5.1.15

Catatan Awal Tahun

Assalamu'alaikum. 

Saya berikrar untuk terus mengupdate blog underground ini dengan ilmu-ilmu dan pengalaman yang saya dapat selama merantau di kota orang. Mudah-mudahan saya masih bisa menyisakan waktu menulis sepulang kerja (macam ini) lalu mempostingnya keesokan hari sebelum masuk kerja pakai wi-fi kantor.

Bandung , 3 Januari 2015

Tempo hari sekeluarga touring-touringan ke Bogor, tepatnya Cibinong demi mengantar saya yang katanya diterima pekerjaan. Perusahaan kecil sih, tapi Alhamdulillah saya bisa belajar banyak di sini. Untuk sementara, saya juga stay di kontrakan manager R&D-nya karena belum menemukan kontrakan yang sreg. Suasana kantornya nyaman sih. Pedesaan, religious, dan masih ada lah orang-orang sunda, jadi saya gak kesepian amat. Tapi ya namanya stay sama orang kan beda. Makanya saya giat cari-cari kontrakan sekitar kantor sampai saat ini, karena belum nemu-nemu juga. Biasanya saya merasa biasa-biasa saja meninggalkan Bandung, dalam waktu lama. Tapi ini lain. The hardest part of leaving Bandung at this time, mostly karena berpamitan pada ibu yang saat itu berkaca-kaca. Tidak biasanya beliau begitu. Tapi isak tangis itu toh tak bertahan lama. Baru  4 hari di Bogor, saya pulang lagi ke Bandung. Libur akhir tahun, haha. Kalau gak dapet gaji pertama sih saya enggan pulang ke Bandung. Tapi Alhamdulillah dapat gaji pertama yang gak besar-besar amat, saya berencana menggelar syukuran. Triple. Wisuda, karir, dan Maulid Nabi. Mungkin dari keluarga ada tambahan, syukuran keselamatan Om dan keluarganya yang selamat dari accident di Sumedang.

Di perjalanan pulang dari Bogor ke Bandung, saya gencar mengontak beberapa teman kuliah SMA, karang taruna,dll untuk hadir di syukuran ini. Ada beberapa yang bisa, ada yang tidak memberi kabar, ada pula yang katanya akan memberi kabar namun ketika ditunggu tak kunjung ada kabarnya.

Sabtu sorenya, teman-teman Karang Taruna sudah berkumpul di ruang keluarga. Namanya juga syukuran kecil-kecilan, ya pasti gak ada dangdut oplosan sebagai opening ceremony. Hanya dzikir, do’a untuk keberkahan serta kelapangan rezeki, keselamatan, dan segala kebaikan. Nasi tumpeng sederhana yang dibuat oleh ibu dan tetangga cukup membuat syukuran ini begitu berkesan buat saya pribadi. Kesan yang baik tentunya. Saya percaya, kelapangan dan keberkahan rezeki itu pintunya ada pada ridho orang tua. Semoga dengan mendedikasikan seluruh gaji pertama untuk orangtua, ada keberkahan untuk kami semua. Aaaminn.

Jam 7 malam. Si Ryan yang baru pulang dari Jakarta akhirnya datang juga. Satu-satunya teman di luar lingkungan rumah yang bisa hadir. Karena kemalaman juga, dia menginap di sini. Tamu lain yang saya tunggu bahkan tak ada balasan lagi. Sudah cukuplah sepertinya saya berharap pada ketidakpastian.

Malamnya saya ke Si Omen dulu. Ada perlu sama Karang Taruna yang hendak saya tinggalkan dulu. Ya cuap-cuap masa kini yang mungkin hanya angin lalu bagi mereka. I did a modest goodbye ever. I guessed I should avoid tears and I made it. Keesokan harinya, saya tinggalkan Bandung.





Bogor, 5 Januari 2015

Hari pertama kerja di tahun ini. Saya diajak ke tempat karoseri di daerah Bogor Selatan. To be honest, it was the best place I’ve ever found in Bogor, so far. Akhirnya saya menemukan orang karoseri yang asyik. Pak Dedi namanya. Orangnya gokil. Tua-tua makin berisi ilmunya. Sudah kemana-mana beliau itu. Lulusan Shelby pantes aja usahanya oke. Saya dikasih kesempatan lihat-lihat isi perusahaannya. Seru kali, bah! Seperti mimpi. Baru tahu kalau ada industry keren macam begini. Buat fiber glass hi-quality yang tekniknya udah level atas. Detailing yang setara pabrikan otomotif kelas dunia. No wonder di dalamnya banyak parts mobil Suzuki, Toyota, Daihatsu, Hyundai, dan lainnya. I’d say that this place is a heaven for every product designers. Belum lagi suasana kantornya yang berada di kaki Gunung  Salak. Ntap bis dah. Semoga si bos deal sama perusahaan ini supaya saya bisa sering-sering ke sana.








***

Pulang dari sana siang hari ketika lalu lintas kota Bogor sedang cantik-cantiknya macet. Mampir dulu ke rumah si Rama di daerah stasiun Paledang Bogor buat makan soto. Pulang habis solat Dzuhur. Perjalanan pulang kali ini bukan kesukaan saya. Kali ini, manager saya yang nyetir. Saya kurang suka saja naik mobil yang aura di dalamnya temperamental. Ada yang ngalangin, komentar. Angkot ngetem, komentar. Sampai pejalan kaki yang lewat depannya pun dikata-katain. Chilldish. Sarkas. Memang begitu kan kalau naik mobil. Don’t blame the traffic. You are the traffic. Tapi masa iya saya komentar begitu? Kalau kata orang sini ‘YAKALE?’. Untunglah kami sampai di kantor dengan selamat. Laporan ke bos soal progress-progress, beresin ini itu, pulang.




***

No comments:

Post a Comment

Trip Intergalaksi

Selasa, 23 Juni 2020 03.22 dini hari Kisah ini saya tulis begitu bangun tidur dari mimpi yang tidak akan pernah saya lupakan. Mimpi yan...