperti saudaranya yang lain. Si Amsol ini nurut banget meskipun bapaknya selalu mengecewakannya.

Maksud dari cerita itu, itu adalah kisah ilustrasi dari kehidupan manusia.
- Pasmod (Pasti Modar/ Pasti mati) : setiap makhluk yang hidup pasti mati, dipanggil ke kampung halaman adalah perumpamaan dari 'meninggalkan dunia'
- Harben : Harta Benda
- Anis : Anak Istri
- Amsol : Amal Soleh.

Jadi yang dibawa setiap orang ketika mati hanya amal soleh. Ironisnya, seringkali kita menganaktirikan perbekalan yang satu itu. Nice story.

Selesai jam 10. Ngobrol-ngobrol dulu sama Pak Roni, Kang Reza, Pak Bambang soal-soal Tarka dari jaman dulu. Senin malam ketemu lagi.


Mampir ke sekre. Masih ada orang. Dangdutan katanya. Ditemani gehu bala-bala dan susu murni yang sudah diaduk pakai telunjuk, katanya. ha ha ha. Tapi saya  terlalu lelah. Pulang cepat.


***

2 hari lalu ditelpon si bapak. Agak-agak ngomel gara-gara telpon pagi tidak saya angkat karena ketiduran. Dia telpon lewat hp si adek. Komentar soal kebiasaan saya yang enak-enak ya kalau di bandung, bangun siang melulu, malas-malasan. Begitu katanya. Tapi saya tak jawab.Tidak juga beri pembelaan. Buat apa.

Selama ini, kalau saya berani lancang, mungkin saya akan tanya bapak soal apa yang dia ketahui tentang kegiatan saya. Dari kuliah, lomba, organisasi-organisasi, hobi, jalan-jalan, kerjaan, atau apalah itu. Saya bisa jamin mungkin kurang dari 10%, dengan 5% yang ia ketahui cuma "anak saya kuliah di desain produk ITB. Tiap semester 4jutaan. Sibuk dan jarang nengokin bapaknya". Sampai lulus juga sepertinya masih begitu. Bukan karena saya jarang mau menceritakan soal kehidupan, tapi sama si bapak bawaannya selalu enggan. Responnya seringkali mengecewakan, dan karena sudah terbiasa, jadi makin malas. Jadi, si bapak tak banyak tahu aktivitas anaknya apa saja sekarang. Menang lomba apa juga mana tahu. Yang selama ini ketahuan ya bangun siang bangun siang, pemalas, gak ngapa-ngapain, main melulu. Padahal mana dia tahu kalau malamnya begadang persiapan acara ini itu, ngurus karang taruna ini itu, ketemu orang ini itu, capek, subuhnya solat dulu terus tidur lagi, lalu sekarang sakit demam tinggi akibat kelelahan, kegiatan diforsir melulu.Kalau si ibu mungkin tahu. Tapi sudah cukuplah saya merepotkan kalau bilang-bilang sakit. Biasanya si ibu suka ribet sendiri kalau tahu anaknya sakit. Beli obat macem-macem, air doa, ini itu, pulang pergi sana kemari. Ada kalanya keputusan untuk tidak menceritakan sesuatu itu beralasan.

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...