***
Ciri-ciri rumah tangga yang sakinah mawaddah warahmah :
1. Anak-anaknya tertawa riang
2. Istri mudah tersenyum
3. Suami tidur nyenyak
***
Modal Hidup
- Hidup dengan astagfirullah, mati dengan alhamdulillah
- Jangan membenci dosa/kesalahan. Itu jati diri.
- Kesempurnaan itu bukan karena sesuatu yang tanpa celah, tetapi kesalahan/kekurangan yang kau penuhi/perbaiki.
***
- Jangan melakukan sesuatu selama masih ada 1% keraguan. Tunggu sampai betul-betul yakin (Haqul Yakin)
- Malu itu lebih tinggi daripada mati.
***
Melakukan sesuatu tidak diperintah
Gemar ibadah sunnah, ibadah wajib bernilai lebih
v
Membuka Ridho ALlah
v
Muara rumah tangga yang berniat karena Allah
***
Q : Bagaimana peran orangtua ketika menentukan pasangan?
A : Orang tua hanya menganjurkan dan mengarahkan. Bukan menentukan keputusan. Keputusan ada di kedua calon. Banyak terjadi terutama pada anak perempuan yang hendak menikah. Karena serba takut, orang tua terlalu pilih-pilih jodoh buat sang anak. Ujung-ujungnya sang anak jadi korban kawin paksa. Intinya, mengertilah jalan pikir orang tua, tetapi buat juga orang tua kita mengerti pilihan kita. Musyawarah.
Q : Bagaimana agar motivasi untuk menikah itu tetap terjaga sampai hari yang ditentukan? Karena seringkali goyah dan ragu.
A : Ilmu itu liar, maka ikat dengan tulisan. Hidayah itu liar, maka ikat dengan ibadah. Memang akan banyak godaan di depan. Tetapi jika dihadapi bersama, Insya Alah bisa terlewati.
Contoh : Teman saya, Budi, baru menikah sebulan lalu. Ketika ditanya pertanyaan itu, ia jawab hal serupa. Memang seringkali ragu. Namun, beruntungnya dia karena memiliki istri dan keluarga yang mengingatkannya : "kalau belum yakin melulu, mau kapan?" Sampai akhirnya, mereka benar-benar menikah.
***
Jika ada orang baik datang, jangan ditolak. Definisikan dulu kebaikan menurut siapa. Diri sendiri? Orang tua? Tetangga? Seringkali intervensi dari luar mempengaruhi keyakinan. Tetapi, yang mengenal betul-betul kan pastinya diri sendiri. Tetapi, jika ada orang baik ditolak, waspadalah, nanti mendapat keburukan. Begitu pula jika ada orang jahat datang. Kata Abu Bakar, jangan curigai/judge pada saat itu pula. Karena hati urusan Allah. Jibril saja tidak bisa ikut campur.
Begitu kata ustad pengisi materi kedua ini.
No comments:
Post a Comment